Take 24

885 152 26
                                    

"Maaf karena tidak memberi kabar beberapa hari, Hinata." Naruto mengeratkan lengannya di pinggang Hinata. Mengecup pelan pucuk kepala sang gadis. "Dan juga tidak memberitahu kalau aku cuti."

Hinata mengerucutkan bibir, menekuk lutut, "Sudah cukup minta maafnya, aku butuh penjelasan, Naruto-kun." lalu dia membuka mulutnya, "dan suapi aku lagi!"

"Kau tahu syuting kali ini cukup padat," Naruto terkekeh pelan, dia menjelaskan sambil menyuapi kekasihnya buah anggur. "Saat ku lihat bisa ambil beberapa hari libur, aku segera ajukan cuti karena ada yang perlu aku lakukan, dan itu cukup mendesak jadi aku tidak sempat mengabarimu."

"Baiklah, lalu urusan mendesak apa yang membuatmu tidak bisa memegang ponsel?"

Keringat dingin turun di pelipis Naruto, mendengar nada suara ketus Hinata jelas dia tahu, gadis itu masih marah padanya. Namun dia tidak bisa memberitahunya sekarang atau semua akan berakhir sia-sia.

"Hinata-chan, kapan kau libur?" Naruto mengalihkan topik, "Ayo pergi kencan!"

"Entahlah," jawab Hinata datar. "Aku kira, kita akan jujur satu sama lain, tapi sepertinya hanya aku yang berpikiran demikian."

"Memang tidak ada yang aku sembunyikan," Naruto menyergah cepat. "Tapi aku butuh tempat dan waktu yang tepat untuk memberitahumu. Seperti sebuah kejuatan, Hinata."

Gadis bulan masih bergeming, mau tidak mau Naruto mengeluarkan jurus andalannya. Serangan kelitikan di perut dan serangan kecupan di pipi. Alhasil Hinata tergelak, tertawa terbahak-bahak hingga wajahnya memerah dan memohon agar kekasihnya berhenti.

"Jadi, apa jawabanmu, Nyonya Uzumaki?"

"Ba-baiklah, ha ha ha... a-aku menyerah!" Hinata lalu menarik napas setelah Naruto melepaskannya. Setelah napasnya kembali teratur, tanpa segan gadis itu meninju bahu sang kekasih.

Naruto mengaduh dengan raut meledek, "Jadi kapan kau libur?"

"Minggu depan tidak ada jadwal apapun. Hari itu aku bebas seharian dan kau bisa menculikku."

Pemuda pirang itu menjentikan jari, "Keren! hari itu kau harus dandan secantik mungkin, karena kita akan pergi makan malam romantis."

"Baiklah, Tuan Uzumaki." Hinata menyenderkan kepalanya di bahu Naruto, "Hei, aku suka saat kau tadi memanggilku, Nyonya Uzumaki."

"Nyonya Uzumaki," Naruto segera berbisik pelan dan Hinata menggangguk pelan. "Kau suka itu, Nyonya Uzumaki?"

"Hm..., suka sekali." Hinata menjawab sambil tersenyum lebar.

Naruto tersenyum tipis sebelum raut wajahnya berubah sendu. Dia menaruh kening di atas bahu Hinata lalu berbisik pelan. "Maafkan aku, Hinata."

"Untuk?"

"Menyentuhmu tanpa izin."

Sejenak Hinata terdiam sebelum dia tertawa renyah. Guncangan tubuh itu membuat Naruto mengangkat kepala, tatapannya terlihat bingung. Mengapa gadis itu tertawa terbahak ketika dia tulus meminta maaf.

"Hi-Hinata-chan?" panggilnya ragu.

"Mou~ Naruto-kun," kali ini Hinata yang memanggil, dia menangkup wajah pemuda itu dengan kedua tangan. "Kau bisa menyentuhku kapanpun kau mau. Aku kekasihmu, kau tidak perlu izin untuk melakukannya."

"Kau yakin?"

Hinata mengangguk pasti, "Ah! kecuali kalau kau ingin menyentuhku lebih jauh, maka ada syaratnya."

"Apapun," jawab Naruto cepat. Dia akan melakukan apapun jika itu demi Hinata.

Manik rembulan berkilat lembut, "Nikahi aku."

ASMR Boyfriend [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang