Mari dimulai
Happy reading👀Langit di Selasa pagi terlihat cerah. Warna birunya bersatu padu dengan gumpalan awan putih. Sinar matahari muncul di balik celahnya. Cuaca hari ini bagus. Iya bagus, langit seakan tersenyum pagi ini. Apa nasib gue juga bisa sebagus itu? Gak tau deh kita lihat saja, semoga hari ini tidak ada masalah atau gangguan apapun.
"Semoga hari ini gue bisa merasakan kedamaian... ketenangan dan di jauhkan dari segala godaan setan yang terkutuk, aamiin...." Gue bergumam melihat jendela kelas. Seperti biasa, sambil menunggu guru masuk gue menidurkan diri di bangku. Melipat kedua tangan diatas meja lalu kepala ditidurkan diatasnya. Udah posisi enak banget sih ini. Selain itu ya gue gak ada kerjaan. Mau ngobrol, temen gak punya (males juga sih sebenernya). Mau baca buku males, mentok-mentok deh paling gue denger lagu. That's it.
Bisa dilihat gue tipikal kaum rebahan yang males ngapa-ngapain, apalagi cari ribut, duh gak dulu deh. Tapi apa daya kalau ada yang ngajak ribut duluan, sampai ngata-ngatain, main fisik, bahkan jatuhnya sampai fitnah, ya gak bisa diam membisu dong. Apalagi kalau harga diri lu udah di injek-injek, kan harus membela diri. Nah ini yang hampir setiap hari gue alamin. Jennie temen sekelas gue suka banget ganggu dan cari masalah. Udah sampai tahap jahanam malah dan itu membuat gue stress dan tertekan.
"Selamat pagi my bestie. Enak ya pagi-pagi udah tidur." Jennie mengelus rambut gue. Baru aja di omongin udah muncul anaknya.
'Njir ngapain sih pegang-pegang! Gak bisa tenang deh gue.' Gue berusaha gak peduli sama si Jennie yang masih asik mengelus rambut. Ya karna males, pasti kalo di ladenin ujung-ujungnya ribut.
Sadar diacuhkan, tangan Jennie yang mengelus beralih fungsi jadi menjambak keras rambut gue sampai kepala terangkat dari posisi rebahan, mendongak ke arah Jennie.
"Ohh... udah berani ya acuhin gue. Makin seenaknya ya lo disini." Jennie smirk menatap gue.
"Apaansi pengen banget ya disapa balik sama gue?"
"Hah?!"
"Lepasin, gue males ribut sama lo gak penting."
Penonton di kelas terlihat menahan tawa melihat reaski malas gue terhadap Jennie. Jennie malah terlihat sok jagoan sekarang bukannya keren. Merasa malu dan kesal, tangannya terangkat, siap menampar pipi gue. Namun gerakkannya berhenti oleh suara speaker kelas yang tiba-tiba berbunyi. Tatapan anak kelas serentak mengarah pada speaker di atas papan tulis.
Selamat pagi... Kepada seluruh siswa/siswi dimohon segera datang ke aula karena ada informasi penting yang akan disampaikan, terima kasih..
Mendengar pengumuman singkat tersebut semuanya langsung pergi ke aula. Jennie menoyor kasar kepala gue, "Awas lo Ze, liat aja." Setelah itu Jennie pergi bersama Irene-anggota gengnya-keluar kelas. Gue baru beranjak setelah satu menit kepergian Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be There
ФанфикSiapa sangka kedatangan mereka bisa membuat rasa sepi ini sirna? Siapa sangka mereka akan menaruh perhatian kepada si pembuat masalah? Sampai mereka mulai memiliki rasa. Menaruh hati pada sosok jauh dari kata sempurna. Tidak pernah terbayangkan gadi...