5. crazy people

2.7K 290 10
                                    

Mengurus orang sakit itu, gampang-gampang sulit sebenarnya. Ah, lebih banyak sulitnya sih. Apalagi kalau yang diurus modelan Kala. Cowok itu akan sangat manja saat sedang sakit. Jangankan untuk mengambil air minum di dapur, berganti baju pun meminta pada gue.

Sekala di mode yang sedang sakit akan sangat berbeda dengan Sekala di kampus yang terkenal dengan image sangar, cool dan manly. Orang lain tidak akan percaya kalau gue ceritakan bagaimana manjanya Sekala saat sedang sakit.

Tapi, gue penasaran. Sesha tau tidak ya Sekala yang seperti ini?

Oh iya, bicara soal Sesha. Tadi gue sempat mengintip ponsel Kala, ternyata cewek itu sudah beberapa kali menelpon. Tapi tidak kunjung diangkat oleh Sekala. Tangan gue gatal dan hampir saja mengangkat telponnya kalau gue tidak ingat gue siapa.

Membaca WhatsApp Sesha di ponsel Sekala dan cewek itu bilang akan kesini membuat gue ketar-ketir. Jelas, gue tidak ingin kepergok sedang ada di apartemen tunangan Sesha pada jam 10 malam ini. Bisa habis gue.

Sebenarnya, Sesha tidak semenyebalkan itu pada teman sekelas. Sesha hanya akan bersikap kurang ajar pada orang yang dia tidak suka. Dan gue tidak ingin ketahuan Sesha berada disini, bisa-bisa Sesha akan menggangu gue terus menerus. Sudah cukup pacarnya Kak Denar kemarin.

"Kal, gue pulang ya. Sesha mau kesini." Bisik gue di samping telinga Kala yang tengah tertidur di balik selimut.

Cowok itu melenguh pelan lalu mengucek matanya. "Apa, Tha?" Tanyanya dengan suara serak.

Gue mengecek suhu tubuhnya, sudah normal. Syukurlah. "Sesha mau kesini, Kal. Gue pulang ya, udah malem juga." Balas gue, tepat di depan wajahnya.

Sekala kembali memejamkan matanya sejenak, "sekarang jam berapa?"

"Jam 10 malem."

"Nginep aja, Tha. Udah malem. Gue gak bisa nganterin lo, badan gue masih lemes."

Gue menggeleng. "Nggak apa-apa, Kal. Gue udah minta jemput temen kosan kok. Lagian kalo gue nginep nanti ketauan Sesha berabe."

"Tapi kan..."

"Udah. Lo tidur lagi aja, gue cuma mau pamit." Kata gue, mengusap rambut Sekala lalu mengecup keningnya, entah keberanian dari mana gue melakukan itu. "Gue pulang ya. Cepet sembuh Kala."

....

"Tha, lo dicariin tuh." Gue yang sedang mengemasi barang ke dalam tas menoleh pada Sesha.

"Siapa?"

"Arkan."

Darah gue berdesir mendengar nama Arkan disebut. Mau apa lagi si psycho itu datang ke kelas gue?

Gue beranjak dari duduk, namun ketika gue hendak keluar kelas, Sesha mencekal tangan gue, membuat gue menoleh dengan tatapan bertanya.

Cewek itu menatap tajam gue, "Tha..." Panggilnya, membuat gue mengerjap.

"Ya?"

"Lo punya pacar ya?"

"Hah?"

"Itu..." Sesha menunjuk leher gue dengan dagunya, "harusnya lo pakein concealer, hehe..." Setelahnya, cewek itu pun meninggalkan gue sendirian di kelas.

Buru-buru gue mengambil ponsel yang ada di Tote bag yang gue bawa dan DUARRRRR, merutuki betapa bodohnya gue yang tidak menutupi tanda yang dibuat Kala beberapa hari lalu, kenapa juga gue sampai lupa. Dasar bodoh!

Gue memejamkan mata sambil mengatur nafas, pantas hari ini banyak mata yang memperhatikan gue lalu setelahnya berbisik-bisik. Sial, memalukan sekali.

Kita Ini Apa? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang