[ 29 ]

51 24 15
                                    

Enjoy!

Kertas yang jatuh saat tabrakan adalah catatan dengan tulisan tangan, dan tulisan itu sama persis dengan kertas contekan. Gue yakin seratus persen karena gue sendiri selalu mengingat-ngingat gaya tulisan di contekan itu, gue hapal dan kenal banget. Mau mencocokkan dengan semua tulisan murid pun gak ada gunanya, karena itu memang bukan tulisan anak-anak. Itu tulisan guru, tulisan bu Yuri.

Jadi orang suruhan terpercaya yang dibilang Naeun itu bu Yuri? Wah, fakta ini masih sulit dipercaya. Bagaimana bisa Naeun bekerja sama dengan bu Yuri untuk menjebak gue? Sekarang gue paham kenapa bu Yuri menjadi yang terdepan membantah pengakuan gue, baik itu di awal kejadian saat masih ujian dan keributan kemarin. Di balik bantahan dan alasan rasionalnya, bu Yuri ternyata sedang mati-matian melindungi dirinya sendiri supaya kebohongannya tertutupi.

"Saatnya mengungkap kebenaran," ucap gue. Tujuan utama saat ini adalah menemui Haechan, dia harus tau yang sebenarnya. Gue berlarian kesana-kemari mencari keberadaannya, namun sulit sekali menemukan batang hidungnya. Tak mau membuang waktu, gue mengirim pesan kepada Haechan.

 Tak mau membuang waktu, gue mengirim pesan kepada Haechan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gue berlari menuju kelas. Setibanya bisa gue lihat Haechan sedang bermain ponsel di bangkunya. Dengan napas tersengal gue menghampiri Haechan.

"Chan, hoshh...hoshh... gue punya berita bagus. Gue udah tau semuanya. Tentang kertas contekan itu gue tau siapa yang nulis," jelas gue.

Haechan memasukkan ponselnya kedalam saku, lalu menatap gue datar. "Masih masalah itu? Jangan lagi deh Ze."

"Serius Chan, kali ini gue gak ngada-ngada. Sekarang lo anterin gue ke kak Taeyong." Tanpa menunggu jawabannya gue langsung menarik tangan Haechan.

"Ze, sebentar..." Haechan agak kesal karena gue menariknya terburu-buru. "Ze, berhenti dulu sebentar..." Haechan menghela napas sejenak. "Zea, berhenti Gue mau ngomong dulu..." Suara Haechan sedikit meninggi, ia memberhentikan langkah sepihak.

"Ada apa Chan? Kita harus nemuin Kak Taeyong sekarang..."

"Buat apa sih?"

"Gue mau liat rekaman CCTV lagi, buat buktiin semuanya."

"Waktu di cafe kan lo udah liat dan gak ada yang aneh."

"Ada Chan ada, gue baru sadar sekarang, gue tau pelakunya siapa dan lo gak akan nyangka."

"Emang siapa?"

Gue menelan ludah sebelum menjawab. "Bu Yuri," ucap gue.

"Hah, bu Yuri? Ze ini apalagi sih, lo jangan ngaco deh. Kenapa lo jadi nuduh bu Yuri pelakunya? Iya Ze gue tau lo masih marah dan gak terima, tapi gak gini caranya. Lo gak bisa main nuduh orang sana-sini, lo gak bisa nyimpulin hanya berdasarkan prasangka doang."

"Yaampun Chan, cuman karena masalah kemarin lo jadi gak se-percaya itu sama gue? lo langsung cap gue pembohong dan semua omongan gue gak ada yang bisa dipercaya lagi? Gak nyangka gue ternyata lo gampang terpengaruh sama omongan orang lain. Terserah deh lo mau percaya apa enggak!" Gue meninggalkan Haechan. Biar gue sendiri aja samperin Taeyong.

I'll Be ThereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang