Take 7

1K 235 48
                                    

Dua pasang tangan kekar memelintir baju basah, memeras pakaian hitam itu sampai tidak ada lagi air yang menetes. Sesekali ia mengeprak baju yang baru saja ia pakai, sebelum menjemurnya di kap mobil. Naruto menghela napas pelan, mengacak rambut sambil mengambil ponsel pintar.

Sang pemuda membuka salah satu komentar dengan foto profil karikatur perempuan berambut panjang. Mata biru laut menatap lekat, mengeja nama pengguna akun youtube yang telah mengikutinya dan aktif berkomentar di setiap vidio.

"H.H-ime, Hyuuga Hinata?" Tawa kecil lepas dari bibirnya yang tidak tertutupi masker hitam. Semburat merah kali ini jelas terlihat di kedua pipi. "Apakah ini sebuah kebetulan? atau dewa sedang berbaik hati padaku?"

Sekali lagi Naruto menatap lekat nama itu, menggenggam ponselnya kemudian mengambil pose kemenangan. Ia tidak bisa menutupi perasaan gembira begitu mengetahui bahwa Hinata adalah penggemar Naru.

"Sekarang, bagaimana caranya aku membicarakan soal Naru, dan mengatakan yang sejujurnya?"

Keningnya mulai mengerut samar, berpikir keris untuk mencari kesempatan. Namun seakan dewa fortuna tidak ingin Naruto pusing. Suara jernih sang gadis terdengar, membuat pemuda pirang itu berbalik, membulatkan mata birunya saat melihat Hinata berdiri sekitar tiga meter darinya.

Gadis itu memasang raut terkejut, bahkan menggunakan handuk putih untuk menutupi mulutnya yang terbuka lebar.

"Na-Naru-kun...?"

Tangan panjang itu bergerak cepat, mengambil masker hitam untuk menutupi serparuh wajah. Sayangnya Hinata sudah melihatnya, gadis lavendel itu kini tahu rupa dari Uzumaki Naruto. Detik berikutnya, langkah kaki kecil bergerak cepat, mendekat sambil memburunya dengan rentetan pertanyaan.

"Kau benar, Naru-kun? eh, bagaimana bisa? Apa itu alasannya kau selalu memakai masker?!"

"Hi-Hinata-san?"

"Iya, Naru-kun?"

Jarak antara mereka berdua begitu dekat, sampai-sampai Naruto harus memalingkan wajahnya jika tidak mau terjadi kecelakaan kecil. Keringat dingin sudah turun di pelipis, ketika ia berujar pelan. "..., boleh aku pakai baju dulu?"

Menyadari apa yang telah ia lakukan, Hinata menarik diri, wajah putihnya mulai merona, ia tertunduk malu.

"Ma-maaf, a-aku akan pergi," ia berbalik, namun baru dua langkah ia kembali, Hinata mendorong pelan handuk ke dada Naruto, "I-ini aku dimintai tolong Tenten-san." katanya lalu berlalu.

Gadis itu meninggalkan Naruto sendiri untuk memakai baju, namun sang pemuda malah berjongkok, menutup wajahnya dengan handuk. Meski begitu sudut telinganya terlihat memerah.

I-imutnya! bisa gila aku, batin Naruto.

...

Embusan angin siang ini terasa hangat, membelai dedaunan dari pohon rindang. Di bawah pohon Naruto dan Hinata berdiri di sana. Satu menit berlalu hanya ada keheningan, tidak ada yang berani membuka suara, masih canggung dengan kejadian sebelumnya. Sampai akhirnya sang pemuda memutuskan untuk bicara lebih dulu.

"A-aku tidak menyangka kau salah satu penonton di channel-ku."

Pundak sang gadis menegang, ia terkekeh pelan sambil memainkan ujung rambut. "Te-temanku pernah memperlihatkan salah satu vidiomu," dustanya.

Mana mungkin Hinata berani terang-terangan mengatakan kalau ia adalah fans dan sudah menganggap Naru sebagai kekasih virtual-nya. Bisa-bisa Naruto menjauh dan mengecapnya sebagai perempuan aneh.

Sejenak Naruto terdiam, melirik sang gadis yang gelisah di sampingnya. "Apa aku bisa minta tolong?" tanyanya kemudian yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Hinata. "Tolong lupakan apa yang kau lihat, kau tidak pernah tahu bahwa aku adalah youtuber Naru."

Perlahan mata perak itu melebar sebelum berubah kecewa. Seakan ia tidak mengira akan mendapatkan permintaan seperti itu. Hinata tidak langsung menyetujui, ia memilih diam, tertunduk, seakan enggan.

"Boleh aku tahu alasannya?" Tanya Hinata, masih menunduk. "Sejujurnya aku selalu berpikir jika bertemu dengan Naru, aku ingin menawarinya menjadi seorang aktor. Dengan kemampuan akting serta penampilannya, dia pasti akan menjadi aktor paling dicari dalam waktu singkat."

Suara tawa pendek terdengar, menarik atensi Hinata pada pria di sampingnya. "Apa dikepalamu memang hanya ada pekerjaan?" Naruto tersenyum pahit, lalu menatap lurus seakan mengingat sesuatu. "Aku lebih suka dibalik layar, dan sosok Naru hanya ada di internet. Jadi aku tidak ingin dua dunia itu berbenturan."

Hinata tidak bodoh, ia jelas tahu arti dibalik kata-kata Naruto. Setiap orang memiliki dua sisi, tidak semua orang ingin memperlihatkannya, begitu pula dengan pemuda pirang di sampingnya.

"Baiklah, aku anggap tidak melihat apapun hari ini." Akhirnya Hinata mengalah, ia bersandar pada pohon di belakangnya. "Aku hanya tahu kalau kau adalah Uzumaki Naruto, Asisten Sutradara dari tim produksi Hatake Kakashi."

"Terima kasih, Hinata-san."

"Tidak masalah!" senyum lebar menghias wajah bulat Hinata, sebelum ia mengerutkan alisnya. "Apa aku boleh tahu, mengapa Naru-kun tidak update selama seminggu ini?"

Naruto menoleh, belum sempat ia menjawab Hinata lebih dulu memperjelas alasan ia bertanya. "Aku hanya penasaran, sebagai salah satu pengikut channel-nya! kalau kau tidak mau menjawab juga tidak masalah, sungguh!"

"Aku tidak sempat karena seminggu ini jadwal syuting padat." Naruto menjawab sebelum ia menaikkan salah satu alisnya, "Kau masih sempat mengecek ponsel?"

Seakan tertangkap basah, Hinata kembali salah tingkah. "Tidak, hanya kebetulan saja saat mengecek jadwal Ino! aku lihat tanggal terakhir vidiomu saat muncul di beranda youtube!"

Pemuda pirang itu mangut-mangut, menerima alasan yang diberikan Hinata. Ia kemudian menghela napas pendek, "Selain jadwal yang padat, aku juga sedang buntu ide. Ada beberapa saran dari subscriber yang ingin aku pakai, tetapi itu artinya harus mencari asisten dan aku tidak ingin ada orang lain yang tahu tentangku."

"Asisten?" Hinata membeo sambil memiringkan kepalanya.

"Hm, jika ada asisten vidio-ku bisa lebih ekspresif, tidak kaku maupun monoton."

Hinata memutar otak, mengingat kembali beberapa komentar yang ia baca sebelum menepuk telapak tangannya. "Ah, contohnya seperti saat kameramen ikut berlari mengikuti Ino?"

"Seperti itu, jadi penonton merasa kalau kamera itu mereka."

Setelah mengerti, daya imajinasi Hinata bergerak begitu saja. Membayangkan bagaiman nantinya ketika ia menonton vidio Naru terbaru dengan pergerakan kamera yang seolah adalah dirinya. Tidak bisa dipungkiri, belum terjadi saja sang gadis sudah berdebar tidak karuan.

"Ano!" sangking semangatnya, suara Hinata meninggi, mengejutkan Naruto. "Apa kau butuh asisten yang mengerti kamera, atau amatir pun tidak masalah?"

Kening pria kuning mengerut samar, ia tidak bodoh, jelas tahu maksud Hinata. Namun benaknya tidak ingin berharap jauh, mungkin saja gadis itu ingin mengenalkan seseorang padanya.

Naruto berdehem pelan, "Amatir juga tidak masalah, tapi aku tidak ingin ada orang lain yang--"

"--Jadi aku boleh mencoba?" Hinata memotong lebih dulu, manik lavendel berbinar antusias.

"Apa?"

Hinata tersenyum lebar, dari balik kaca matanya terlihat jelas keseriusannya. "Apa aku bisa menjadi asistenmu, Naru-kun?"

Butuh beberapa detik bagi Naruto untuk memroses kata-kata Hinata. Ia menatap gadis itu tidak percaya, bukankah ini seperti kejatuhan durian? bagaimana mungkin ia menolak, ketika kesempatan datang padanya.

"kalau itu kau, aku tidak masalah."

.

.

.

Continue...









ASMR Boyfriend [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang