Chapter 12 : Remember

3.3K 295 59
                                    

Joon Eun begitu terkejut saat mendengar suara Mama dan Papanya. Ia yang sudah nyaris jatuh ke alam mimpi, langsung memberontak melawan efek penenang dalam obat yang diminumnya. Dari celah pintu yang ia buka sedikit, ia dapat melihat Joshua yang sedang berusaha menenangkan Mamanya. Membuatnya duduk. Sepertinya Joshua akan menceritakan apa yang pernah ia alami.

Matanya ia pejamkan. Berusaha mengusir bayang-bayang yang kembali menyergap. Tubuhnya nyaris limbung, namun, sekuat mungkin ia tetap berdiri dengan berpegangan pada dinding. Saat ia merasa tubuhnya sudah stabil, ia meraih tasnya yang tergeletak di lantai. Berjalan keluar kamar diam-diam.

Untung letak kamar yang digunakannya berada di samping ruang tamu, dan orangtuanya beserta Joshua berada di ruang tengah dengan sofa yang memunggungi pintu. Ia tidak mau melihat wajah hancur mamanya.

Langkah kakinya terhenti di sebuah halte yang cukup jauh dari kediaman cheolsoo. Ia mendudukkan dirinya. Memandangi kedua pergelangan tangannya yang di balut perban. Dua tahun dan topengnya kini telah menjadi debu. Namun, gara-gara Joshua sukses membuatnya mengingat masa lalu yang pahit, ia jadi ingat kalau Yoon Seok lah yang menolongnya.

“Kamu mengingatnya, Joon-a.”

Tubuh Joon Eun tersentak dan menegang begitu melihat Yoon Seok sudah berdiri di depannya—entah sejak kapan. “Yoon Seok.”

“Aku terkejut ternyata kamu tahu namaku.” Yoon Seok menyeringai. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Meski begitu matanya memandang Joon Eun dengan sedih. Kakak sepupunya itu memang bejat. Namun, ia hanya anak berumur 15 tahun saat itu. “Kupikir kamu sudah mati bunuh diri, Joon-a.”

“Aku sudah mencobanya, namun gagal.” Kepala Joon Eun menunduk semakin dalam. Jemari tangan kanannya meraba pergelangan tangan kirinya. Terdapat bekas sayatan yang cukup dalam di sana. Ia melakukannya saat Mama dan Papanya melakukan world tour concert. Bibi-bibi yang bertugas merawatnya selama orangtuanya tidak ada, memergokinya dan membawanya ke rumah sakit. Dan karena seluruh ancaman yang ia berikan. Kedua orangtuanya tidak mengetahui hal itu. “Kamu membawaku ke masa kelam itu lagi, Seok-a.”

Yoon Seok tertawa dan menganggukkan kepalanya. “Aku sengaja melakukannya. Ingin menagih janjimu.”

Joon Eun ikut tertawa, namun ada air mata yang mengalir menyertainya. “Tidak bisakah kamu bunuh saja aku?”

“Kamu bisa memikirkannya. Masa depan itu masih ada jauh di depan.” Yoon Seok bergerak satu langkah ke depan. Ia berlutut di hadapan Joon Eun. Tangannya terulur meraba pipi tirus itu, menghapus air matanya. “Tapi, aku tidak akan memaksa jika kamu memang tidak mau, Joon-a.”

Kembali belah bibir itu menyatu. Joon Eun masih bisa merasakan rasa capuchino dari bibir Yoon Seok, sebelum kegelapan kembali menyergapnya dengan telak. Tubuhnya terjatuh dalam pelukan Yoon Seok.

“Karena kamu tidak pernah berjanji padaku.” Joon Eun tidak menjawab permintaannya saat itu. Ia hanya memandanginya dengan kosong. Yoon Seok yang berinisiatif membawanya keluar dari apartemen Hwang Yeon Jin, dan mencarikan taksi untuk mengantarnya pulang. Ia pikir ia tidak akan pernah bertemu Joon Eun lagi. Siapa sangka takdir mempertemukan mereka, bahkan membuat keduanya berada di kelas yang sama dari kelas 10 sampai kelas 12. Namun, Joon Eun bahkan tidak mengenalinya sama sekali, jadi ia bertekad membuat Joon Eun mengingatnya. Meski ia sadar yang dilakukannya salah.

Yoon Seok membaringkan Joon Eun di kursi. Ia tadi berniat pergi ke supermarket untuk membeli stok makanannya yang sudah habis. Namun, urung saat melihat Joon Eun duduk sendiri di halte dalam keadaan linglung. Ia mencari ponsel Joon Eun dan bersyukur karena tidak ada pola atau apapun yang membuatnya harus bingung untuk mengaksesnya. Yeah, meski wajahnya langsung kembali tertekuk saat melihat kontak yang ada di ponsel anak itu.

[SP] SON || MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang