JANGAN LUPA SEBELUM BACA VOTE DAN KOMENNYA YA TERIMAKASIH.
"Bahkan pohon menggugurkan daunnya untuk bisa bertahan hidup, lalu kenapa aku sesulit itu mengikhlaskan mereka yang telah pergi?" ~Aira Arketa
Setelah kepulangan Manda dan Agas, suasana rumah menjadi hening semua orang membisu menatap Aira tajam.
"Ngadu apaan lo ke mereka, sampai mereka nampar papah dan benci sama gue dan mama?!" Tanya Diva buka suara sekaligus memancing pertengkaran.
"A--aku ga..." ucap Aira tepotong oleh bentakan dari Desti.
"PINTER YA SEKARANG KAMU!" Bentak Desti tidak terima oleh perlakuan Manda yang menunjuk nunjuk dirinya dan Diva tadi.
Hardi melepas gesper tebal berwarna hitam yang ia kenakan, dan berjalan ke arah Aira dengan tatapan tajam dan siap melayangkan gesper itu di tubuhnya.
Tubuh Aira gemetar, ia takut dengan gesper yang di bawa Hardi di tangannya. Aira menundukkan kepalanya berdoa dalam hati agar tidak terjadi sesuatu lagi pada dirinya.
Hardi menarik tangan Aira paksa menuju kamar Aira. "Pah sakit pah," ringis Aira pada pergelangan tangannya yang di cekram kencang oleh Hardi.
Hardi menghempas tubuh Aira asal, hingga tubuhnya berbenturan dengan lantai cukup keras.
Hardi melayangkan gesper itu di punggung belakang, perut dan kaki Aira. Karena, ia tau besok adalah hari selasa hari di mana Aira bersekolah ia tak mau membuat tanda memar di tubuh Aira yang tidak tertutup pakaian sekolahnya.
"SAKIT PAH."
"AMPUN PAH."
"AIRA MINTA MAAF UDAH BUAT PAPAH MARAH."
Darah segar mengalir dari betis kaki Aira bercampur dengan warna biru dan ungu di sana yang mulai terlihat.
CTAR!
Suara gesper yang mengenai tubuh Aira menggema di kamar Aira, luka lebam yang kemarin di pukul dengan sapu saja belum sembuh total, sekarang sudah di berikan lagi luka lebam baru. Namun kali ini lebi perih dan sakit rasanya.
"Papah ga sekalian bunuh Aira?" Tanya Aira di tengah tengah tangisnya dalam sabetan gesper yang di berikan oleh papahnya.
"Rugi saya membunuh kamu! Saya lebih suka kamu hidup supaya saya bisa menyiksa kamu dari pada kamu mati!" Jawab Hardi.
Aira terisak mendengar jawaban dari papahnya. Setelah memberi jawaban yang sangat menyakitkan bagi Aira, Hardi melenggang pergi bersama Desti dan Diva.
Aira berusaha berdiri untuk menutup pintu kamarnya. Kakinya sangat terasa perih dan ngilu saat ia berusaha untuk berdiri.
Aira memegang gagang pintu kamarnya menutup dan mengunci pintunya. Aira menggigit bibir bawahnya sesekali terisak dalam tangisnya menahan perih di sekujur tubuhnya.
Bi Narmi menangis di dapur dengan kejadian tadi, mendengar suara Aira menagis sambil meminta ampun pada papahnya. Ingin rasanya bi Narmi menolong Aira, Namun kemarin setelah Aira di usir dari rumah Hardi papah Aira mengancam, jika bi Narmi menolong dan membela Aira lagi ia akan di pecat.
♡♡♡
Pagi hari ini, Aira bangun sedikit telat dari biasanya, tubuhnya seperti di sayat. Darah segar mengalir keluar dari mana mana.
Aira sudah siap pergi ke sekolah dengan balutan seragaman hari selasanya. Ia mengucir rambutnya seperti buntut kuda agar terlihat rapi.
Dengan langkah kaki yang tersoek soek, Aira melangkahkan kaki keluar rumah. Di depan gerbang sudah ada seseorang yang menunggunya sambil duduk di atas motor menunggu dirinya keluar.
"Ngapain lo di sini?" Tanya Aira dengan tatapan tidak suka. Pasalnya akhir akhir ini cowok di depannya sekarang ini sering sekali mengganggunya.
Cowok itu menautkan kedua alisnya. "Jemput lo lah."
"Gue'kan udah pernah bilang ke lo, kalo gue ga kenal sama lo. Ngapain si masih aja bandel," ucap Aira memutar bola matanya jengah.
Cowok itu terkekeh pelan. "Sebelumnya gue'kan juga udah perkenalkan diri gue di telfon, lo lupa?" Tanyanya.
Aira coba mengingat hari itu. Oh ya, sekarang di mengingatnya. Waktu itu di balkon kamar rumahnya cowok ini pernah menelfon dirinya mengajak berkenalan.
"Gue aja tau nama lo masa lo ga tau nama gue," ucap cowok itu dengan wajah lesuhnya.
"Bala'kan nama lo," ucap Aira angkuh.
"Bara, Beaba reara BARA!" ucap cowok itu ngegas karena namanya di ubah ubah oleh Aira.
Wajah Aira merah padam karena malu, seingatnya nama cowok itu Bala, mengapa sekarang berubah jadi Bara. Mengapa dirinya menjadi pelupa sekarang?
"Naik, gue anter." Ucap Bara.
"Ga usah makasih, gue bisa naik angkot," tolak Aira.
Bara berdecak. "Liat udah jam berapa sekarang?" Tanya Bara. Aira melihat jam di pergelangan tangannya. Jam sudah meunjukan pukul 06.50 bel akan berbunyi sepuluh menit lagi. Sedangkan jarak dari rumahnya jika naik angkot harus lima belas menit sudah di pastikan Aira akan telat.
"Penawaran ga dateng dua kali," ucap Bara menaikkan satu alisnya.
Aira menghembuskan napas beratnya. "Iya," kali ini Aira harus mengalah pada waktu. Ia tidak mau telat untuk kedua kalinya.
"Iya apa?" Tanya Bara dengan wajah tengilnya.
"Iya bareng," jawab Aira malas.
Aira menerima helm dari Bara, dan naik ke atas motornya. "Pegangan dong."
Aira memegang pundak Bara. "Gue bukan tukang ojek."
Aira menurunkan tangannya ke pinggang Bara untuk memegang jaketnya. "Oke lah gapapa," ucap Bara mengalah pada ekspetasinya.
♡♡♡
Ting.
Bel rumah berbunyi. Bi Narmi segera membukakan pintu gerbang untuk melihat siapa yang datang.
"Airanya ada bi?" Tanya Agas sopan.
Bi Narmi memlihat Agas bingung, bukannya tadi Aira sudah di jemput, bi Narmi pikir yang tadi menjemput Aira adalah Agas, kalau tadi itu bukan Agas lalu tadi itu siapa? Pikir bi Narmi bingung.
"Non Aira baru saja berangkat, di jemput sama temannya naik motor," ucap bi Narmi.
Agas berpikir itu Nadin. "Perempuan bi?" Tanya Agas penasaran.
Bi Narmi menggeleng pelan. "Bukan, tadi itu laki laki, bibi pikir tadi itu kamu. Soalnya motornya sama besar kaya gini," ucap bi Narmi melihat motor milik Agas.
"Udah gue bilang kalo anter jemput sama gue aja, sekarang malah sama cowok lain," batin Agas tidak terima.
Agas menganggu paham. "Oh gitu ya bi, makasih ya bi Agas berangkat sekolah dulu," pamit Agas pada bi Narmi.
"Iya den. Hati hati," ucap bi Narmi menutup pintu gerbang.
Di perjalanan menuju sekolah Agas masih saja menggurutu dalam hatinya tentang Aira yang hari ini tidak berangkat sekolah bersamanya, padahal tadi pagi Agas sudah mengirim pesan singkat, jika ia akan menjemputnnya nanti, tapi sampai sekarang pesannya belum juga di baca.
"Apa cowok itu pacarnya Aira ya?" Tanya Agas pada dirinya sendiri. Entah apa yang harus di rasakan Agas jika benar cowok itu memang benar kekasihnya Aira.
Tbc
Spam Next ya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sembunyi Dalam Senyum [COMPLETED]
Teen Fiction(JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN KRISARNYA. MAKASIH) ○Mulai 6 Januari 2021 ○Selesai 2 Maret 2021 "Kapan Aira bisa merasakan kebahagian lagi? Apa saat menyusul Bunda, papah akan merasakan kehilangan dan menyesal?" Aira...