Epilog

1.2K 157 7
                                    

Langit pagi hari ini serupa canvas baru, putih bersih tanpa noda. Gedung dengan warna putih gading, jendela panjang dengan kusen sewarna arang, dan lampu gantung berbentuk bulat-bulat putih. Di bagian aula terdapat kursi kayu berjejer rapi, sementara sebuah gaun panjang tanpa lengan sewarna kapas digantung di dinding. Dan Meja panjang terselimuti kain hitam telah didekorasi dengan apik, lilin putih berbaris rapi, diselingi tanaman hias, gelas-gelas wine, dan peralatan makan.

Pintu kayu terbuka perlahan, sosok pria berambut pirang bermata biru muncul dengan pakaian tradisional jepang. Dia mengenakan Kimono Mon-tsuki yang dihiashi lambang keluarga sang pria, yaitu pusaran merah, juga celana hakama, serta mantel haori.

Senyuman lebar membuat kedua matanya menyipit, dia mendekat, meraih tangan lalu mengecupnya.

"Hei, mengapa pengantin pria malah datang ke sini?" celetuk seorang gadis berambut coklat.

Sang pemuda terkekeh, tersipu malu sambil menggaruk belakang kepalanya. Maniknya mencuri pandang, lalu berdehem.

"Mau lihat," ungkapnya, lalu kedua tangannya tanpa sadar berayun riang. "Apa tidak bisa langsung nikah saja? bisa di-skip tidak sih, semua ritual rumit itu?"

Alhasil punggungnya mendapat pukulan keras dari wanita paruh baya berstatus ibu kandung. Manik hitam legamnya menatap sang putra tak habis pikir.

"Ritual penyucian, pembacaan doa, ritual meminum 3 gelas sake, dan mengikrarkan janji pernikahan itu sangat penting. Bagaimana bisa kau malah ingin mempersingkatnya?" Wanita paruh baya menggelengkan kepalanya, "Kau benar-benar kebelet nikah."

Sang pengantin pria menyeringai lebar, kemudian manik birunya kembali bertemu, tatapannya melembut. "Aku adalah pria paling beruntung di dunia, karena tuhan telah menjatuhkan salah satu bidadari untukku."

Dua wanita di dalam ruangan itu saling melirik, tidak menyangka akan mendengar gombalan dari sang pengantin pria untuk pengantin wanita.

"Lebih baik kita pergi sekarang," dua wanita pergi meninggalkan kedua mempelai di dalam ruangan.

Keheningan menyelimuti mereka berdua, sang pria kemudian berlutut satu kaki, meraih kedua tangan seputih susu. Setetes air mata tanpa dia sadari telah jatuh, tidak merasa malu, dia menangis di depan sang wanita.

"Terima kasih, kau mau menerimaku apa adanya." sebaris kata tulus dia ucapkan, "Bagiku kau benar-benar seperti malaikat, turun ke bumi hanya untukku."

Jemari lentik bergerak pelan, menyeka air mata dari wajah tampan sang pria. Tangan lain menyambut, menggenggam erat lalu menggiringnya mendekat ke bibir tebal sebelum mendapatkan kecupan singkat.

Suara ketukan pintu terdengar, disusul seorang pria memberitahu mereka bahwa acara akan segera dimulai. Pengantin pria berdiri, mengulurkan tangan, pengantin wanita menyambutnya dan mereka berdua mulai melangkah keluar dari ruangan.

.

Kuil Shinto berdiri kokoh, tanah basah akibat rintikan hujan, juga dedaunan pohon gingko menjadi pemandangan saat ini. Perlahan sosok pengantin pria dan wanita seakan baru saja melewatinya. Semua berubah ke sudut pandang orang ke-tiga.

Setelah kedua mempelai berdiri dengan jarak sekitar tiga meter dari sudut pandang orang ke-tiga, mereka berbalik. Pemuda pirang bermata biru dan wanita berambut hitam gelap bermata perak, berdiri bersisian.

"Akhirnya kita telah tiba dipenghujung jalan. Terima kasih untuk dukungan kalian semua selama dua tahun ini. Video ini akan menjadi yang terakhir sebelum channel ASMR BOYFRIEND ditutup dan dihapus."

Naruto tersenyum lebar, dia dan Hinata sama-sama membungkuk hormat. Ketika kembali berdiri tegak, pria pirang itu kembali berucap.

"Aku harap setelah kalian selesai bersedih, tidak ada lagi perasaan mengganjal dalam hati. Karena hidup ini adalah sebuah perjalanan, dan tugasku menemani kalian sudah selesai. Aku berharap dari lubuk hati terdalam, kalian akan menemukan seseorang yang akan menemani kalian diperjalanan berikutnya. Sampai jumpa."

Naruto dan Hinata berbalik, memulai kembali langkah mereka yang sempat tertunda. Manik biru laut melirik ke samping, memandang sayang pada calon istrinya. Begitu pula Hinata, rembulannya menatap teduh pada sang samudra.

"Terima kasih sudah bertahan, aku mencintaimu, Naruto-kun." Setetes air mata jatuh ketika Hinata tersenyum lebar.

Naruto balas tersenyum lebar, "Terima kasih karena kau hadir di dunia ini, Hinata."

.

.

.

Fin

A/N: Terima kasih untuk kalian semua yang sudah mendukung cerita ini. Sudah setahun lebih cerita ini jalan, dan sering mengalami hiatus tiba-tiba. Tapi meski begitu kalian tetap setia menunggu, senang sekali bisa ketemu kalian di dunia oren ini hehe.


ASMR Boyfriend [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang