34. Terang

6.4K 445 40
                                    

JANGAN LUPA SEBELUM BACA VOTE DAN KOMENNYA YA TERIMAKASIH.

"Bolehkah di ulang tawamu kemarin pah? mau ku rekam, untuk ku dengar setiap harinya." ~Aira Arketa.

Semua arah pandang kini menatap Aira yang sedang terbaring dengan tenang. Seperti tidak ada rasa khawatir dan ketakutan di raut wajahnya. Sedangkan mereka yang menatapnya kini sedang khawatir dengan apa yang akan terjadi padanya malam ini.

Agas terdiam, berdiri di samping Aira sesekali mengusap kepala Aira lembut.

Sedangan Diva, Desti dan Hardi hanya terdiam dalam keheningan. Mereka belum bersuara untuk mengucapkan sesuatu pada Aira.

"Lo pasti bisa Ra," ucap Agas yakin pada Aira.

Aira tersenyum sendu. "Nadin beneran ga datang ya Gas?" Tanya Aira sedih.

Agas mengusap puncak kepala Aira dengan lembut. "Mungkin Nadin ada urusan Ra," jawab Agas.

"Gue sama papah dan mama nemenin lo kok di sini," kali ini Diva bersuara.

Namun Aira tidak menjawab ucapan Diva, Aira hanya tersenyum saja.

"Makasih atas pengorbanan lo, karena lo gue bisa melihat lagi. Tapi, sekarang udah impas dong. 'Kan mata lo udah ada yang gantiin lagi," ucap Diva dengan nada menjengkelkan.

"Mulut lo mau gue sobek hah?" Tanya Agas geram.

Diva memutar matanya malas. "Apa sih! Emang benerkan?"

"Jadi orang ga ada terimakasihnya banget!" Maki Agas.

Diva bersedekap dada sambil menatap Agas jengah. "Gue udah berterimakasih loh tadi! Ga denger?" Tanya Diva.

Agas ingin menyahuti ucapan Diva lagi namun Aira menarik tangannya dan menggeleng. Dengan begitu Agas terdiam dan tidak meladeni lagi manusia setengah setan itu.

"Papah temenin Aira sampai selesai'kan?" Tanya Aira.

"Tidak bisa, saya banyak pekerjaan di kantor," jawab Hardi enteng.

Diva terkekeh sinis saat mendengar papahnya menjawab seperti itu.

"Untuk kali ini aja pah, buat pengalaman yang indah dan tidak terlupakan untuk Aira," ucap Aira sendu.

Aira sangat berharap papahnya mau menenaninnya sampai selesai.

"Saya sudah bilang tidak bisa ya tidak bisa," jawab Hardi dingin.

"Untuk kali ini aja ga bisa om? Ga sampe seharian kok," ucap Agas.

"Kalau papah udah bilang ga bisa ya ga bisa Gas, jangan di paksa gitu dong. Lagi kaya orang penting banget lo Ra ginian doang minta di temenin, masih mending gue sama papah dan mama mau datang buat liat lo," jelas Diva menyakitkan bagi Aira.

"Dengar tuh Ra ucapan Diva!" Suruh Desti.

Aira hanya tersenyum. Namun di balik senyumnya ia ingin sekali menjerit dan berteriak kalau dia juga ingin seperti Diva. Jika Diva saja kemarin di temani kenapa dirinya hari ini tidak bisa?

"Masih ada aku," ucap Agas menggenggam tangan Aira.

"Apa operasinya ga jadi aja ya Gas?" Tanya Aira pada Agas.

Agas menautkan alisnya tidak setuju dengan pertanyaan Aira. "Kenapa?"

"Buat apa mata aku kembali terang kalau aku harus mulai lagi dari awal untuk menyakitkan diri aku kembali percuma sama aja kehidupan aku tetap gelap cuma mata aku aja yang kembali terang. Ga berguna juga," ucap Aira yang terdengar oleh orang orang yang berada di dalam ruangan itu.

"Mulutnya mau aku sobek juga?" Tanya Agas.

Ntah lah hari ini harus menjadi hari yang menyenangkan atau hari yang menyedihkan, menyenangkannya hanya karena ia bisa melihat kembali dan menyedihkannya karena keluarganya masih tetap sama seperti dulu dan Nadin tidak menemaninya untuk hari yang berkesan untuk Aira.

Bolehkah Aira membenci Diva? persetanan di dalam diri Aira ingin sekali membenci Diva namun hati nuraninya selalu berkata tidak boleh, tidak boleh dan tidak boleh karena, Diva tetaplah saudara untuk Aira.

"Bolehkah ulangi tawamu yang dulu pah Aira ingin merekam dan Aira ingin mendengarkan di setiap hrinya," batin Aira tersiksa.

♡♡♡

Malam pun tiba, Aira sudah memasuki ruangan operasi bersama orang yang ingin mendonorkan matanya. Agas masih setia menunggu Aira di depan ruang operasi, lampu ruang operasi masih menyala menandakan operasi sedang berlangsung.

Sedangkan Diva, Hardi dan Desti menepatkan ucapannya tadi, mereka benar benar telah pulang lebih dulu karena ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda.

Menyebalkan bukan?
Menyakitkan bukan?
Menjadi seorang Aira, keluarga sendiri tidak bisa menemaninya di saat saat seperti ini. Sesak rasanya.

Malam semakin larut operasi pun telah selesai, dokter keluar dari ruangan dan mengabarkan pada Agas. "Alhamdulillah operasinya berjalan dengan lancar," ucap dokter.

Agas pun bersujud syukur karena, Aira dapat melihat kembali Agas tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada dokter dan suster.

Namun, Agas tidak bisa menemui Aira untuk sekarang karena, Aira sedang dalam masa pemulihan. Dengan segera Agas pun mengabarkan kabar baik ini kepada Nadin. Agas mencoba menelfon Nadin berkali-kali namun handphone Nadin tidak aktif. Akhirnya Agas memutuskan untuk mengirim pesan singkat kepada Nadin dan Bara tentang kabar membahagiakan ini.

♡♡♡

Keesokan harinya Agas buru-buru menemui Aira karena, hari ini hari pembukaan mata Aira untuk melihat dunia kembali.

Penutup mata Aira pun dibuka oleh dokter. Aira membuka matanya secara perlahan lahan dan mendapatkan sosok Agas di depannya. Agas pun tersenyum senang saat Aira melihat dirinya kembali Agas pun berucap. "Hai pacar, ini aku Agas pacar mu! ganteng'kan? ucap Agas menggoda Aira.

"Makin ganteng ya," ucap Aira malu karena, dokter dan suster melihat Aira dan Agas dengan senyum senyum sendiri.

"Aku mau ketemu Bara, mau kasih lihat ini," ucap Aira mengerjapkan matanya lucu.

"Ayo," ucap Agas membantu Aira turun dari kasur.

Agas dan Aira berjalan menuju ruangan Bara.

Namun, sesampainya di ruang rawat Bara, Agas dan Aira di kejutkan dengan kamar rawat Bara yang rapi dan tidak ada orang di sana.

"Bara mana?" Tanya Aira.

"Aku juga ga tau," jawab Agas ikut bingung.

Mereka pun saling menatap satu sama lain dengan wajah bingungnya. Apa lagi Agas yang di buat bingung, melihat selang selang yang di pasang di dada Bara tidak ada di ruangannya.

"Sus, pasien atas nama Bara yang di ruangan ini kemana ya?" Tanya Agas saat melihat suster yang melintas di depannya.

"Oh tuan Bara, dia sudah di pindahkan ke rumah sakit lain. Karena, di rumah sakit ini peralatannya kurang memedai," jawab suster sopan.

"Ke rumah sakit mana sus?" Tanya Aira.

"Untuk itu tuan Bara sendiri tidak memberitahu pindah ke rumah sakit mana pada kami," jawab suster.

Aira tertunduk lesuh.

"Saya permisi, masih ada urusan yang lain," pamit suster.

"Iya sus terimakasih," jawab Agas.

Agas mengusap pundak Aira lembut. "Nanti kita cari tau ya."

Aira mengangguk setuju.

Aira mengalihkan padangannya ke arah lain dan melihat sosok orang yang sepertinya di kenalnya. "Kak Ayna!" Panggil Aira.

Tbc

Spam Next ya.

Sembunyi Dalam Senyum [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang