JANGAN LUPA SEBELUM BACA VOTE DAN KOMENNYA YA TERIMAKASIH.
"Patahmu akan pulih, sedihmu akan berganti, dan sabarmu akan terbayar." ~Aira Arketa.
Hari kelulusan telah tiba, dan Aira sangat bersemangat hari ini karena mama dan papahnya akan datang ke sekolahnya untuk pertama kalinya meski dengan kata emeng emang terpaksa.
Aira menuruni anak tangga dengan perasaan yang bahagia. Ia telah melupakan fakta yang sangat menyayat hatinya kemarin bersama Bara. Ia telah menerima semuanya, ia tak mau melakukan hal yang sama seperti orang tuanya kepada Bara. Karena itu benar benar menyakitkan.
"Mama sama papah jadi ke sekolah Aira'kan?" Tanya Aira penuh kecerian di wajahnya.
"Jadi, tapi saya harus ke sekolah Diva dulu. Mungkin agak telat datang ke sekolah kamu," jawab Hardi.
Aira tersenyum senang.
"Gapapa, yang penting papah sama mama datang. Aira berangkat duluan ya pah ma," pamit Aira menyalami kedua punggung tangan kedua orang tuanya itu.
Saat sampai pintu gerbang rumahnya, Diva berdiri di sana dengan senyum sinisnya.
"Seneng banget papah sama mama dateng, emang yakin lulus? Emang yakin nilai lo bakal di atas gue?" Tanya Diva sombong.
Ucapan Diva tidak mempan untuk mengubah perasaan bahagianya saat ini. "Yakin dong, nilai aku ga di atas kamu aja aku tetep seneng, karena aku ngerjainnya sendiri ga pakai kertas," ucap Aira menyindir Diva.
Pasalnya saat berangkat ujian waktu itu, Aira tidak sengaja melihat lipatan kertas kecil dia atas meja di samping tas milik Diva, Aira membuka kertas itu dan ternyata isinya kunci jawaban. Jadi Aira tau dari mana nilai besar dan kepercayaan diri yang tinggi itu Diva dapatkan.
"Lo nuduh gue nyontek!" Marah Diva tidak terima dengan kata sindiran yang Aira ucapakan.
"Kok ngamok?" Tanya Aira dan pergi naik angkutan umum.
Diva melihat Aira dengan perasaan dongkolnya. Bisa bisanya Diva yang marah karena terpancing ucapan Aira. Padahal niatnya ia yang ingin membuat Aira marah.
♡♡♡
Agas tertawa sumbang saat mendengar pernyataan dari cerita Aira. Dirinya dan Nadin merasa di bohongi sekaligus terkejut dengan sebuah fakta yang baru saja ia ketahui.
Entah ia harus marah atau tidak, yang jelas ia tidak bisa marah jika menyangkut tentang Aira, sekalipun Aira telah membohonginya. Katakanlah dirinya bodoh tapi, memang itu yang ia alami. Cintanya pada Aira yang membuat seperti ini.
Ingin sekali Agas marah pada Bara karena tidak jujur tentang masalah sepenting ini, tapi Aira berusaha untung menenangkannya.
"Bukannya mengikhlaskan itu lebih baik Gas? Lagi pula ini semua udah berlalu lama banget, marah lo ga akan buat bang Galang hidup lagi," ucap Aira pada Agas yang tidak bisa tenang.
"Mengikhlaskan ga gampang Ra!" Ucap Agas.
Nadin sama sekali tidak berniat untuk ikut campur dengan masalah ini, ia hanya terdiam sambil menyaksikan keduanya.
"Tapi gue berusaha," final Aira.
Agas terdiam tidak lagi menjawab ucapan Aira, jika sudah begini lebih baik Agas mengalah dari pada Aira bertambah marah padanya.
Marahnya perempuan sangat menyeramkan, tetapi lebih banyak menggemaskannya. Apa lagi melihat tubuh Aira yang lebih kecil dan pendek dari Agas dan saat Aira menggembungkan kedua pipinya membuatnya makin terlihat menggemaskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sembunyi Dalam Senyum [COMPLETED]
Jugendliteratur(JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN KRISARNYA. MAKASIH) ○Mulai 6 Januari 2021 ○Selesai 2 Maret 2021 "Kapan Aira bisa merasakan kebahagian lagi? Apa saat menyusul Bunda, papah akan merasakan kehilangan dan menyesal?" Aira...