JANGAN LUPA SEBELUM BACA VOTE DAN KOMENNYA YA TERIMAKASIH.
"Maka, berterima kasihlah pada kehilangan. Sebab darinya, kita belajar bagaimana caranya menghargai kehadiran." ~Aira Arketa.
Sore hari Agas dan Bara masih berada di rumah Aira untuk menjaga Aira dari hal hal yang tidak di inginkan.
Tepat pukul lima sore Desti dan Hardi pulang dengan menenteng tas kerja mereka masing masing.
Pintu terbuka, Diva berlari menuruni anak tangga ke arah mama dan papahnya untuk menyambutnya dengan pelukan hangat.
"Mah, pah." Panggil Diva jatuh di dekapan mama dan papahnya.
Mereka mengecup puncak kepala Diva bergantian. Lalu menatap Aira sinis dan dua lelaki yang duduk berdampingan.
"Pah, mah." Ucap Aira mengulurkan tangannya untuk bersalaman, namun tidak di gubris oleh kedua orang tuanya.
"Om tante," ucap Agas dan Bara sopan sambil menundukkan kepalanya.
Desti melihat Agas intens. "Agas ya?" Tanya Desti.
"Iya tante," jawab Agas yang masih menjaga atittudenya di depan orang yang lebih tua darinya, meski Agas tau kebusukan mereka di belakang.
"Ganteng, cocok sama Diva." Ucap Desti melihat anak perempuannya yang berdiri di sampingnya dengan senyum senyum sendiri.
"Maaf, tante saya lebih suka Aira yang cantik dan juga hatinya baik dari pada anak tante yang cantik tapi hatinya busuk, lebih tepatnya lebih busuk dari sampah," ucap Agas dengan nada yang sangat sopan sambil tersenyum kepada Desti.
Desti merubah raut wajahnya menjadi tidak suka menatap Agas.
"Leher kenapa?" Tanya Hardi angkat suara melihat Aira sinis.
Aira tersentak kaget, ia tidak memikirkan Hardi papahnya akan menanyakan hal ini di depan Agas dan Bara.
"Ini...aku..." jawab Aira bingung harus menjawab apa.
"Bandel kali tuh pah, mainnya aja sama cowok udah berani lagi bawa cowok ke rumah sekaligus dua," ucap Diva bersedakap dada tersenyum kemenangan.
"Licik," umpat Bara geram.
Aira menggeleng cepat.
Plak.
"Saya sudah pernah bilang jangan temui anak gila itu lagi! Apa kamu tidak mendengar ucapan saya!" Marah Hardi.
Agas dan Bara tersentak kaget melihat Aira yang mendapat tamparan dari seorang lelaki yang notabenya adalah papah kandungnya sendiri.
Aira memegangi pipinya yang memerah.
"Tapi dia tetap anak papah, anak kandung papah, darah daging papah kenapa papah selalu nyebut dia anak gila dia punya nama pah," ucap Aira.
"Nama dia Reza pah Reza," ucap Aira mengingkatkan papahnya yang mungkin lupa.
"Reza? Bang Reza, jadi cekikan itu?" Batin Agas.
"Jangan sebut nama itu lagi di depan saya!" Ucap Hardi melayangkan satu tamparan lagi.
Aira sentak memejamkan matanya.
Plak.
"Kenapa tamparan ini tidak terasa sakit?" Batin Aira membuka matanya.
Aira melihat punggung belakang Agas di depannya. Ya, Agas yang mendapatkan tamparan itu.
"Cukup om, dia perempuan," ucap Agas tegas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sembunyi Dalam Senyum [COMPLETED]
Fiksi Remaja(JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN KRISARNYA. MAKASIH) ○Mulai 6 Januari 2021 ○Selesai 2 Maret 2021 "Kapan Aira bisa merasakan kebahagian lagi? Apa saat menyusul Bunda, papah akan merasakan kehilangan dan menyesal?" Aira...