Take 23

1K 174 7
                                    

Pintu ruang tunggu aktris Yamanaka Ino terbuka, menampilkan sosok perempuan cantik bermata hijau toska. Pekerjaan hari ini membuatnya menghela napas pelan. Jika bukan karena reality show ini sedang hangat-hangatnya. Mana mau dirinya meladeni MC mesum seperti Jiraiya-sama.

"Ne, Hinata-chan cepat kita pergi---YA TUHAN?!" Ino terperanjat kaget, sampai-sampai punggungnya menabrak keras pintu di belakangnya.

Seseorang duduk di pojok ruangan, tengah bermuram durja hingga terdapat jamur-jamur ilusi di sekujur tubuhnya. Sosok itu perlahan mendongak, menatap Ino yang sudah gemetar ketakutan.

"Ah, selamat datang, Ino."

Ino mengenali suara itu segera membulatkan kedua mata. "Hinata-chan?!"

Gadis cantik itu segera menghampiri, menarik hati-hati tangan sahabatnya dan menyuruhnya duduk di sofa. Sorot mata Ino terlihat serius, khawatir dengan keadaan Hinata. Memang sudah hampir dua minggu ini dia menyadari teman satu sekolahnya terlihat murung, tidak bersemangat, seperti sedang ada masalah. Namun setiap Ino bertanya, Hinata selalu menjawab dia baik-baik saja.

"Hinata-chan," Ino memanggil pelan, lalu menepuk dadanya sambil merentangkan tangan. "Bajuku siap basah, telingaku siap mendengar, dan tanganku siap memelukmu. Jadi kemarilah!"

Tanpa Ino harus mengulang dua kali, Hinata segera memeluknya. "Naruto-kun tidak ada kabar, tidak ada telpon, tidak ada pesan. Aku tahu dia sibuk, tapi ini buatku khawatir! "

Pekerjaan mereka berdua memang semakin padat. Membut keduanya jadi jarang bertemu. Meski begitu, Naruto masih menyempatkan diri untuk memberi kabar. Menelpon disela waktunya, atau mengirimkan pesan. Namun dua minggu berlalu, tidak ada kabar dari pemuda pirang. Sosial media, bahkan channel di youtube pun tidak ada update terbaru. Seakan pria itu lenyap dari muka bumi.

"Aku sudah coba menghubungi Kakashi-san, dan dia bilang Naruto-kun baru-baru ini ambil cuti. Kenapa dia tidak mengabariku sama sekali, Ino?"

Ino menepuk pelan punggung sahabatnya. Dapat dia rasakan bajunya mulai basah. Sebenarnya apa yang dipikirkan Asisten Sutradara satu itu. Ino menggeleng tanpa sadar.

"Aku tidak apa-apa kalau Naruto-kun mencampakanku. Sungguh! asalkan dia baik-baik saja, tidak menghilang seperti ini. Aku takut dia kenapa-kenapa, Ino!"

"Shh... Hinata-chan, berpikirlah positif. Mungkin saja Uzumaki-san sedang ada urusan mendadak. Kalau tidak, untuk apa dia mengambil cuti mendadak?"

Hinata mengangguk pelan, dia juga berpikiran sama dan mencoba mempercayai Naruto. Namun dirinya sama sekali tidak menyangka, bahwa rasa khawatir, cemas, dan merindukan seseorang akan semenyakitkan ini.

...

Bulan bersinar indah di langit malam, dan di depan pintu apartemen Hinata berdiri mematung. Dia memang berniat untuk menunggu Naruto menghubunginya. Namun hati dan tubuhnya lebih selaris dari pada logika. Tahu-tahu Hinata sudah berdiri di depan rumah Naruto.

Menghela napas pelan, Hinata mengeluarkan kunci cadangan yang diterimanya dari Naruto begitu mereka resmi berpacaran. Pintu rumah terbuka, lampu otomatis menyala, dan kesunyian menyambutnya.

"Apa sih, yang aku lakukan sekarang?" Hinata menghela napas pelan lalu menutup pintu.

Malam itu Hinata memutuskan untuk bersih-bersih di apartemen Naruto. Ini adalah hal yang diketahui gadis itu setelah beberapa kali datang kemari, bahwa kekasihnya memiliki pola hidup cukup berantakan.

Baju kotor berserakan di beberapa tempat, piring kotor menumpuk, dan dilihat dari isi kulkas yang hanya ada berbagai jenis cup ramen. Membuat Hinata setiap minggu datang untuk membantu Naruto bersih-bersih dan mengisi persediaan makanan. Sama seperti saat ini, namun kali ini tidak banyak yang perlu dirapikan.

ASMR Boyfriend [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang