3: DAFFI (REVISI)

177 29 29
                                    

Warning!!!

Banyak kata-kata kasar, jangan ditiru ya ges ya!!!

Happy Reading

...

Kau terlalu tampan, kau juga terlalu brengsek dimataku.

...

Dengan langkah gontai Nisa berjalan menuju perpus seorang diri. Temannya yang lain sudah dipastikan sedang nongkrong di warung belakang sekolah.

"Pak Tejo meresahkan!"

Dengan sambil menghentak-hentakan kakinya, Nisa terus berjalan tanpa sadar tali sepatunya sudah terlepas. Tinggal menunggu detik dimana ia akan terjatuh.

Brugh

"ANJING! PANTAT GUE SAKIT!"

HAHAHAHAHAA

HAHAAHAHA

HAHAHAHA

"BERISIK KALIAN! GUE JATOH BUKANNYA DIBANTUIN MALAH DIKETAWAIN!" Dengan kesal Nisa pun melenggang pergi melanjutkan perjalanannya. Asik perjalanan.

"Nisa!"

Mendengar namanya dipanggil, ia pun langsung membalikan tubuhnya dengan malas. "Ap- Daffi?" Lirih Nisa sambil memundurkan langkahnya. Tangan Nisa terkepal kuat menahan segala emosi yang tiba tiba muncul kepermukaan.

Daffi lantas memajukan langkahnya mendekati Nisa. Namun Nisa terus menghindar dan memundurkan langkahnya.

"Stop disitu!"

Mendengar itu, Daffi tidak mengindahkannya. Hingga kini Nisa benar-benar tepat berada di hadapannya. "PERGI!" Teriak Nisa.

"Gue mau ngomong sama lo, bodoh!" Kata Daffi membentak.

Nisa terlonjak kaget, ia menahan kuat-kuat agar air matanya tak keluar saat itu juga. "Gue gak mau!" Ucapnya.

Nisa ingin kabur, namun dia sudah terpojokan seperti ini. Ia memikirkan segala cara untuk lolos dari Daffi, namun otaknya saat ini tak bisa berpikir. Ia terlalu takut. Nisa benar-benar tak bisa mengendalikan rasa takutnya.

"Daf, please."

"Lo sama aja kaya Nasa!"

"Jangan lo sebut-sebut nama dia! Mulut lo gak pantes nyebut nama dia lagi setan!" Kini kabut emosi menggelapkan mata Nisa. Lantas Daffi tertawa meremehkan.

Gila

Nisa memukul dada bidang Daffi kuat-kuat untuk menumpahkan amarahnya. Namun sepertinya Daffi tak merasakan sakit sedikit pun. "LO JAHAT, DAF!" Runtuh sudah pertahanan Nisa. Ia tak bisa membendung air matanya lagi. Ia terus memukuli Daffi, sedangkan Daffi dengan tampang senyum tampannya membiarkan itu.

Sarap

Dengan sekali hentakan, kini Nisa ada dalam dekapan Daffi. Ia terus memberontak, namun tenaganya kalah dengan tenaga Daffi. Sampai-sampai Nisa merasa lelah dengan semuanya. Ia menangis meraung mengeluarkan semua rasa sesak yang ia pendam sendirian.

"Lo jahat, anjing. Gue benci sama lo." Isakannya kian terdengar menyayat hati. Terlihat sudah Nisa yang sebenarnya. Nisa yang rapuh dan lemah. Lebih parahnya lagi, ia menumpahkan semuanya di depan orang yang menjadi penyebab kehancuran dunianya.

Daffi mematung di tempatnya berdiri. Memeluk Nisa semakin erat, mengelus kepalanya berniat untuk menenangkannya. Ada sorot mata yang tak bisa di jelaskan dari balik mata Daffi.

"Kenapa lo bunuh Nasa?!"

"Kenapa, Daf?"

"KENAPA HARUS ELO BANGSAT?!"

Daffi menghela nafasnya pelan. "Udah gue bilang berkali-kali, gue gak bunuh kembaran lo itu." Katanya penuh penekanan.

"Iya, memang lo gak bunuh dia secara langsung. TAPI LO UDAH BUNUH SEMUA KEBAHAGIAANNYA! LO UDAH RENGGUT SENYUMNYA! LO UDAH RENGGUT MAHKOTANYA! APA ITU GAK CUKUP BUAT MENGGAMBARKAN KALO LO YANG MENJADI PENYEBAB DIA MATI?!"

"LEPASIN GUE!"

Bugh

"Alpi!" Nisa lantas berlari dan bersembunyi di belakang tubuh tinggi Alpi. "Pi, gue takut." Kata Nisa lirih sambil memeluk Alpi dari belakang.

"Udah gue bilang sama lo, jangan deketin Nisa! Jangan sentuh dia anjing!" Marah Alpi.

"Buka mata kalian!" Setelah mengatakan itu, Daffi pun melenggang pergi dengan tangan yang terkepal kuat.

...

PLIS YA GAIS VOTE SAMA KOMENNYAAA
.
.
THANK YOU
AND SEE YOU

NISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang