Joon Eun mengumpati dirinya dalam hati, yang mau-maunya dipeluk Yoon Seok. Terlebih Papanya melihatnya. Astaga, mau ditaruh dimana harga dirinya yang selalu berteriak, “Aku bukan gay.” Padahal sekarang masih ada Tianshi juga Paman Yang Yang, kedua orang itu sedang mengobrol bersama Mama di ruang tamu.
Ia menghela napasnya keras-keras.
“Kenapa juga Papa bersama Paman Seungcheol dan Paman Hoshi?!” Dua pamannya itu pasti akan berpikir macam-macam. Apalagi Hoshi, laki-laki itu pasti akan membuat opini macam-macam. Menggunakan pengalamannya yang berpacaran diam-diam dengan Woozi, dan mengagetkan semua orang dengan pernikahannya dua tahun yang lalu. Tepat satu minggu Joon Eun duduk dibangku SMA.
“Ah, airnya habis.” Remaja itu kembali menghela napas. Stok airnya di kamar sudah habis dan tenggorokannya kering. Ia dengan malas berjalan keluar kamar untuk mengambil air. Namun, langkahnya nyaris tersandung saat melihat Papanya sedang mencengkram kerah baju Yoon Seok untuk kedua kalinya. Manik hazelnya memandang dua orang itu dengan bingung.
“Astaga, apa lagi ini?!”
***
“Aku harap kamu cepat masuk sekolah lagi. Tidak ada yang ku gangguin, sepi,” ucap Yoon Seok pada Joon Eun yang mengantarnya hingga ke pintu. Anak itu tetap memandangnya dengan datar. Dan saat ia mencondongkan wajahnya, pintu ditutup dengan kuat dan keras.
Kekehan meluncur mulus dari belah bibir Yoon Seok. Setelahnya ia melangkah meninggalkan kediaman keluarga Kim. Memberhentikan sebuah taksi yang akan membawanya pulang ke sebuah flat yang menjadi tempat tinggalnya.
Yoon Seok tinggal di lantai 7 dengan nomor pintu 0793. Ia harus naik lift terlebih dahulu untuk sampai ke sana. Raut wajahnya tiba-tiba datar begitu lift terbuka, lebih datar dan lebih dingin dari ekspresi yang biasa di tunjukkan Joon Eun. Membuat orang yang berpapasan dengannya menjadi enggan untuk menyapa.
“Huh?” Tangannya menggantung saat akan memasukkan access cardnya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh. Satu menit dan ia memilih menscan acces cardnya dan masuk. Kakinya langsung bergerak menuju dapur untuk mengambil air untuk minum.
Menarik salah satu kursi di dapur dan duduk. Jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja yang bersih. Hening selama beberapa saat, sebelum Yoon Seok tiba-tiba bangkit dan melayangkan sebuah tinjuan ke arah belakangnya. Tangannya di tangkap oleh orang itu—Hwang Yeon Jin.
“Ini sambutan untuk sepupumu, yang sudah lama tidak kamu lihat?” tanya Yeon Jin, tangannya meremas pergelangan tangan Yoon Seok semakin kuat. Meski itu sepertinya tidak berguna, karena adik sepupunya itu tidak menunjukkan reaksi sakit sedikitpun.
“Aku tidak mau dituduh berkomplot denganmu, pergilah!” Dengan sekali hentakan Yoon Seok menarik tangannya lemas dari cengkraman. Menyisakan memar merah yang cukup kuat terlihat. Ia ingin beranjak menuju kamarnya, tapi Hwang Yeon Jin sialan itu menahan bahunya.
“Kamu menyukai Kim Joon Eun, kan? Bisa kamu suruh dia untuk membuat Kim Mingyu mencabut tuntutannya?”
Yoon Seok berbalik dan memandang kakaknya dengan rendah. “Kenapa tidak menyerahkan dirimu saja? Setidaknya itu akan meringankan hukumanmu.”
Laki-laki separuh baya itu mendorong tubuh Yoon Seok hingga membentur dinding dengan kuat. Namun, ekspresi anak itu masih sama seperti sebelumnya, dan itu membuat Yeon Jin semakin kesal. “Apa kamu berpihak dengan mereka sekarang?”
“Apa kita pernah berada di pihak yang sama?”
“HWANG YOON SEOK!”
“Kim Mingyu sudah cukup berbaik hati, untuk tidak memajang wajahmu di media!!!” Kini gantian Yoon Seok yang mendorong tubuh Yeon Jin dengan kuat, membuat jarak. Napasnya memburu dan tangannya mengepal dengan kuat. “Bajingan sepertimu tidak seharusnya ada!”
Bug.
Satu tinjuan mendarat di wajah Yoon Seok, membuat sudut bibirnya berdarah. Laki-laki itu bahkan tidak menyekanya terlebih dahulu, dan langsung mengirim serangan balasan. Keduanya berakhir dengan saling melempar pukul dan tendangan. Kadang Yoon Seok yang di atas, menghajar wajah itu hingga hidungnya nyaris patah. Terkadang Yeon Jin yang di atas, tendangannya membuat Yoon Seok ingin membolos sekolah besok.
Yoon Seok dengan kuat menarik kaki Yeon Jin, membuat mantan guru itu langsung jatuh menghantam lantai dengan keras. Menimbulkan bunyi debaman yang mungkin terdengar ke telinga penghuni lantai bawah. Ia menaiki tubuh kokoh itu dan mencengkram lehernya. “Kamu mencintai Jeon Wonwoo, tapi kamu membuatnya menangis karena kamu telah menyakiti anaknya! Itu bukan cinta, sialan! Kamu hanya terobsesi pada wajahnya!”
Laki-laki brengsek itu tertawa.
“Bukannya sama denganmu? Bukankah kamu menyukai Joon Eun karena dia bernasib sama dengan Ibumu?”
“Diam, kau!”
“Anak haram sepertimu yang seharusnya tidak pernah ada! Kamu anak yang tidak pernah di harapkan! Dan saat Ibumu meninggal, kamu malah menyelamatkan anak sialan itu!”
Kata-kata yang dilontarkan Yeon Jin semakin membuat cengkraman di lehernya menguat. Matanya memerah karena murka. Ia bangkit dan meraih kursi kayu di sudut meja, membantingnya keras pada tubuh kakaknya sendiri. Tanpa mempedulikan jeritan kesakitan Yeon Jin, Yoon Seok menarik tubuh itu dan mendorongnya keluar dari flatnya.
“Bersujudlah pada Jeon Wonwoo, pada Kim Joon Eun, meski itu tidak menjamin apakah mereka akan membuat Kim Mingyu mencabut tuntutannya!” Kalimat diludahkan dan Yoon Seok langsung berjalan masuk ke dalam, membanting pintu dengan kuat. Mengabaikan teriakan penuh umpatan juga ancaman yang di lontarkan Hwang Yeon Jin.
***
Menyalakan shower, air berwarna merah pekat itu mengalir dan memudar setelah beberapa saat. Yoon Seok membuat poninya yang cukup panjang hingga ke belakang. Efek basah dan air yang masih mengalir, poninya tidak kembali ke depan.
“Anak haram sepertimu yang seharusnya tidak pernah ada! Kamu anak yang tidak pernah di harapkan! Dan saat Ibumu meninggal, kamu malah menyelamatkan anak sialan itu!”
Kalimat yang dilontarkan Yeon Jin adalah sampah. Dan sialnya itu terus terngiang di kepalanya.
Hwang Yoon Seok hanyalah anak haram dari Hwang Ye Jin, adik dari Ibu Hwang Yeon Jin. Saat berusia 24 tahun, suatu malam usai pulang kerja, Hwang Ye Jin di perkosa oleh pemabuk dan berakhir mengandung dirinya. Itu membuat Hwang Ye Jin trauma terhadap laki-laki manapun, bahkan ketika Yoon Seok mulai tumbuh semakin dewasa. Ibunya mengidap PTSD dan selalu menghindari semua laki-laki.
Meski begitu Ye Jin masih ingin menyayangi Yoon Seok dengan tulus sebagaimana seorang ibu. Ia memberikan sebuah masker hitam pada Yoon Seok saat berusia 11 tahun, dan memintanya untuk menggunakannya saat berada di sekitar.
Namun, saat ia duduk di bangku kelas 3 SMP, kakak sepupunya (Hwang Yeon Jin) datang berkunjung dan tinggal di sana selama beberapa hari sampai menemukan apartemen yang cocok.
Hwang Ye Jin menjadi sakit-sakitan sejak insiden pemerkosaan itu. Dan saat Yoon Seok datang ke apartemen Yeon Jin, membantu Joon Eun melarikan diri dari sana. Ibunya meninggal. Namun, Yoon Seok tidak menyalahkan Joon Eun dan malah membenci Yeon Jin. Karena wajah hancur Joon Eun selalu mengingatkannya pada sang ibu, maka ia bertekad untuk melindungi laki-laki itu. Bahkan jika itu mengharuskannya mengubah orientasi seksualnya sekalipun.
“Semuanya ... akan baik-baik saja, Joon-a. Aku akan melindungimu.”
To be continue
Sekilas tentang Hwang Yoon Seok. Anak itu baik tapi radak yandere. Jadi jelaskan kenapa Yoon Seok berusaha deket sama Joon Eun.
Maaf kalau alur ceritanya makin ke sini makin aneh, ya.
Semoga tidak mengecewakan, ya.
Jangan lupa VoMentnya.
See you~
KAMU SEDANG MEMBACA
[SP] SON || Meanie
Fanfic[SEQUEL CHILD] BOOK 4 OF 4 FROM SERIAL PREGNANT Kim Joon Eun sudah besar. Ia sudah bukan lagi anak polos yang selalu berada dalam gendongan Papa dan Mama. Tujuh belas tahun dan Joon Eun paham, kalau sebenarnya hubungan orangtuanya itu salah. Kalau k...