Suara musik jazz mengalun lembut, suasana cukup ramai, mengingat malam semakin larut. Nampaknya pengunjung belum berniat beranjak pergi. Kafe dengan dinding batu bata merah dan lampu hias memberikan kesan hangat.
Di salah satu kursi memanjang, duduk gadis berambut biru gelap yang dia biarkan terurai sampai punggung. Manik rembulan mengerjap, kembali mengecek jam digital di pergelangan tangan. Sepuluh menit lagi sampai waktu yang dijanjikan.
Suara ketukan pada ujung meja menarik perhatian Hinata, dia segera berdiri, menyapa pria yang baru saja datang. Lelaki berusia matang dengan rambut hitam tersenyum tipis, ramah, dia balas menyapa sapaan calon tunangannya.
"Terima kasih sudah menghubungiku lebih dulu, Hyuuga-san." ucapnya setelah duduk berhadapan. "Aku tidak menyangka, mengingat kau tidak tertarik dengan perjodohan, dan bukankah kalian sedang sibuk-sibuknya karena Yamanaka-san tengah naik daun?"
Hinata tersenyum tipis, agak kaget dengan semua tebakan yang dilontarkan pria bermarga Otsutsuki ini. Namun ini dia lakukan bukan untuk melanjutkan pertunangan, melainkan sebaliknya. Terlebih tekadnya semakin bulat, setelah dirinya bicara dengan sang kekasih.
...
Sehari sebelumnya.
Setelah mereka berdua selesai makan pagi, keduanya segera menuruni apartemen berlantai sepuluh dan memasuki mobil hitam di parkiran. Naruto membukakan pintu, bergaya bak seorang butler, memersilahkan sang tuan memasuki kereta kencana.
Setelah itu dia bergegas menuju pintu pengemudi, dengan sigap memakaikan sabuk pengaman pada Hinata. Jarak keduanya begitu dekat, membuat sang gadis dapat mencium aroma mint dari tubuh sang pria. Tiba-tiba putri Hyuuga berubah salah tingkah, tidak tahu harus melihat kemana, bahkan tanpa dia sadari kedua tangan sudah di depan dada. Membiarkan Naruto memerlakukannya dengan baik.
"Kita berangkat ya," kata Naruto.
Hinata mengangguk kikuk. dua detik kemudian mobil sudah melaju di jalanan besar. Pagi itu jalan raya masih renggang, tidak banyak kendaraan pribadi melintas, namun juga dipenuhi orang-orang pejalan kaki menunggu ke datangan bus di beberapa terminal.
Bicaralah, Hinata. Dia membatin berulang kali. Bicaralah sebelum gedung MBC terlihat di kejauhan. Kedua tangan sang gadis mengait, menarik napas, melirik sekilas sosok tampan Naruto yang tengah fokus menyetir.
"Wah~ kau benar-benar tampan," celetuk Hinata tiba-tiba. Dia lalu menutup mulut, meringis pelan dan Naruto menanggapinya dengan tawa renyah.
Bodoh sekali bibir dan kepalanya, sama sekali tidak sinkron dengan hatinya saat ini. Atau malah sebaliknya? entahlah, yang jelas pikiran mengenai perjodohan sempat banting stir begitu manik rembulannya melihat garis wajah Naruto yang tegas, mata birunya, dan terkagum-kagum akan sosok profilenya.
"Aku memang tampan," Naruto menimpali. "Harus. Supaya bisa bersanding dengan bidadari di sampingku." katanya lagi, menggoda.
Hinata sontak memukul pelan lengan Naruto. Sama sekali tidak menyangka bahwa laki-laki pirang ini adalah orang yang sama dengan asisten sutradara yang selalu bersikap dingin, dan ketus padanya dulu.
"Naruto-kun," panggi Hinata, memandang lamat-lamat sosok sang pemuda. Pria itu bergumam, tanpa melepaskan fokusnya.
Dia menggigit bibir, berharap apa yang dia katakan berikutnya tidak membuat mereka berdua mengalami kecelakaan.
"Sebenarnya..., aku memiliki tunangan."
"Ah, apakah pria Otsutsuki yang waktu itu datang ke lokasi syuting?"
Ini diluar dugaan, Naruto menanggapinya dengan santai, bahkan mampu menebak nama keluarga tunangannya.
"Iya. Ayah menjodohkanku dengan pewaris keluarga Otsutsuki, namun sejak awal aku sudah menolak pertunangan ini." Hinata mencoba menjelaskan sekaligus membela diri. "Bahkan sebelum kita berkencan, aku sudah menolaknya mentah-mentah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMR Boyfriend [NARUHINA]
FanfictionDisclaimer : Naruto belongs Masashi Kishimoto and Studio pierrot. Cover diambil dari pinterest kemudian diedit oleh Chocosei. Happy Reading ______________***********_____________ Hyuuga Hinata bekerja sebagai Manager seorang Idola yang tengah naik d...