Take 8

1.1K 225 34
                                    

Suara ketikan ponsel sudah sejak tadi terdengar, dari sebelum Ino memulai Syuting sampai bagian aktingnya selesai hari itu. Hinata tidak juga melepaskan benda sebesar telapak tangan itu. Tatapan serius, dengan semangat membara, tentu membuat aktrisnya penasaran.

"Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan, Hinata-chan?" Akhirnya Ino bertanya setelah sempat bimbang, haruskah ia bertanya atau tidak. "Melihatmu terpaku pada ponsel, membuatku takut, apa yang akan kau perbuat kedepannya."

Ini bukanlah rasa takut tanpa alasan, karena setiap kali Hyuuga Hinata fokus pada sesuatu maka biasanya akan mendatangkan bencana. Lebih banyak kemalangan itu mengarah padanya, sampai terkadang membuat Ino trauma.

"Aku sedang merombak jadwalmu."

Mata hijau toska itu mengerjap, ia mendekati Hinata yang duduk serius di bangku mobil. Ino mencoba mengintip layar ponsel, membaca beberapa jadwal yang sudah diubah oleh managernya. Detik berikutnya ia melebarkan mata, kemudian mulai histeris.

"Apa kau ingin membunuhku?!" Teriakan Ino segera disumpal dengan telapak tangan Hinata. Ia melotot lucu, berusaha menyampaikan rasa tidak terima pada managernya.

"Enam hari penuh membuatku bekerja tanpa istirahat?! Apa kau punya masalah denganku? atau aku sudah melakukan suatu kesalahan?" Setelah berhasil melepaskan tangan Hinata dari mulutnya, Ino bertanya dengan mata berkaca-kaca. "Kulitku bisa kusam karena kurang tidur, Hinata-chan," rengeknya.

Sang gadis bermata lavendel itu meringis pelan, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia juga tidak mau memajukan beberapa pekerjaan sekaligus demi membuat satu hari penuh kosong tanpa pekerjaan. Namun ini perlu Hinata lakukan jika ingin seharian bisa leluasa tanpa ada gangguan.

...

Lima jam sebelumnya

"Jadi, kapan kau akan mulai syuting lagi untuk vidio berikutnya?" setelah mendapatkan persetujuan dari Naruto, bahwa ia bisa menjadi asistennya. Hinata segera bertanya, ia tidak sabar untuk melihat sosok Naru secara langsung.

Pemuda berambut pirang itu berpikir sejenak, sebelum menjawab. "karena kita masih diawal syuting, jadwal agak padat dan baru longgar diweek ke-1 bulan depan. Jadi, aku akan syuting minggu depan, apa ku bisa?"

Kali ini giliran Hinata yang terdiam, ia mengingat kembali jadwal Ino selama satu minggu ini. Ada pekerjaan pemotretan, iklan, dan juga drama. Semua pekerjaan itu tidak terlalu dekat, tetapi permasalahannya adalah dihari yang Naruto tentukan. Dari pagi sampai malam, mereka ada pekerjaan penting.

"Kau tidak bisa?" tanya Naruto setelah melihat gadis itu terdiam lama, "Kita bisa mengganti hari lain,"sambungnya.

"Tidak, aku bisa!" cepat-cepat ia menjawab. Tidak mungkin Hinata menyia-nyiakan kesempatan yang ia dapatkan. "Minggu depan jadwal kami kosong seharian, tenang saja."

...

Ino tersentak pelan ketika Hinata mencengkram kedua bahunya. Sahabatnya sejak sekolah menengah atas itu tersenyum manis. Tidak ada perasaan lega, ataupun hangat, saat ini sang aktris justru merasa nyawanya terancam.

"Ino-chan, kau pasti tahu kalau aku jarang sekali, jarang sekali meminta tolong padamu."

"I-iya, kau lebih sering memaksa dari pada meminta." Ino menutup mulutnya cepat ketika isi hatinya malah ia utarakan. Keringat dingin mulai jatuh di pelipis. "Ka-kau ingin meminta tolong sesuatu, Hinata-chan?"

Gadis manis itu mengangguk dengan senyuman cerah, "Sebenarnya aku ada perlu di hari ke tujuh," pipi putihnya perlahan merona. "Karena aku tidak ingin ada gangguan sedikitpun, jadi aku memajukan seluruh pekerjaan kita. Ini juga bagus untukmu beristirahat total satu hari, karena itu tidak apa-apa, yah." Mata peraknya berubah memelas, memohon dengan memasang wajah sok imut.

"Ba-baiklah, aku juga membutuhkan waktu istirahat." Akhirnya dengan terpaksa Ino menurut, ia tidak ingin membangunkan singa tidur.

"Yeah! terima kasih, Ino-chan! kau memang sahabat terbaik!" Hinata segera memberi pelukan erat. Bertingkah tidak sesuai umur jika sudah seperti ini, sampai-sampai Ino hany tertawa pelan.

Gadis pirang itu mendorong pelan pundak Hinata, melepaskan pelukan mematikan sahabatnya itu. Keningnya mengerut samar, "Apa kau akan pergi ke kediaman Hyuuga?" tanyanya khawatir.

"Aku tidak akan sebahagia ini kalau pergi ke tempat angker!" katanya seraya berdecak sebal. Raut wajahnya kemudian berubah, tersenyum malu. "Sebenarnya aku ada janji dengan seseorang, berdua saja."

Baiklah ini tidak seperti yang Ino pikirkan, Hinata sudah biasa menyiksanya untuk hal-hal yang akan membuat Ino sukses nantinya. Tapi kali ini ternyata gadis bulan itu mengorbankan dirinya demi bertemu dengan seseorang.

"Kenapa kau tidak bilang dari awal?!" ia memekik senang. "Apa kau mau pergi kencan? kali ini dengan laki-laki asli? bukan pacar online seperti tadi pagi kau katakan, kan?"

Hinata menyeringai lebar, "Aku mau bertemu kekasih online-ku! bukan lewat layar ponsel lagi, tapi tatap muka! bisa kau bayangkan bagaimana hatiku ini?!" ia mengatupkan kedua tangannya di depan dada, memasang ekspresi melankolis penuh drama. "Melihat Naru-kun dari jarak dekat, senyumnya, tawanya, apa jantungku akan baik-baik saja?!"

Sudut pelipis Ino berkedut pelan, ternyata Hinata pegi untuk acara Meet and Greet youtuber favorit-nya. Sekali lagi ia merasa bodoh sudah semangat dengan kisah percintaan temannya ini. Perempuan bermarga Yamanaka itu menghela napas pelan. Ia bersandar pada punggung kursi mobil, mengambil penutup mata dan memilih untuk tidur daripada sakit kepala.

...

Pagi itu langit cerah, tanpa awan dan udara tidak terlalu panas. Hyuuga Hinata sudah berdiri di depan kafe yang terletak di distrik pembelanjaan kota Tokyo. Ia memakai celana jeans biru muda dengan atasan sweater soft violet. Hinata menata rambut panjangnya dengan gaya cepol berantakan. Beberapa helai rambut di kedua sisi wahnya membingkai wajah bulatnya, sehingga terlihat menggemaskan. Hinata juga memakai sepatu kets hitam putih dan tas jinjing bermotif kotak-kotak dengan perpaduan warna putih ungu.

Tempat janjian yang sudah Naruto tentukan adalah di kafe Sunburck, pukul sepuluh pagi. Namun Hinata datang tiga puluh menit lebih cepat.

Kaki jenjangnya melangkah masuk, memesan segelas es kopi sebelum mencari tempat duduk. Ketika ia melangkah menuju sudut ruangan, mata lavendelnya melihat rambut pirang yang tidak asing. Pemuda itu memakai celana hitam dengan atasan jaket oranye cerah.

"Naruto-san?" Hinata yang sudah mendekat, memanggilnya ragu-ragu.

Pemuda pirang itu menoleh, dan benar saja dia adalah Uzumaki Naruto. Sontak ia berdiri matanya menyipit tanpa ia tersenyum dari balik masker hitamnya.

"Kau datang lebih cepat ternyata," ia menggaruk kepalanya meski tidak gatal. "Mari duduk dulu."

Hinata menaruh minumannya, lalu duduk di depan Naruto. "Karena tidak ada yang harus aku lakukan hari ini, jadi aku datang lebih awal."

"Sekali lagi terima kasih, karena sudah mau menjadi asistenku." ia membungkuk sekilas, lalu muai mengeluarkan sebuah buku sketsa. Sebuah storyboard lebih tepatnya, dan memberikannya pada Hinata untuk dilihat. "Selama setahun ini aku selalu memakai konsep indoor, jadi berhubung sekarang sudah ada Hinata-san yang membantuku. Aku ingin membuat konsep outdoor kali ini, berhubung banyak juga yang meminta tema kencan di luar."

Hinata mangut-mangut, ia membaca storyboard dengan antusias, "Aku senang bisa membantu. Jadi apa yang pertama harus aku lakukan?"

.

.

.

Continue...


ASMR Boyfriend [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang