24. Scandal

12.6K 2.7K 1.4K
                                    

Ruang tengah penuh dengan teriakan para bujang. Tersisa sembilan putaran sebelum pemenang MotorGP benar-benar diumumkan. Lukas mengamati dengan serius walaupun sesekali ia mengumpat ketika Rossi kembali memimpin pertandingan.

Bunyi petir semakin beradu, diluar kaca jendela penuh dengan embun-embun akibat percikan hujan. Para bujang masih belum peduli, seolah peringatan Rosie barusan hanyalah angin lalu yang tiada artinya.

Duar!

"ANJIR BISA-BISANYA!" Teriak Lukas tak terima.

Penonton mendadak kecewa ketika televisi menampakkan gejala noise. Rangga yang baru saja ingin memasukkan kacang ke mulutnya mendadak tidak jadi.

"Oke, siapa nih yang bisa perbaikin antena?" Haikal berdiri mengambil langkah ditengah, seperti tugas andalannya ketika terjadi rapat PBB.

Dery menunjuk Juan yang kini asik memosting konten tiktoknya, "Sabi nih kayaknya anak Teknik Mesin perbaikin antena di atas!"

Devano yang melihat Dery menunjuk kearah Juan langsung saja menyikut cowok itu, "Eh, katanya lo harus perbaikin antena. Lo kan anak teknik mesin..."

Juan mendongak, ia mengunci layar ponselnya.

"Kok gue?" Tanya Juan dengan wajah polosnya.

Tezar kini memang wajah julidnya, "Yakali ada perangkat rusak yang disuruh perbaikin anak manajemen?"

Juan mendengus malas, "Aelah, terus masa gue sendiri sih? Bisa-bisa gue dipanggang diatas karena kena petir."

Alpha berdiri lalu berjalan santai, "Sini gue temenin,"

Yaya mendorong tubuh Juan, "Udah lo maju sana. Jangan malu-maluin anak teknik lo kalo nyali aja kayak nyawa cicak."

Juan mengangguk lalu berjalan malas mengikuti langkah Alpha, "Iya-iya. Eh, satu orang ngikut dong sebagai komando kalo siarannya udah baik!"

Lingga mengangkat tangan, "Gue ikut!"

Bujang lantai dua dan satu itu perlahan berjalan buat naik ke lantai atas. Lukas merenggangkan ototnya yang kaku karena terlalu serius menonton dengan posisi yang sama.

"Menurut lo yang menang siapa?" Tanya Wicaksono sambil menarik pelan ujung baru Yusuf.

Yusuf memicingkan matanya ke arah televisi sebelum akhirnya menatap Wicaksono, "Berdasarkan perhitungan gue peluang menang Marquez lebih besar sih. Kecuali Rossi berani nambah kecepatan sekitar 20% dari Marquez bisa sih dia tikung. Apalagi kan tadi Rossi udah memimpin...ya kemungkinannya bisa jadi meningkat 70% kemenangannya si Rossi,"

Haikal menguap mendengar penjelasan Yusuf, "Ini lo lagi hitungin percepatan apa hitungin saham sih? Kayak kurva aja cara lo menjelaskan."

Berbeda halnya dengan para bujang yang udah bosan menunggu siaran kembali normal. Diatas rooftop sudah ada Lingga yang memegang tangga sedangkan Alpha dan Juan naik bergantian ke atas genteng. Walaupun di guyur hujan tapi semangat mereka buat nonton MotorGP lebih besar ketimbang mikirin bajunya bakal basah.

Perlahan Juan mengambil langkah pelan diikuti dengan Alpha yang juga menjaga keseimbangan. Saat tiba di tempat antena berada perlahan Juan menggerakkan, mencari posisi yang tepat agar siarannya kembali normal.

"Ling, gimana? Coba lo tanya anak di bawah dah bener belom?" Teriak Alpha dengan posisi kepala yang agak dicondongkan ke bawah agar ia bisa melihat sosok Lingga.

Cowok yang dipanggil tadi menaikkan jempolnya sambil sesekali melindungi ponselnya dari air hujan, "Halo, gimana udah baik belum?"

Seseorang dibalik telfon kini menyahut.

KOSAN 23 BUJANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang