Gue kalo lagi kangen bawaannya pengen nangis terus, mana serba salah lagi.
...
Nisa masih diam di atas rooftop seorang diri. Air mata tak hentinya mengalir di pipi Nisa yang sudah memerah.
Nisa menyalahkan dirinya sendiri karena hanya kebencian yang ia berikan kepada pria baik seperti Daffi. Rasa penyesalan yang bersarang dalam dirinya terus menghantui Nisa. Selain penyesalan, rindu juga menghujamnya dengan telak.
"Daffi, maapin gue gak bisa berenti nangis. Tapi lo harus tetep bahagia dan tenang di sana ya." Nisa menghela napasnya pelan.
"Gue kangen sama lo, Daf. Gue gak tau gimana ngatasin kangen yang gak bisa gue bayar dengan apapun selain ketemu sama elo. Gue pengen ketemu lo, gue pengen peluk lo, gue pengen cerita banyak sama lo, abisin waktu senja sama lo, bukankah terdengar indah? Daffi, tolong sering-sering hadir ke mimpi gue ya. Gue mohon sama lo, karena sekarang hanya dengan mimpi gue bisa sedikit melepas rindu. Ya, walaupun ketika terbangun gue bakal ngerasa kehilangan lagi. Tapi setidaknya ketika terbangun, gue masih bisa rasain kehadiran lo." Nisa menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Rasa sesak kian menghimpit dadanya. "Daffi, Nisa kangen banget. Nisa harus gimana? Mau ke peristirahatan terakhir Daffi pun Nisa belum bisa. Maapin Nisa, Daf." Di bawah terik matahari pagi ini alam semesta dapat melihat bagaimana rapuhnya Nisa saat ini. Ia telah kehilangan cintanya.
"Daffi, maapin gue yang masih berharap kalo lo belom meninggal. Gue masih sangat berharap kalo lo bakal berdiri di depan gue saat ini, Daf. Tolong." Nisa menarik napasnya sangat dalam, mencoba menghilangkan rasa sesak yang tak hentinya menyakiti dada.
"Hiks, Daffiiii."
"Nisa."
...
Jam istirahat sudah berbunyi nyaring. Ayu menatap kursi di sebelahnya yang kosong. Ia mencemaskan Nisa yang sampai saat ini belum kembali juga.
"Duh, Nisa. Lo kemana si?" Ayu pun langsung melenggang pergi untuk menemui teman-temannya. Barang kali Nisa sudah bertemu dengan teman-temannya.
Setelah sampai kantin, Ayu dapat melihat Tata, Chalista, Yessa, Ethan dan Daniel tanpa ada Nisa. "Guys, kalian liat Nisa gak?" Tanya Ayu kala mendudukan dirinya.
"Lah, bukannya sama lo?"
"Ish, kagak. Tadi setelah keluar dari gudang dia mau ke toilet dulu katanya. Eh sampe sekarang belom balik-balik."
"Demi apa?!"
"Jangan panik guys, mungkin si Nisa lagi di perpus atau rooftop gitu. Dia kan masih galauin Daffi, pasti dia butuh waktu sendiri."
"YA AMPUN TATA TUMBEN BANGET NGOMONG KEK GINI! TERHARU GUE!"
"Hewir banget iw."
"Apaan lo Dina! Main muncul-muncul aja kek jelangkung! Mana main nyambung-nyambung segala lagi!"
"Dih, ya suka-suka gue lah! Kok situ ribut banget sih!"
"Lo ribet banget ngurusin idup orang!" Sungut Tata kesal.
"TIARA, NIH TEMEN LO JAGAIN!" Teriak Chalista membuat seisi kantin yang awalnya ramai menjadi hening. Mereka bingung dengan Semar Mesem yang terbagi menjadi dua kubu seperti sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NISA
Fiksi Remaja[Sudah tamat & Part lengkap] ✔️ "Gue bakal bantu lo." Daffi tersenyum lebar. Bukan. Bukan senyum bersahabat atau rasa iba, melainkan senyum tampan yang menakutkan si mata Nisa. "Tapi-" "Tapi apa, Daf?!" "Tapi lo harus jadi pacar gue." 'Yang bener aj...