[ 26 ]

53 20 44
                                    

Happy reading!


Saat ini gue sedang di parkiran motor hendak pulang, acara makan dadakan sudah selesai. Gue masih melamun karna pengakuan Naeun yang katanya seruangan sama gue. Apa mungkin dia pelakunya? Tapi masa iya, secara gue gak pernah buat masalah sama dia bahkan kenal pun enggak, pertemuan pertama pas di kamar mandi waktu itu aja gak ada lagi selain itu. Kayaknya dia juga gak kenal dan gak mau tau sama anak modelan gue. Duh gue jadi kepikiran!

Gue yang asik melamun tak sengaja melihat Mark nampak kesusahan mengeluarkan motor karna terhimpit dengan 2 motor di sebelahnya. Gue segera membantu.

"Thanks Ze," ucap Mark. Gue menahan body motor sebelah yang terlalu mepet dan Mark segera mengeluarkan motornya. Berhasil. Mark menstandarkan motornya sejenak lalu memberi helm pada gue.

"Ini Ze," ucap Mark, gue ambil dan langsung memakainya.

"Duh ini mana sih kok gak masuk-masuk," keluh gue karna helm tak kunjung terkunci. Melihat gue kesusahan Mark membantu, ia mendekat merekatkan pengaman helm gue. Klik!

"Okay done." Mark tersenyum ramah dan gue membalasnya. 

Persis saat itu juga dari belakang terlihat laju motor yang lumayan ngebut, dari jarak yang gue baca ketika motor itu mendekat ke arah kami Mark bisa terserempet. Sumpah udah tau ini lagi di parkiran motor masih aja ugal-ugalan.

"Kak Mark!" Gue refleks menaruk bajunya ketika motor itu hampir saja menyerempet Mark, beruntung gue sigap. "Tu orang gak sadar apa, udah tau jalanannya sempit!" omel gue melihat kepergian orang gila itu.

Mark ikut terkejut dengan apa yang terjadi. Jantung Mark berdetak cepat, bukan karna dia hampir terserempet melainkan tarikan Zea membuat jarak mereka berdua sangat dekat saat ini. Mark jadi teringat pertemuan pertama kali dengan Zea, ya posisi kami persis seperti di bis waktu itu.

"Kak Mark gakpapa kan?" tanya gue tak menghiraukan posisi yang dekat.

"Ga-gakpapa Ze, thanks ya," ucap Mark sedikit kikuk. Lagi-lagi Zea buat gue deg-degan. "Beruntung ada lo, kalau enggak gimana coba..."

"Ahh bukan apa-apa kalau dibandingin pertolongan lo buat gue di atap dulu. Gue utang nyawa sama lo Kak," ucap gue.

"Seriously, lo masih inget aja Ze."

"Of course, masa gue lupa sama penyelamat hidup gue."

Mark tersenyum manis. Penyelamat hidup katanya? Astaga Zea please jangan buat gue baper, batin Mark.

"Yaudah Kak ayo nanti keburu malem, lo juga besok ada pertandingan kan," kata gue. Mark mengangguk segera menaiki motornya.

Jalan bersama Mark sudah selesai, janji sudah ditepati. Hari ini gue seneng bisa ketawa, bercanda bareng Mark. Apa artinya secara gak langsung Mark udah jadi temen gue juga selain Haechan? Membanyangkannya udah buat gue seneng bukan main, astaga gini ya rasanya punya temen, bisa jalan bareng, ketawa bareng, ngobrol banyak hal. Jujurly rasa kesepian gue selama ini sepertinya mulai pudar. Haechan dan Mark sudah mengisi kekosongan hari gue.

-


Sesuai perintah sang ketua osis-Jaehyun, gue udah ada di sekolah jam 6. Enggak bahkan gue udah nyampe sekolah jam 6 kurang 15 tadi karna gue gak mau kena omel geng osis, males banget. Gue yang cuma rakyat biasa nurut ajalah.

Dengan pakaian olahraga kami semua berkumpul di tengah lapang, mengkoordinasi semua panitia. Jaehyun di depan memimpin memberi arahan.

"Gimana yang lain udah ngerti?" ucap Jaehyun, kami semua menjawab 'iya' serempak. "Semangat kita seru-seruan hari ini!" kata Jaehyun sembari bertepuk tangan semangat, dia berhasil mentransfer energinya kepada seluruh panitia.

I'll Be ThereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang