Take 22

991 201 25
                                    

Suara ketukan terdengar di atas meja bar berulang kali. Mencoba menarik perhatian seorang pria bertudung hitam yang sudah sejak tadi melamun, menatap kosong gelas whiski di tangan. Ketika bartender dengan rambut hitam yang dikuncir tinggi-tinggi itu berdecak, sebuah sentilan kuat mengenai kening sang pelanggan.

"Itu menyakitkan, Shika! apa yang kau lakukan?!"

"Akhirnya! kalau kau tidak niat minum, lebih baik kau pulang sebelum kutendang, Naruto."

Bibir pemuda pirang itu mengerucut lucu, dia tidak memakai masker, hanya menutupi kepala dengan tudung sambil menikmati segelas minuman. "Ini juga sedang minum, sedikit demi sedikit, kalau langsung ditegak mending minum air putih!"

"Baik, baik, Tuan Pelanggan silahkan pulang sekarang. Anda sudah mabuk berat," Shikamaru berucap datar sembari membersihkan gelas wine.

"KAU! AKU BELUM MABUK, SIALAN!" Naruto mengumpat lalu menaruh gelas whiski, dia menghela napas pelan dan bergumam lirih. "Argh! payah, aku payah!"

Kali ini giliran Shikamaru yang menghela napas pelan. Dia lalu menurunkan kepala, menatap sejajar pada mantan ketua osis sekolahnya. Sebelum bicara, dia sempat membuka tudung hoodie, membiarkan dirinya melihat lebih jelas wajah teman lamanya.

"Jadi, sebenarnya apa yang membuat seorang Uzumaki Naruto yang tidak suka minum, malah menghabiskan hampir setengah botol whiski?"

"...," Naruto mengalihkan tatapannya, "Aku-aku hanya baru sadar betapa bodohnya diriku."

Tatapan yang Shikamaru berikan berhasil membuat Naruto menggeram pelan. Pria bermata hitam itu mendengkus pelan, sudut bibirnya tertarik menahan tawa. "Kau baru sadar?"

"Hei! kau tidak lupa saat sekolah dulu, aku ini ketua osis!"

"Aku tidak membicarakan otak cemerlangmu, ya walaupun aku masih lebih jenius darimu." Shikamaru terkekeh pelan, lalu dia menunjuk ujung hidung Naruto dengan telunjuknya. "Yang kita bicarakan ini adalah hatimu."

Shikamaru mendadak memasang raut wajah ingin muntah, "Aku ini bartender, jadi akan kutambahkan biaya konsultasi cinta di bill-mu." dia mengelilingi meja, kemudian duduk di samping Naruto dan merangkul bahu.

"Dengar, Naruto. Seorang pria harus berani ambil keputusan, berani melangkah demi orang yang dia cintai." Shikamaru mulai mengeluarkan petuah andalannya. "Kau sudah lama memendam perasaan cintamu, aku sampai lelah mendengar cerita-ceritamu, mulai dari pertemuan pertama, bagaimana kau diam-diam memperhatikannya saat sekolah, maupun saat kalian bertemu lagi di dunia kerja. Bahkan telingaku panas, saat kau bercerita dengan penuh semangat ketika akhirnya kalian pacaran dan berciuman--"

"Tutup mulutmu, nanas!" Naruto mendorong jauh-jauh wajah Shikamaru dengan pelipis berkedut kesal. "Jujur saja, kau tidak ada niat memberi solusi, hanya ingin menjahiliku saja, benarkan?!"

"Ck, tentu saja. Memang apa lagi?" dengan santainya Shikamaru berdiri dan kembali ke tempatnya, membersihkan gelas wine. "Sudahlah lebih baik kau pulang, tidur, lalu besok pagi ke rumah utama Hyuuga."

"Untuk apa?"

"Untuk melamar Hyuuga Hinata, apa lagi?" perkataan santai Shikamaru dijawab dengan semburan air dari Naruto yang terkejut. Laki-laki itu dengan sigap menyingkir, dan memberikan tisu pada temannya. "Kau sejak tadi dilema karena berpikir bisa saja kau terlambat melamarnya, bukan?"

Naruto batuk berulang kali, kemudian terdiam dengan wajah memerah sampai telinga. Harus diakui Shikamaru memang jenius, tidak hanya dalam bidang akademik, namun juga menilai dan membaca situasi. Dia menghela napas pelan, mengcengkram kuat gelas di tangan.

"Tu-tunangan Hinata bilang, apa yang bisa dilakukan pangeran yang kehilangan mahkotanya." Naruto berujar pelan, dia lalu terkekeh, "Benar, jika saja keluargaku tidak bercerai. Mungkin saat ini aku hidup sebagai pewaris perusahaan Namikaze. Bukannya hidup sebagai asisten sutradara yang jadwal kerjanya tidak tentu."

ASMR Boyfriend [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang