29. Kecelakaan

8.1K 485 66
                                    

JANGAN LUPA SEBELUM BACA VOTE DAN KOMENNYA YA TERIMAKASIH.

"Beberapa orang memang layaknya cuma sebatas teman, senyaman apapun dia." ~Aira Arketa.

Aira sedang berpikir keras saat ini, di sebuah bangku taman ia duduk berdampingan dengan perasaan yang canggung. Padahal dirinya sendiri yang mengajak Nadin untuk bertemu.

Aira tidak enak hati pada sahabtanya, ia tau Nadin sangat mencintai Agas, tapi ia sendiri juga tidak bisa membohongi perasaannya jika ia juga mencintai Agas.

"Gue mau ngomong sesuatu," ucap Aira gugup.

Nadin mmemfokuskan panadangnnya pada wajah Aira. "Apa?"

Aira menunduk. "Tapi, gue takut lo kecewa dan marah sama gue, apa lagi sampai lo membenci gue, gue takut Din."

Aira takut kehilangan sosok Nadin di dekatnya, ia sudah kehilangan Bara ia tidak mau juga kehilangan Nadin.

Nadin menautkan kedua alisnya tidak mengerti arah pembicaraan Aiara. "Ga akan Ra."

Aira percaya, Nadin tidak akan meninggalkan dan menjauhi dirinya. Namun, rasa takut itu terus terasa di hatinya.

"Gue mencintai Agas sama seperti lo mencintai dia."

Nadin mematung. "Terus?"

Apakah Nadin marah dan kecewa padanya?

Nada bicaranya masih tetap sama, namun raut wajah Nadin mulai berubah. Aira berusaha untuk tetap melanjutkan ucapannya.

"Gue dan Agas udah jadian kemarin," ucap Aira jujur, ia tau Nadin pasti akan terluka. Tapi, ia juga tidak mau membohongi statusnya dengan Agas pada Nadin sahabatnya sendiri.

"Kalian pacaran?"

Nadin terkejut, itu membuat Aira makin merasa gugup dan takut.

Aira mengangguk pelan. "Maafin gue Din, gue jahat."

Nadin mengambil tangan Aira dan menjabatnya. "Selamat ya."

Aira menatap Nadin sendu. "Maaf."

Nadin tertawa kencang. "Lo kenapa kaya takut gitu si Ra?"

Mengapa Nadin bertanya sepeti itu padanya? Sudah jelas Aira pasti takut, siapapun yang ada di posisi Nadin mungkin akan marah dan kecewa. Tidak semua tapi untuk sebagian orang pasti ada.

"Lo ga marah?"

Aira memberanikan diri mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Nadin.

"Kenapa gue harus marah? Kita berhak mendapatkan orang yang kita suka, kita sama sama udah berjuang, di ibaratkan kita itu seperti tempat pelabuhan dan Agas adalah perahunya dan Agas pasti akan berlabuh di tempat yang membuat ia nyaman, dan tempat berlabuhnya yang membuat dia nyaman itu lo Ra," ucap Nadin tersenyum tenang.

Hari ini seorang Nadin menjadi sangat bijak.

"Terus perasaan lo gimana Din?" Tanya Aira.

"Perasaan gue ga penting, gue bisa cari yang lain, di telegram 'kan banyak di sana gue buka pekarangan buaya dan kadal. yang penting itu lo bahagia," ucap Nadin terkekeh.

Aira sangat beruntung mempunyai sahabat seperti Nadin yang bisa mengerti perasaannya. Tapi ia juga merasa gagal menjadi sahabat Nadin karena tidak bisa menjadi sahabat yang baik baginya.

"Makasih Din," ucap Aira memeluk Nadin dengan sayang.

"Gue lebih mending Agas sama sahabat gue sendiri di banding sama tuh cicak!" Ucap Nadin.

Sembunyi Dalam Senyum [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang