Chapter 10 : The Real Truth

3.2K 304 39
                                    

Joon Eun memandang keluar jendela kamarnya dengan kosong. Semalam, saat Mingyu menggedor-gedor kamarnya, ia memilih menyiapkan pakaian dan sesuatu ke dalam tasnya. Bukan maksudnya untuk pergi. Namun, semuanya sedang kacau saat itu-ia, Wonwoo dan juga Mingyu. Walau terkadang ia ingin mengakhiri hidupnya, ia juga masih penasaran akan misteri yang terjadi di masa depan. Apakah akan berakhir bahagia atau terus menderita.

Ditariknya kedua kakinya untuk ia peluk, lantas membenamkan wajahnya di sana. Ia tidak pernah membenci mamanya. Ia tidak pernah membenci keluarganya yang berbeda. Hanya saja setiap ia melihat mamanya, ia akan terbayang kejadian mengerikan yang berusaha ia lupakan. Tidak ada yang tahu kalau yang membuatnya tertidur saat malam adalah obat tidur.

Wajah dan perilaku dingin yang ia tampilkan selama ini hanyalah sebuah topeng. Agar tidak ada yang kembali mengusik hidupnya. Agar tidak ada yang kembali bertindak lancang atas dirinya. Namun, kehadiran Yoon Seok dan Tianshi seolah memaksanya kembali terlempar ke masa mengerikan itu. Menghancurkan topengnya dalam sekejap mata.

Alih-alih membenci kedua orangtuanya, ia lebih membenci dirinya sendiri yang masih terbelenggu akan bayang-bayang mengerikan yang senantiasa menghantuinya. Joon Eun mendadak merasa jijik-pada dirinya, tubuhnya, kulitnya. Ia merasa mual. Sontak ia berjalan tergopoh-gopoh menuju kamar mandi pribadi. Mengeluarkan sarapannya yang susah payah Joshua masukkan ke dalam perutnya.

Namun, rasa jijik itu masih ada. Ia berjalan masuk ke dalam shower box, menyalakannya hingga kini tubuhnya basah. Kedua tangannya dengan kalap menggosok setiap inchi tubuhnya hingga memerah. Luka-luka dikedua tangannya kembali berdarah.

"Astaga, Kim Joon Eun! Kamu kenapa?!" Joshua berseru panik melihat keadaan keponakannya. Ia berlari menghampiri Joon Eun, mematikan showernya dan mencengkram tangan itu agar berhenti mencakari tubuhnya. "Joon Eun, berhenti! Berhenti! Berhenti!"

Joon Eun mendongak, memandang wajah pamannya dengan air mata yang masih mengalir. Ia hanya menurut saat laki-laki itu menuntunnya keluar dari kamar mandi, mengeringkan tubuhnya sampai memakaikannya baju. Ia masih diam bahkan saat Joshua mengobati luka-luka di tangannya.

"Joon Eun." Joshua meraih jemari Joon Eun dan menggenggamnya dengan lembut. Ia meminta anak itu agar melihatnya. Dan Joshua sadar, ada sejuta rasa sakit serta luka yang anak itu simpan untuk dirinya sendiri. "Joon Eun percaya sama Uncle, kan? Uncle janji gak bakal kasih tahu siapa-siapa. Joon Eun juga bebas mau tinggal di sini sampai kapan aja. Asal Joon Eun mau cerita sama Uncle. Joon Eun kenapa? Apa yang terjadi sampai anak manis Uncle hilang, eoh?"

"Bagaimana Uncle bisa bantu, kalau Joon Eun aja gak cerita, eoh?"

Joon Eun terlihat gusar. Hatinya memintanya untuk berterus terang, namun, otaknya melarangnya dengan keras. "Uncle ..."

"Ya?"

"Apa Joonie mirip dengan Mama?"

***

Dua tahun yang lalu ...

Perasaan ketika akhirnya terlepas dari jerat kesepian, lantas di sambut oleh senyum hangat begitu tidak tergambarkan. Ketika akhirnya ada mata yang memandang dengan sorot yang menyenangkan. Semua orang pasti berharap agar semuanya tidak berakhir dengan begitu cepat. Semua cara akan dilakukan untuk mempertahankannya. Berbagai cara, bahkan ketika akhirnya kamu membiarkan mereka melewati batas.

Itu yang aku lakukan saat akhirnya menginjak bangku SMP, dan semua orang memandangku sebagai aku-Kim Joon Eun. Bukan putra tunggal dari pasangan Kim Mingyu dan Jeon Wonwoo. Semuanya terasa sangat menyenangkan.

Saat seseorang mengulurkan tangan ketika aku terjatuh. Lemparan kertas ketika ujian tiba, yang berisi contekan karena mereka tahu aku lupa belajar. Atau menggosipkan senior juga guru wanita dengan dada dan bokong besarnya yang menggoda. Juga ketika teman yang selalu mengatakan bahwa ia lebih tampan dariku-padahal tidak. Suasana baru yang membuatku berpikir kalau semuanya hanyalah mimpi.

[SP] SON || MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang