Syukurlah detak jantung Wonwoo masih ada saat Mingyu membawanya ke rumah sakit. Laki-laki manis itu langsung mendapat penanganan dengan cepat. Masker oksigen yang sudah dilembabkan langsung dipasangkan saluran pernapasan. Karena keadaannya yang cukup parah, dokter mengambil tindakan untuk menghangatkan darahnya menggunakan mesin hemodialisis. Yaitu alat yang biasa digunakan untuk mencuci darah pada orang dengan fungsi ginjal yang buruk. Caranya darah diambil dan dihangatkan, kemudian kembali diedarkan ke seluruh tubuh.
Satu malam, usai efek anestesinya menghilang, Wonwoo akhirnya membuka mata. Manik hazelnya memandang langit-langit ruangannya dengan bingung. Pandangannya mengedar menyapu sekelilingnya, lantas menemukan Mingyu yang tertidur di sisinya. Menggenggam tangannya dan kepalanya tergeletak di atas ranjang. Sementara Joon Eun tidur di atas sofa.
Wonwoo tiba-tiba teringat kalau sebelum ia kehilangan kesadarannya, ia di bawa oleh seorang laki-laki yang menyamar sebagai supir taksi. Namun, ia tidak tahu siapa itu dan apa yang terjadi setelahnya.
"Mingyu," panggil Wonwoo dengan suaranya yang serak. Ia mencoba menggerakkan tangannya yang di genggam sang suami. Membuat laki-laki tampan itu langsung tersentak bangun.
"Sayang, syukurlah, kamu sudah bangun." Mingyu mengecup punggung tangan Wonwoo, air matanya menetes karena perasaan bahagianya meluap.
"Mingyu, dingin~"
Dengan hati-hati Mingyu ikut naik keranjang dan membawa sang istri masuk ke dalam pelukannya. Ia meraba pipi Wonwoo yang sudah tidak sepucat sebelumnya. Matanya memandang wajah cantik istrinya yang terlihat nyaman dalam pelukannya. Dan air matanya kembali menetes.
"Gyu? Kamu menangis?" Mata Wonwoo kembali terbuka dan memandang Mingyu dengan bingung.
"Aku takut. Aku pikir aku kehilanganmu dan Joonie," lirih Mingyu, ia mengusap air mata yang membasahi pipinya dan menunduk untuk memberikan sebuah kecupan lembut pada dahi Wonwoo. "Syukurlah, sekarang Yeon Jin sudah berada di tempat yang tepat."
"Yeon Jin sudah dipenjara?"
Mingyu mengangguk dan mengeratkan pelukannya.
"Uh, maaf, Tuan." Bunyi benda yang terjatuh di susul suara seorang wanita mengejutkan keduanya. Membuat Mingyu langsung melompat turun dari ranjang, bahkan nyaris jatuh karena terpeleset.
Wajah Wonwoo memerah dan ia langsung menarik selimutnya hingga menutupi seluruh wajahnya. Merutuki kebodohannya dan tentu saja Mingyu.
"Saya akan memeriksa keadaan Tuan Jeon lebih dulu." Bukan hanya pasangan itu yang salting, perawat itupun jadi malu sendiri.
Dan Joon Eun yang terbangun karena keributan itu, hanya bisa memandang kedua orangtuanya dengan tangan menutupi separuh wajahnya. Menggeleng. Kalian penasaran kenapa Joon Eun pindah kamar ke lantai 1? Karena dia tidak ingin mendengar aktifitas kedua orangtuanya, jika ia masih menetap di kamar lamanya yang terletak tepat di depan kamar orangtuanya.
***
Dua hari dan Wonwoo diijinkan pulang karena suhu tubuhnya sudah kembali normal dan stabil. Mereka kini sedang dalam perjalanan menuju Seoul.
"Kita mampir ke rumah sakit Seoul dulu, Mama ingin melihat keadaan Yoon Seok. Anak itu sudah banyak berjasa karena selalu menolong Joon Eun." Wonwoo tersenyum dan memeluk anaknya yang duduk di sampingnya. Ia bahagia karena bisa memeluk Joon Eun kembali. "Kamu juga harus berterimakasih padanya."
Joon Eun tersenyum tipis dan mengangguk. Ia menyandarkan kepalanya pada bahu sang mama.
"Bagaimana kalau kita ajak dia tinggal sama kita? Kasihan dia sudah tidak punya siapa-siapa. Awalnya Papa pikir dia anak yang nakal, tapi, ternyata dia anak yang sangat baik. Mama, bagaimana?" tanya Mingyu, sembari melirik dua cintanya melalui spion tengah.
"Dia mengolok-ngolokku dari kelas 10. Apanya yang baik?!" gerutu Joon Eun dalam hati. Ia memandang wajah Mamanya dengan was-was. Berharap laki-laki cantik itu menolaknya.
Namun, keberuntungan sedang tidak berpihak pada Joon Eun. Wonwoo tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya. "Setuju, kita masih punya dua kamar kosong. Yoon Seok bisa menggunakan kamar lama Joonie."
"Nggak!" Joon Eun menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Jangan kamar itu."
Wonwoo memandang Joon Eun dengan bingung. Ia cukup terkejut putranya tiba-tiba berseru. Namun, ia langsung mengangguk paham. Barang-barang waktu kecil milik Joon Eun masih ada beberapa yang di sana. Mungkin itu yang membuat anaknya menolak. "Baiklah, pakai kamar tamu saja."
***
"Joon Eun bilang kalau mereka kembali ke Seoul hari ini," ucap Tianshi. Anak itu sedang melakukan aktifitas rutinnya, menjenguk Yoon Seok. Ia tidak tega melihat tidak ada yang mengurus anak nakal itu. Jadi, ia tanpa diminta datang untuk membawa makanan, atau sekedar berdebat dengannya.
Yoon Seok tidak menyahut. Kepalanya menunduk memandang tangan kanannya yang terbalut gips berat. Tangan kanannya patah. Yeon Jin tidak main-main meski yang dihadapinya adalah saudaranya sendiri. Ada kilat sedih yang muncul dimanik hitamnya. Ia tidak akan bisa menggambar untuk sementara waktu.
Tidak mendapat tanggapan dari yang diajak bicara, Tianshi menoleh dan melihat Yoon Seok yang terpaku pada tangannya yang patah. Anak itu jadi lebih pendiam, tidak seperti biasanya yang cerewet. "Hwang Yoon Seok, ada yang ingin kutanyakan padamu."
"Apa ... kamu menyukai Joon Eun?" tanya Tianshi pelan. Ia dapat melihat Yoon Seok yang seolah membeku beberapa saat, sebelum menoleh padanya. "Gerak gerikmu tidak menggambarkan seseorang yang melindungi temannya. Gerak-gerikmu menunjukkan kalau kamu melindungi orang yang kamu sayang."
Yoon Seok memandang Tianshi tanpa ekspresi. Dua menit, setelah ia melihat Tianshi frustasi karena tidak mendapatkan jawaban, ia mulai membuka mulutnya. "Bagaimana denganmu? Kamu juga menyukainya, kan?"
"Hah?"
"Kalian saling mengenal sejak kecil, tapi, Joon Eun hanya melihatku sebagai anak nakal yang hobi mem-bullynya." Yoon Seok mengalihkan pandangannya keluar jendela. Di luar sana kendaraan terlihat berlalu-lalang. Sibuk sekali. Hari ini langit terasa sejuk, tidak panas namun juga tidak hujan. "Aku melindunginya agar ia tidak berakhir seperti ibuku. Namun, dia bilang kalau aku membawa mimpi buruknya kembali."
Angin sepoi-sepoi berhembus. Membuat rambut Yoon Seok yang sedikit panjang bergerak-gerak. "Yeon Jin hyung sudah masuk penjara, jadi tugasku sudah selesai. Aku tidak peduli siapa yang disukai Joon Eun."
Tianshi terpana. Ia tidak mengira kalau Yoon Seok setulus itu pada Joon Eun. Siapa yang menyangka preman sekolah punya hati sebaik itu?
To be continue
Tianshi sama Yoon Seok sama-sama suka dengan Joon Eun, dengan caranya masing-masing. Sama-sama gak mau maksain Joon Eun buat milih siapa.
Sebenarnya kalau Yoon Seok mau egois, dia bisa bohong kalau dulu Joon Eun jawab iya/nggangguk waktu di suruh janji. Tapi, Yoon Seok itu anak yang jujur. Dia nakalnya masih sebatas nakal anak sekolah.
See you~
KAMU SEDANG MEMBACA
[SP] SON || Meanie
Fanfiction[SEQUEL CHILD] BOOK 4 OF 4 FROM SERIAL PREGNANT Kim Joon Eun sudah besar. Ia sudah bukan lagi anak polos yang selalu berada dalam gendongan Papa dan Mama. Tujuh belas tahun dan Joon Eun paham, kalau sebenarnya hubungan orangtuanya itu salah. Kalau k...