28: MURID BARU (REVISI)

76 11 31
                                    

Setiap kepingan puzzle yang saya terima, semakin membuat saya bingung.

...

Ayu dan Nisa jalan beriringan menuju kelas mereka. Ayu nampak ingin berbicara, namun ia ragu. Sekali lagi Ayu menatap wajah Nisa dari samping lalu menghela nafasnya pelan.

"Nisa." Nisa lantas menoleh sambil menaikan sebelah alisnya. "Apa?" Tanyanya.

"Sebenernya-"

"Eh nanti dulu deh, di kelas ngomongnya. Gue mau ke kantin dulu bentar."

"Ngapain?"

"Si El."

"Lo beneran jadian sama si tukang razia?"

"Iya, yaudah bye Ayu. Bentar doang kok." Nisa pun langsung berlari meninggalkan Ayu yang langsung memilih memasuki kelas.

"Apa ni rame-rame?"

"Katanya bakal ada murid baru ke kelas kita."

Ayu menaikan sebelah alisnya, "Cewek cowok?"

"Cowok! Dan lo harus tau, cowoknya ganteng!"

"Gak usah so tau lo."

"Yeu, palingan lo liat tu cowok aja langsung doyan!"

"Kagak!"

"Gak usah terlalu setia lah Yu sama si Aris. Tadi gue liat si Aris beduaan sama cewek lain tau di kantin!"

"Iya woy, gue juga liat!"

"Berisik anjing!" Ayu lantas duduk di tempatnya dengan mood yang mendadak buruk.

Gubrak

"GUYS, PAK TEJO DATANG!" Penghuni kelas lantas kembali duduk di tempatnya masing-masing dengan rapi.

"Selamat pagi."

"Pagi, Pak."

Pak Tejo datang dengan sosok cowok jangkung nan rupawan yang dapat dipastikan bahwa cowok tersebut adalah murid baru yang dimaksud. Kaum hawa di kelas tersebut tentu sedang memekik tertahan kala cowok tampan itu menyapu pandang seisi kelas.

"Kelas kita kedatangan murid baru. Nak, silahkan perkenalkan dirinya."

"Pagi, saya Dika pindahan dari Roma, Italia. Tapi saya kelahiran Indonesia kok."

Ayu memutar bola matanya dengan malas. "Ya iyalah lahir di Indonesia, orang muka gak ada tampang bule nya sama sekali." Celetuk Ayu cukup kencang membuat seisi kelas menatap ke arahnya.

"Ngapain liatin gue kaya gitu?"

"Ayu."

"Iya Pak?"

"Saya tau kamu lagi galau, tadi saya liat Aris lagi makan bubur sama siswi cantik di kantin, tapi tolong kamu jangan jadi seperti ini. Terutama pada murid yang masih baru."

"Baru dari pabrik gitu, Pak?"

"Ayu!"

"Iya iya." Ayu pun menenggelamkan wajahnya di atas meja.

"Nisa mana, Ayu?"

"Mana saya tau Pak, emang saya Ibunya apa."

"Ayu!"

"Di kantin, Pak." Kata Ayu dengan jengkelnya.

"Panggil sana!"

"Ada hp, ngapain harus saya kesana?" Ayu pun merogoh saku roknya untuk mrngambil ponsel.

"Ayu Manik!"

"Oke, Pak!" Ayu pun mau tak mau bangkit dan melenggang pergi dengan ogah-ogahan. Pak Tejo hanya bisa memijat pangkal hidungnya melihat tingkah murid perwaliannya.

...


"NISA ADHWANI!"

"Hadir! Ngapain lo ke sini?"

Ayu memutar bola matanya malas. "Suka-suka gue lah, emang ini kantin punya Nenek moyang lo?!"

"Anjrit galak, kenapa lo? Baru dapet?"

"UDAH ADA PAK TEJO MARKONAH! LO MALAH ENAK-ENAKAN PACARAN DI SINI! INI LAGI KETUA OSIS UDAH BEL BUKANNYA LANGSUNG MASUK KELAS!"

"AYU BERISIK!" Teriak Nisa sambil menutup kedua kupingnya.

"Gue dispen, mau keliling buat razia kaos kaki."

Ayu lantas menatap ke arah kaos kaki yang sedang dikenakannya. Ia melotot kala melihat saat ini ia tengah memakai kaos kaki warna abu-abu favoritnya.

"Lepas kaos kaki lo." Kata El dengan entengnya.

"Ogah! Ayo, Nis!" Nisa pun bangkit, namun kala akan melangkah tangannya malah dicekal oleh El.

"Mau kemana?"

"Ke kelas lah dongo!" Itu Ayu yang menjawab, bukan Nisa.

"Gue gak nanya lo."

"Nisa, ayo!"

"El, aku pamit dulu ya?"

"Iya sana. Itu temen kamu nanti suruh dateng ke ruang osis kalo gak mau kasiin kaos kakinya."

"OGAH BANGET GUE KE RUANG OSIS." Ayu lantas menatap tajam El. "Hayu, Nis." Ayu pun menarik Nisa untuk pergi ke kelas mereka.

Saat memasuki kelas, Pak Tejo sudah tidak ada. Nisa lantas menatap tajam Ayu. "Mana Pak Tejonya?!" Tanya Nisa.

"Udah pergi lagi kali, noh dia nganterin murid baru doang mungkin."

"Itu murid baru?"

"Iye."

Nisa menatap cowok tampan tersebut dengan mengerutkan keningnya. "Gue kek pernah liat tu cowok, tapi dimana yak?" Tanya Nisa pada dirinya sendiri.

"Namanya siapa si?" Tanya Nisa pada Ayu.

"Dika."

Dika? Kek pernah denger, tapi dimana yak?

Dika pun menatap ke arah samping. Menatap Nisa yang terciduk sedang menatapi dirinya. Dika lantas menaikan sebelah alisnya, Nisa yang merasa terciduk malunya bukan main.

Mampus mampus

Dika lantas bangkit dari duduknya dan menghampiri Nisa yang kini tengah berpura-pura menyibukan diri dengan ponselnya.

"Nisa." Nisa terlonjak kaget kala mendengar namanya disebut. Ia menoleh dan mendapati Dika yang tengah berdiri disamping bangkunya.

"Lo tau dari mana?"

"Daffi."

Deg

"D-daffi?"

...

HAIIII
JAN LUPA VOTE SAMA KOMEN

BESOK UP
MAKASYIIII

NISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang