23. Takut

5.6K 464 21
                                    

JANGAN LUPA SEBELUM BACA VOTE DAN KOMENNYA YA TERIMAKASIH.

"Banyak yang memilih dia, tapi dia lebih memilihmu." ~Aira Arketa.

Semakin hari rasa cinta Bara tumbuh semakin besar dan nyata pada perempuan yang bernama Aira, sedangkan Aira menggapnya hanyalah kepura puraan belaka.

Memang ini yang kita sepakati dari awal Bara pun juga menyadari akan hal itu, tapi kenyamanan dan takut kehilangan Aira semakin nyata ia rasakan. Ia bener bener mencintai Aira.

"Apa lo ga ngerasain hal yang sama seperti yang gue rasain sekarang Ra?" Tanya Bara dalam kesendiriannya di dalam kamar.

"Kenapa gue ga bisa jujur? Setiap kali gue mau jujur gue selalu takut buat kehilangan lo."

♡♡♡

Rumah Aira terasa bising, karena Diva tidak berhenti hentinya memakinya. Dan keadaan rumah hanya ada Aira, Diva dan bibi. Kedua orang tuanya sibuk bekerja.

Diva berdiri di hadapan Aira dengan perasaan kesal.

"Mau kamu apa si Div? Emang masih kurang kasih sayang dan kebahagiaan dari papah dan mama kamu ambil?" Tanya Aira membuka suara karena muak dengan setiap ucapan yang Diva lontarkan untuknya.

"Ya gimana ya, gue ga suka aja ngeliat lo hidup enak kaya gini. Apa lagi dengan kebahagiaan yang lo dapet dari papah."

Aira meyambungkan kedua alisnya menatap Diva tidak paham dengan yang ada di pikirannya.

"Tapi ga kaya gini caranya, kita bisa sama sama bahagia. Aku juga mau bahagia Div dan dapet kasih sayang seperti kamu," ucap Aira.

Diva menggeleng. "Enggak! Gue mau lo ngerasain apa yang gue rasain dulu!"

"Maksud kamu?"

"Gue mau lo ga bahagia, gue mau papah dan mamah selalu marah sama lo, dan gue mau lo ga akan pernah dapet kasih sayang dan kebahagiaan itu dari mereka maupun dari orang lain," ucap Diva tersenyun jahat.

"Termasuk Agas, Bara dan Nadin." Lanjut Diva berbisik di telinga Aira.

Aira terkejut dengan pengakuan Diva. Setelah papahnya, Diva mau merebut kebahagian yang ia dapat dari para sahabatnya?

Aira tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Oh ya satu lagi, gue suka sama Agas. Dan gue bakal pastiin sama lo apa yang gue mau pasti akan gue dapatkan, bagaimanapun caranya." Ucap Diva melangkah pergi ke kamarnya.

"Dan aku ga akan biarin kamu ngerebut lagi apa yang aku punya!" Ucap Aira membuat Diva memberhentikan langkahnya.

Diva berjalan ke arah Aira, berdiri di hadapan Aira kembali dan mengambil segelas air yang ada di meja di sampingnya.

Meneguknya sedikit, dan menyiram air itu tepat di wajah Aira.

"Ga usah mimpi!" Ucap Diva menaruh kembali gelas itu dan pergi meninggalkan Aira yang basah.

Aira berlari keluar rumah dengan keadaan wajah dan baju yang basah akibat ulah Diva.

♡♡♡

Agas menggendong tubuh Aira masuk ke dalam rumahnya dengan keadaan keduanya yang sudah basah kuyup karena terguyur air hujan.

Manda, bunda Agas yang sedang menonton televisi di ruang tamu terkejut saat melihat putranya yang menggendong tubuh Aira yang tak sadarkan diri.

"Astagfiraullah Gas, Aira kenapa?" Tanya Manda berdiri dan menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Aira.

"Bawa ke kamar bunda aja," suruh Manda.

Di kamar, Manda menyuruh Agas keluar untuk mengganti bajunya yang basah, dan Manda juga menggantikkan baju Aira dengan bajunya yang pas di tubuh Aira.

"Badannya anget Gas, Aira kenapa bisa begini?" Tanya Manda setelah Agas dan Aira telah mengganti bajunya masing masing.

"Agas juga ga tau bund, Agas nemuin Aira lagi lari hujan hujanan. Agas tanya kenapa dia malah nangis meluk Agas terus ga sadarin diri," jelas Agas.

Manda geleng geleng kepala. "Ada masalah pasti Gas, nanti coba kamu suruh Aira cerita."

"Iya bund."

"Lihat ini Gas, bunda tau bekas luka ini. Ini bekas sayatan bunda ga suka Aira nyakitin dirinya sendiri," ucap Manda memperlihatkan lengan atas Aira

Agas jadi mengingat pecahan kaca yang berada di laci Aira waktu itu. Ia juga tidak suka jika Aira menyakiti dirinya sendiri. Itu hal yang sangat bodoh.

Setelah Aira sadar, Aira melihat Agas dengan mata berkaca kaca. Aira benar benar takut kehilangan Agas lagi, Aira takut jika Agas juga membencinya sama seperti papahnya akibat ulah Diva.

"Hei, kok nangis Ra? Kenapa cerita sama gue," ucap Agas menggegam tangan Aira.

Aira memposisikan tubuhnya duduk dan menarik baju Agas memeluk tubuhnya erat.

"Jangan tinggalin gue Gas, jangan pernah benci sama gue, gue ga mau kehilangan orang yang gue sayang untuk kesekian kalinya," ucap Aira menangis takut kehilangan di pelukan Agas.

Agas mengusap punggung Aira lembut. Lalu memegang kedua pundak Aira dan menatap mata Aira tersenyum tenang.

"Siapa yang mau ninggalin lo? Siapa yang bilang?" Tanya Agas.

"Gue ga mau kehilangan lo Nadin dan Bara," ucap Aira menatap mata Agas.

"Gue, Nadin maupun Bara ga ada yang mau ninggalin lo Ra, kita akan bersama lo terus, jadi jangan pernah berpikir buat kita akan pergi dari lo," ucap Agas menenangkan.

Agas melepaskan kedua tangannya dari pundak Aira.

"Tapi, gue dan bunda kecewa sama lo Ra," ucap Agas.

Aira menatap mata Agas lekat. "Kenapa?" Tanya Aira gemetar.

"Bunda ga suka kamu nyakitin diri kamu sendiri, bunda lebih suka kamu cerita nangis nangis di depan bunda, minta tolong ke bunda ga ngelakuin hal bodoh seperti itu Ra," ucap Manda yang masuk ke kamar.

Aira masih belum paham. "Maksud bunda?"

"Lengan atas lo, bunda tadi liat itu. Lo sayat tangan lo pakai pecahan kaca yang lo simpan di laci kamar lo'kan?" Tanya Agas.

Bagaimana Agas bisa tau? Pikir Aira.

"Bodoh banget si lo! Lo ga mikir apa sebelum ngelakuin hal bodoh itu?" Tanya Agas tegas.

"Bunda kecewa Ra," ucap Manda menatap Aira penuh kekecewaan.

Tubuh Aira gemetar. "Maaf."

Hanya kata itu yang Aira bisa ucapkan.

Manda berdiri dan beranjak pergi keluar kamar. Aira turun dari kasur sambil memegangi kepalanya yang pusing.

"Bunda maafin Aira, Aira tau Aira salah Aira tau Aira bodoh tapi Aira mohon bunda jangan marah dan benci sama Aira," ucap Aira menahan lengan Manda.

Kaki Aira tidak lagi kuat menopang tubuhnya lagi hingga Aira jatuh duduk dengan masih memegang lengan Manda.

"Maafin Aira udah buat bunda kecewa," ucap Aira menangis.

Manda yang melihat Aira jadi tidak tega. Manda ikut duduk di hadapan Aira, mensejajarkan posisinya.

"Bunda maafin, tapi jangan di ulang lagi, bunda ga suka liat calon menantu bunda kayak begitu."

Aira tersenyum sendu. "Iya bund."

"Jangan nangis, simpan nangisnya buat nanti nangis bahagia saat Agas melamar kamu," ucap Manda meledek Agas yang duduk di pinggir kasur.

Aira terkekeh dengan ucapan Manda dan menghapus Aira matanya asal.

Tbc

Spam Next ya.

Sembunyi Dalam Senyum [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang