26: TRAGEDI (REVISI)

73 10 23
                                    


"Udah malem ini El, pulang yo!"

"Ayo."

Nisa dan El pun lantas masuk ke dalam mobil. Sepertinya Nisa sudah sangat lelah, sampai-sampai ketika ia duduk dan memakai sabuk pengamannya, ia langsung tertidur nampak pulas.

El terkekeh pelan sambil menyingkap rambut yang menghalangi wajah cantik Nisa. "Tidur nyenyak, Sa." Katanya pelan dengan ibu jari yang mengusap dahi Nisa.

Drrrrt drrrrtr drrrrrrrt

Drrrrt drrrrt drrrrrrrt

"Sa, ada telpon Sa." Kata El sambil menepuk-nepuk pipi Nisa, tapi ia tak kunjung bangun. Kebo.

El mengerutkan dahinya kala melihat nama Alpi yang nampak pada layar handphone Nisa. El tahu bagaimana situasi yang terjadi antara Nisa dan Alpi. Bagaimana mungkin sekarang Alpi malah menghubungi Nisa? Kata-kata menyakitkan yang pernah terlontar dari mulut Alpi untuk Nisa sontak membuat El mengepalkan kedua tangannya di atas stir mobil.

"Bangsat." Umpat El dengan pelan menahan emosinya.

Hallo Nisa! Nis, lo dimana?!

Mendengar suara cewek yang muncul, El menatap kembali nama yang tertera di layar ponsel Nisa. Tapi benar namanya Alpi, kenapa yang keluar malah suara cewek?

"Hm."

Eh? El?

"Ya."

Nisa mana El? Kasih telponnya ke dia cepetan!

"Tidur."

HA?

"Dia lagi tidur."

Kalian dimana?!

"Kenapa?"

Bangunin si Nisa gc woy!

"Males."

EL! DARURAT!

"Kenapa?"

TIARA SAMA ALPI KECELAKAAN MOBIL! GC KESINI!

"Oh."

EL!

"Dimana?"

Rumah sakit citra medika. Alpi kritis, Tiara kom-

"Gue gak butuh penjelasan lo."

Tuuuuut

El pun tanpa membangunkan Nisa langsung menjalankan mobilnya untuk kembali ke Jakarta. Setelah menempuh beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka sudah sampai di depan rumah Nenek.

"Nisa." Kata El sambil menepuk-nepuk pipi Nisa. "Hey, Nisa bangun. Udah sampe, sayang."

"Hmm."

"Bangun hey, buka matanya."

"Ngantuk." Tanpa berniat membuka matanya, Nisa malah semakin mencari posisi ternyaman untuk melanjutkan tidurnya. El menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Nisa, buka dulu matanya. Aku mau ngomong."

"Ngomong apa?" Tanya Nisa pelan dengan mata yang masih terpejam.

El nampak berpikir sejenak. "Tadi ada telpon masuk ke hp kamu." Mendengar itu Nisa membuka matanya sedikit.

"Siapa? Mana hp aku?" El pun memberikan ponselnya Nisa. "Alpi?"

"Iya, tapi suara cewek yang. Kaya suara Ayu sih kedengerannya. Katanya Alpi sama Tiara kecelakaan." Akhirnya mata Nisa terbuka dengan sempurna. Ia menatap syok El.

"Serius?!"

"Iya."

"Terus kenapa kamu bawa aku pulang? Kenapa gak langsung ke rumah sakit? Mereka di rumah sakit kan?" Nampaklah raut khawatir Nisa saat ini, wajah ngantuk tadi telah hilang entah kemana.

El lantas menarik kedua bahu Nisa untuk menghadap kearahnya. "Sa, mereka udah buat hidup kamu menderita. Kamu gak seharusnya sekhawatir gini. Mereka aja gak khawatirin kamu saat kamu kehilangan penglihatan kamu." Satu tetes air mata Nisa berhasil jatuh di atas pipi Nisa.

"El, seburuk apapun mereka terhadap aku, mereka tetep temen aku."

"Temen? Orang kaya gitu masih kamu anggep temen? Sa plis, mereka udah nyakitin kamu."

"Mau gimana pun juga Tiara itu kembaran aku El, Alpi juga temen aku ya walapun dia udah gak kaya dulu lagi." Nisa lantas membuang pandang agar tak menatap mata El yang tengah menatapnya dengan intens.

"Kamu jangan nangis, Sa. Ayo kita ke rumah sakit." Mau tak mau El pun akhirnya menuruti keinginan Nisa untuk pergi ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Nisa juga El melihat sudah ada teman-temannya di sana. Ayu, Tata, Chalista, Yessa, Daniel, Ethan, Yunita dan Dina, mereka nampak menundukan kepalanya sambil menatap lantai dengan tatapan kosongnya masing-masing.

"Guys, gimana keadaan mereka?"

"Tiara udah sadar."

"Kalo Alpi?"

"Mmm, d-dia-"

...

Segini dulu aja ya

See you💖

NISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang