EKSTRA PART

126 9 37
                                    

Pesawat yang terbang dengan selamat akan lepas landas di bandara yang tepat

...

Riuh tepuk tangan menggema di seisi aula yang sangat besar tersebut. Tetesan air mata dari para pemakai baju toga menjadi bukti bahwa kebahagiaan tengah terpancar nyata di sana.

Nisa menatap sekeliling dengan air mata yang telah membanjiri matanya sedari tadi. Ia dapat melihat Nenek tengah melambaikan tangan ke arahnya. Nisa pun langsung berlari dan memeluk Nenek sangat erat. Hanya Nenek lah yang menemaninya hingga menjadi lulusan S1 Psikologi seperti sekarang ini. Inilah cita-citanya sedari dulu.

Sedih memang ketika ia wisuda seperti ini, kedua orang tuanya telah tiada disampingnya. "Ayah, Bunda, aku lulus. Aku bisa raih cita-cita aku." Lirih Nisa sambil menangis dipelukan wanita tua renta ini.

"Nisa!"

"Nasa!" Nisa langsung berhamburan memeluk Nasa. Mata Nasa nampak sudah berair. Cita-cita Nisa adalah cita-citanya juga, namun yang bisa meraihnya hanya Nisa. Tapi Nasa tetap merasa sangat senang, karena rasa senang Nisa juga dapat ia rasakan dalam hatinya.

"Congratulation, Nisa."

"Makasih, Nasa."

Mereka menangis senang. Sangat senang. Dari sini Nisa akan memulai karirnya. Ia ingin Ayah dan Bundanya juga Daffi dan El bahagia di atas sana. Ia juga sangat ingin Nenek yang selama ini bersamanya merasa bangga. Nisa selalu berharap bahwa hanya akan ada kebahagiaan setelah ini.

Ia jadi teringat Ethan. Teringat akan janji Ethan 4 tahun yang lalu. Ia sangat berharap kalau Ethan akan menepati janjinya.

"21 Februari 2025, pukul 14.00, di taman Anggrek - Cempaka Putih."

"Kita bakal lanjutin kisah kita yang tertunda ini."

Kata-kata itu masih jelas teringat dalam benak Nisa. Bagaimana cara mata Ethan mengatakannya dengan penuh keyakinan. Ia sangat mengingatnya. Hari ini. Hari ini adalah 21 Februari 2025. Hari ini seharusnya Ethan akan menepati janjinya.

Nisa pun menatap arloji yang bertengger manis di pergelangan tangannya.

13.30 WIB

Nisa pun langsung melenggang pergi setelah berpamitan dengan Nenek dan Nasa. Ia ingin menemui Ethan. Ia merindukan Ethan. Ia tidak bisa berbohong tentang hal itu. Selama ini ia telah menunggu Ethan untuk kembali.

Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya Nisa sampai di taman Anggrek. Masi lengkap dengan baju toganya, ia menghampiri bangku taman yang satu-satunya ada disitu. Tempat itu sepi. Tidak ada seorang pun.

Nisa meyakinkan dirinya bahwa Ethan akan menepati janjinya, walau dalam hati kecilnya ia merasa ragu dan sangat takut.

13.55 WIB

Than, plis datang Than.

Langit ternyata mulai mendung. Angin berhembus cukup kencang. Nisa duduk ditempat itu seorang diri. Sangat berharap bahwa orang yang ia tunggu akan segera menampakan diri dihadapannya.

Kembali Nisa menatap arlojinya dengan pandangan yang mulai berkabut.

14.15

Janji kamu tepat jam 2 siang, Than.

Detik berikutnya hujan mengguyur daerah tersebut bersamaan dengan Nisa yang menjatuhkan air matanya. Setidaknya hujan yang mengguyur tubuhnya dapat menyamarkan suara isak pilunya saat ini.

Kamu dimana?

Apa aku gabisa ketemu kamu barang 1 menit aja?

Hiks

Suara hujan yang deras juga bunyi petir semakin menenggelamkan suara tangis Nisa saat itu. Nisa mulai menggigil kedingin dengan tubuh yang sudah sangat basah kuyup.

Than, kamu ingkar?

Ditengah tubuhnya yang akan ambruk, tiba-tiba tetesan air hujan terasa tidak mengenai kepalanya lagi. Nisa lantas menatap kearah payung yang memayungi dirinya. Nisa membeku kala melihat raut tenang di wajah pria di depannya ini.

"Bodoh." Satu kata itu yang akhirnya diucapkan pria itu untuk pertama kalinya. Nisa lantas memeluk pria itu dengan sangat erat. Ia tak peduli kalau baju pria itu akan basah dan kotor akibat ulahnya.

"Ethan." Lirih Nisa dengan isak tangis yang terdengar samar.

"Maaf, telat 20 menit."

Ya, orang itu adalah Ethan. Orang yang Nisa tunggu-tunggu selama ini. Akhirnya penantiannya berakhir juga. Ethan telah kembali.

"Maaf baju kamu jadi kotor." Kata Nisa yang kini melihat pakaian putih Ethan basah dan kotor. "K-kamu p-pilot?" Tanya Nisa sambil menahan dingin. Ethan ternyata masih tetaplah Ethan yang dingin seperti masa SMA dulu. Ia hanya menjawabnya dengan anggukan di kepalanya.

Ethan dengan tubuh yang semakin gagahnya itu meraih sesuatu dalam sakunya lalu memberikannya pada Nisa.

The Wedding?

Undangan?

"Undangan pernikahan? Buat aku?" Tanya Nisa dengan jantung yang semakin berdebar kencang. "Siapa yang mau nikah?" Tanya Nisa lagi.

Bukannya manjawab pertanyaan Nisa, Ethan malah menatap dalam bola mata biru Nisa itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Siapa yang mau nikah, Than?" Ulang Nisa lagi dengan suara yang mulai kembali bergetar.

"Saya."

Dan saat itu juga dunia Nisa runtuh seketika.

...

Haiiiii
Yang kangen Nisa sama Ethan angkat kakinya

Tuh uda dikasi ketemu mereka gais
Jangan lupa vote sama komennya

Maaciw😘

NISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang