Januar menutup bukunya, ia melirik kearah Lingga yang lagi sibuk menghafal materi. Jingga udah tidur di depan laptop sedangkan Rangga udah menguap karena matanya tinggal berapa watt.
“Gue ke dapur dulu ya? Haus.” Kata Januar berpamitan pada Lingga yang dibalas anggukan tanpa suara dari cowok itu.
Cowok itu melangkah santai keluar kamar namun setelah berada di tangga dia menoleh keatas. Rasanya kayak aneh aja gitu bujang lain tumben nggak ngerusuh kayak biasanya. Padahal kalo jam segini jam ributnya Lukas main monopoli sambil teriak-teriak saat negaranya dibeli oleh pihak lain.
Bujang lantai dua juga biasanya bunyi tiktok atau lagu Dj-nya menggema tapi dahlah mungkin para bujang lagi kecapean jadi jam mainnya sengaja dikurangin kayak sekarang.
Januar mengambil satu gelas yang berada di rak, namun sesaatnya matanya berhenti saat menatap secarik kertas yang tertempel di tembok dapur. Sepertinya tulisan ini baru saja dibuat beberapa menit yang lalu karena tintanya masih terlihat basah.
Air botol di kulkas harus terisi.
Tiap kerja tugas wajib buatin kopi.
Caesar tidak bisa kepanasan.
Haikal suka tumis kangkung.
Januar harus makan wortel biar minusnya berkurang.
Jeffrey begadang harus minum susu.
Alpha tidak suka kopi pakai gula.
Tulisan indah itu milik Rosie, penjaga kos yang selalu dicap galak oleh semua bujang. Tak terasa mata Januar perlahan memanas, dia tidak menyangka bahwa mba mawar bisa sepeduli itu dengannya. Matanya memang minus tapi tidak terlalu parah—akibat kebanyakan membaca buku dan bisa seharian di depan laptop jika belajar mengedit video.
Januar tersenyum tipis sambil menyeka pelan air matanya yang mengalir. Dia memang mudah tersentuh dengan hal sederhana, kosan ini lebih dari kata rumah bagi Januar. Walaupun galak tapi dia bisa menemukan tatapan ketulusan dibalik mata Rosie. Dia bisa merasakan kasih sayang kakak yang sesungguhnya dari para abang bujangnya yang lain yang selalu melakukan apa saja untuknya.
Setelah merasa lega telah minum, Januar kembali ke kamar. Tapi, diperjalan ia terhenti saat melihat pundak Rosie yang bergetar. Tanpa menunggu lama Januar melangkah pelan menghampiri penjaga kos itu.
“Kakak, kenapa?” Tanya Januar lembut sambil memegang pundak Rosie pelan.
Rosie terhenti lalu dengan cepat menyerka air matanya.
“Ah, ini lagi nangisin kucing kasihan dia belum makan jadi kurus gitu,” Alasan Rosie padahal mah doi sakit hati dibentak-bentak kayak tadi.
Januar tertawa kecil hingga matanya menyipit, ia tahu bahwa Rosie sedang berbohong. Di kosan ini mana ada kucing, dulu sih ada tapi keburu mati gara-gara gak sengaja Lukas lindes pas naik motor.
Abisnya itu kucing Tezar hiperaktif sih, ditambah lagi Lukas hari itu lagi buru-buru yaudah dia terobos aja. Gara-gara kejadian itu Tezar gak ngajak Lukas ngomong seminggu karena doi kesel sekaligus sedih karena kucingnya mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN 23 BUJANG
فكاهةKosan warisan sujarat bukan hanya sebatas tempat sewaan perbulan atau pertahun tapi ini lebih dari kata 'Rumah' yang sesungguhnya. Ada 23 isi kepala yang harus disatukan, ada 23 karakter yang harus saling memahami satu sama lain, dan tentunya hanya...