"Permisi Tsucikage-sama" Kayato menyapa sopan ketika dia dan anggotanya sampai di Lulius.
Aya yang berada di samping Deki hanya melempar senyum saja. Dia sebenarnya agak canggung karena ini kali pertamanya menjalankan misi keluar desa sambil berjumpa dengan seorang kage, kecuali Gaara.
"Ah, kalian sudah datang. Aku tidak akan berbasa-basi lagi, silahkan ambil dan segeralah pulang" kata Tsucikage.
"Ha'i" balas Kayato dan Anbu lainnya secara kompak.
"Aduh kek, baru datang udah disuruh pulang"Dengus Aya dalam hati.
Aya dan yang lainnya langsung menuju ketempat di mana gulungan itu disimpan. Tsucikage dan asistennya juga mengikuti mereka.
"Itu gulungan nya?" Aoi, wanita anggota Anbu yang tadi memanggil Aya di kamar pun bertanya ketika melihat gulungan yang tersimpan rapi di dalam kotak.
"Ya, itu gulungan dari klan Hoshino. Satoshi-san dulu menitipkan itu padaku" kata Tsucikage.
"Are? Satoshi?" Beo Aya cukup keras.
Aya terkejut saat nama yang disebutkan kakek Tsucikage tadi mirip dengan mendiang ayahnya.
"Psssttt,pelankan suaramu! Ini tempat suci"Deki berbisik di telinga Aya.
"Aku tahu! Tadi itu refleks!" Balas Aya ikut berbisik.
"Ada apa nona?" Tsucikage memperhatikan gelagat Aya yang aneh menurutnya.
Aya yang merasa terpanggil pun langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Rasa panik tiba-tiba menyerangnya.
"Itu...anu, itu... Anu, sebenarnya tadi kurasa nama Satoshi mengingatkan ku pada sesuatu, yah sesuatu...ahahaha" kata Aya gagu.
"Gelagat mu mirip seseorang" kata Tsucikage sambil bersidekap tangan.
"Eh? Mirip siapa?" Tanya Aya.
"Mirip istri Satoshi-san, pemimpin klan Hoshino" kata Tsucikage membuat Aya mengerutkan keningnya.
Mirip istri pemimpin klan Hoshino? Oh ayolah Aya tahu orang itu saja tidak. Masa iya mirip.
"Mungkin kebetulan saja kakek" kata Aya tanpa sadar mengucapkan panggilan kakek.
Bletak!
Kali ini Keichiro—sang Anbu berambut coklat menjitak Kepala Aya saat gadis itu tidak menyebut Tsucikage dengan hormat.
"Itaii na Keichiro-san!" Protes Aya sambil mengelus kepalanya.
"Yang sopan!" Peringatan Keichiro dengan suara memberat.
"E-eh?" Aya mengerjap mendengar suara Keichiro yang menurutnya mengerikan.
"Gomenasai Tsucikage-sama! Saya tidak bermaksud tidak sopan!" Kata Aya yang langsung meminta maaf. Yah, Aya melakukan itu sebenarnya karena tak ingin di damprat Keichiro yang terkenal pemarah di anggota Anbu.
"Tidak papa" kata Tsucikage sambil tersenyum.
Ada makna dibalik senyum yang Tsucikage berikan pada Aya. Karena Bagi Tsucikage, saat ini dia seperti tengah melihat Nyonya Hoshino versi remaja.
"Kalau begitu kami pamit" kata Kayato setelah usai mengambil gulungan itu.
"Yaya, segeralah pergi" kata Tsucikage kembali cuek.
Aya yang melihat itu hanya bisa memasang senyum dengan perempatan imajiner di bagian pelipis nya.
"Kakek cebol ini sangat tidak sopan!"umpat Aya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto Shipuden: Hoshino Clan [Discontinued]
Fanfiction◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆ Aya Hirano dan Ayana Hirano tidak percaya kalau mereka ditarik masuk kedalam dunia Naruto. Dunia yang seharusnya menjadi fantasi belaka bagi mereka. Semua itu berawal ketika dua gadis kembar tadi di bawa oleh seorang pria berjubah...