Weekend, masa yang menjadi favorit untuk semua orang dari berbagai kalangan. Semua-kecuali Joon Eun. Sebenci-bencinya dia dirusuhi Areum, dibuli geng Yoon Seok atau dikejar-kejar fans orangtuanya. Ia lebih benci ketika weekend tiba. Biasanya ia pergi bermain dengan Vernon atau pergi mengunjungi Joshua-paman favoritnya sejak kecil. Namun, saat ini kedua orang itu sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Kini ia hanya berdua di rumah dengan mamanya-Wonwoo. Rubah cantik itu adalah satu-satunya member Seventeen, yang memiliki jadwal sedikit. Mingyu yang mengendalikan seluruh jadwal yang akan dilakukan istrinya. Bayarannya, Mingyu tidak memainkan satupun drama maupun film bergenre romance.
"Joonie-ya, Mama membuat cemilan, keluarlah," panggil Wonwoo, sembari meletakkan dua piring berisi cookies. Semenjak jadwalnya tidak lagi padat, ia mulai belajar memasak di sela-sela kegiatannya menulis novel. Jadi, bisa dipastikan cookies buatannya tidak seburuk saat ia sedang masa mengidam dulu.
Laki-laki manis itu melangkah menuju kamar anaknya di dekat tangga. Joon Eun meminta pindah kamar ke lantai satu, saat ia mulai tinggal bersama orangtuanya di Seoul. Ia mengetuk pintu berwarna putih itu. "Sayang, keluarlah, jangan di kamar terus."
Masih tidak ada jawaban. Wonwoo menghela napas dan menyandarkan tubuhnya pada pintu. Tangannya terulur untuk menyentuh dadanya yang berdenyut ngilu. "Joonie-ya~"
Pintu putih itu tiba-tiba terbuka. Wonwoo yang tidak siap sontak langsung terjatuh ke belakang. Bersyukur Joon Eun dengan gesit langsung menangkapnya. Dua pasang manik serupa itu beradu. Untuk pertamakali setelah sekian lama.
Joon Eun menangkap beberapa keriput samar yang sudah mulai muncul di wajah mamanya. Yang paling jelas terlihat terletak pada sudut matanya. Mamanya sudah menua-seiring dirinya yang beranjak dewasa. Namun, dalam hatinya yang terdalam ia mengakui, Mamanya masih secantik saat ia kecil dulu. Bahkan sekarang terlihat jauh lebih menawan.
"Bodoh," ucap Joon Eun pelan-meski masih dapat di dengar Wonwoo-sembari membantu Wonwoo untuk berdiri. Ia melangkah melewati mamanya begitu saja, berjalan menuju ruang tengah. Menyalakan televisi.
"Astaga." Wonwoo menutupi wajahnya yang memerah. Merutuki kebodohannya di depan sang putra. Ia menutup pintu kamar Joon Eun, dan melangkah menyusul anaknya. Mendudukkan diri pada sofa single.
Ia tersenyum melihat Joon Eun memakan cookies buatannya. Meski anaknya selalu menunjukkan sisi dinginnya. Joon Eun tidak menyakitinya lebih dari itu. Ia masih menghargai apa yang Mamanya lakukan. Masih mencemaskan dalam diam. Hal kecil itu yang membuat Wonwoo tidak memberitahu sikap Joon Eun pada Mingyu.
Sejujurnya, melihat Joon Eun sekarang seperti melihat dirinya sendiri di masa lalu. Tidak banyak omong dan lebih suka berdiam diri. Bedanya ia-Wonwoo-memang memiliki karakter pendiam, sedangkan Joon Eun ada sesuatu yang mendorong perubahan karakternya. Dan hal itu yang harus Wonwoo cari tahu.
***
Joon Eun memandang ponselnya dengan malas. Muak melihat nomor-yang sialnya ia hapal milik siapa-yang terlalu sering muncul di bar notifikasinya. Areum-perempuan itu selalu bertingkah sok akrab dengannya. Ia tahu anak itu mendekatinya-karena selain wajahnya yang rupawan-untuk numpang tenar. Wajahnya sudah tersebar kemana-mana karena teman-teman sekolahnya yang menyebalkan. Mereka sembarangan memotretnya, dan mengunggahnya ke SNS.
Putra tunggal Kim Mingyu dan Jeon Wonwoo itu bahkan memiliki fanclub yang bernama Jooners-kepanjangan dari Joon Eun Lovers. Entah siapa yang pertamakali membuatnya-yang pasti bukan Joon Eun, karena ia bahkan tidak memiliki akun SNS selain WhatsApp.
"Apa kamu dekat dengan Areum?" tanya Wonwoo, melihat sekilas foto profil yang muncul di bar notifikasi. Wanita itu cantik dan cocok masuk ke dunia entertainment. Namun, kalau dilihat dari gerak-geriknya, ia tidak cukup baik untuk pekerjaan apapun-untuk anaknya juga tentu saja.
Bibirnya tersenyum tipis melihat Joon Eun yang menyimpan ponselnya ke dalam saku. "Mama tidak akan melarang kamu dengan siapapun. Dari orang kaya atau tidak. Terpelajar atau tidak. Perempuan ataupun laki-laki, asal dia orangnya baik."Tangan Joon Eun mengepal kuat. Telinganya mendadak panas saat Wonwoo menyebut kata laki-laki-seolah ia memiliki orientasi seksual yang sama dengan mereka (orangtuanya). Ia bangkit dari duduknya, berkata, "Aku bukan gay," lantas melangkah pergi begitu saja.
Kata-kata dan perilakunya itu membuat Wonwoo terkejut.
"Joonie-ya, Mama tidak ... bermaksud." Suara Wonwoo mengecil di kata terakhirnya. Ia memandang pintu kamar putranya dengan sedih. Padahal ia pikir kata-katanya tidak akan menyinggung putranya. "Apa ... kamu membenci Mama, karena Mama gay? Karena Mama laki-laki?"
Entah apakah ia mendapat clue secara tidak langsung. Namun, jika Joon Eun membenci gay, bukankah ia seharusnya juga membenci Mingyu-suaminya. Sepertinya memang Joon Eun membencinya, karena ia laki-laki. Karena mamanya seorang laki-laki.
Mimpi burukku menjadi nyata. Wonwoo terisak sembari menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. Dulu ia sering bermimpi buruk kalau anaknya akan membencinya, karena memiliki mama seorang laki-laki. Ia pikir itu hanya akan menjadi bunga tidur semata, saat Joon Eun tumbuh dan membalas cintanya dengan layak. Namun, ternyata mimpi buruknya menjadi nyata saat Joon Eun mulai dewasa.
"Maafkan Mama ..." lirih Wonwoo, di sela isakannya. Ia tidak tahu kalau sebenarnya Joon Eun mendengar tangisannya, sembari menyandarkan tubuhnya pada pintu. Memejamkan mata sembari memegang dadanya yang berdenyut nyeri.
To be continue
Iya, ini kontradiksi banget ceritanya, Sien tahu kok :(
Gimana ini ceritanya? Dapat clue gak Joon Eun kenapa? Ayo di komen, biar Sien makin semangat.
Ini Sien udah megang draft chapter selanjutnya. Kalau komennya banyak, Sien bakal cepet deh upnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SP] SON || Meanie
Fanfiction[SEQUEL CHILD] BOOK 4 OF 4 FROM SERIAL PREGNANT Kim Joon Eun sudah besar. Ia sudah bukan lagi anak polos yang selalu berada dalam gendongan Papa dan Mama. Tujuh belas tahun dan Joon Eun paham, kalau sebenarnya hubungan orangtuanya itu salah. Kalau k...