26. 119

2.1K 252 26
                                    

Mau double update nda? Yukkk kencengin komennya hwhwhw

....

Aletha melirik pada pintu kamar mandi yang berbunyi suara air mengalir, di sana Arkan tengah membersihkan diri, karena dia tidak sempat pergi kemana-mana hanya demi menemani Aletha di rumah sakit selama dua hari.

Padahal, Aletha bilang bahwa tubuhnya sudah membaik dan akan baik-baik saja apabila pulang sekarang. Tapi Arkan bersikeras meminta pada dokter bahwa Aletha harus dirawat lebih lama. Hal itu jelas membuat Aletha frustasi, pasalnya dia sama sekali tidak diperbolehkan menyentuh ponselnya oleh Arkan.

Kalau tahu seperti ini jadinya, Aletha lebih memilih pingsan seharian di bawah tangga kemarin, daripada harus ditolong oleh orang seperti Arkan.

Cewek itu bangkit dari tidurnya, tadi saat Arkan akan mandi dia berpura-pura tidur untuk mengelabuhi cowok itu. Perlahan Aletha turun dari ranjangnya, meraih Hoodie Arkan dimana ponselnya di sembunyikan di sana. Dan ya, akhirnya ketemu.

Tanpa pikir panjang cewek itu mencoba menghubungi nomor yang selalu ada di urutan teratas yang akan dia hubungi apabila dalam keadaan darurat.

Tapi, baru beberapa detik dia menelpon, Aletha sudah keburu sadar, bahwa yang dia hubungi adalah nomornya Sekala. Maka, belum sempat panggilan itu terangkat, Aletha buru-buru mematikan.

Dengan panik cewek itu melihat kembali ke pintu kamar mandi dan berharap Arkan masih lama di sana. Tangannya yang gemetar pun mencoba menghubungi nomor Rendy yang kebetulan ada di pikirannya. Tapi belum sempat ia memanggil nomor Rendy, nomor lain sudah lebih dulu menghubunginya.

Reflek, Aletha pun mengangkat panggilan itu.

"Halo? Tha? Tha ini elo kan?"

"S-sekala..." Panggilnya gemetar, Aletha bahkan menelan ludah saking gugupnya. Tidak seharusnya dia mengangkat panggilan Sekala, tapi mau bagaimana lagi.

"Tha? akhirnya lo ada kabar. Please kasih tau gue lo dimana, gue—"

"Tolong bawa gue pulang, gue bakal share loc ke elo."

....


"Udah bangun?" Aletha terperanjat lantaran suara Arkan yang tiba-tiba menyeruak indera pendengarnya.

Cewek itu membalikan tubuhnya dan berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya. Untung dia sudah menaruh kembali ponselnya ke saku Hoodie Arkan. Kalau saja Aletha terlambat beberapa detik, sudah habis dia ketahuan.

"Hm." Gumam Aletha mengangguki pertanyaan Arkan.

Cowok yang tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk itu melangkah mendekati Aletha yang terduduk di sofa. Kepalanya mendekat hingga membuat Aletha reflek memundurkan tubuhnya hingga menabrak bantalan sofa. Tangan Arkan dibawa untuk mengelus rahang Aletha.

"Udah baikan?" Tanyanya lagi, Aletha mengangguk gugup. Arkan tersenyum lalu menjauhkan wajahnya, kali ini duduk di samping Aletha dan menggenggam tangannya. Membuat Aletha harus menahan dongkolnya. Dia benci skinship dengan Arkan, tapi mau bagaimana lagi. Posisinya dia tidak bisa apa-apa. "Mau makan apa?"

"Emang boleh request?" Arkan terkekeh mendengar pertanyaan Aletha. "Boleh, nanti gue beliin apapun yang lo mau."

Aletha berpikir sebentar, ini adalah kesempatan dia untuk kabur dari Arkan.

"Apa aja?"

Arkan mengangguk. "Anything."

"Bisa beliin gue kebab?"

Lagi-lagi Arkan mengangguk. "Sure. Tunggu di sini—"

Aletha menahan tangan Arkan saat cowok itu akan beranjak. "Tapi mau yang di deket kampus. Gue pengen banget makan kebab yang di situ, udah lama sih pengennya cuma gak pernah kesampaian."

"Kenapa gak pernah bilang dari lama sih? Gue bisa beliin lo sebanyak apapun yang lo minta." Kata Arkan sombong. Membuat Aletha tersenyum kaku demi menahan rasa kesalnya.

"Tapi sekarang bisa kan lo beliin?"

"Bisa, sekarang gue mau berangkat. Lo tidur aja sana, nanti gue bangunin kalo udah balik."

Aletha merengut. "Gue bosen, pengen jalan-jalan ke taman."

"No, don't ever dare to leave this room. Di luar bahaya, banyak orang jahat. Gue nggak mau lo pergi dari sini dan ketemu orang jahat itu. Nggak lagi, Aletha."

Aletha menghela nafasnya lelah, fine, dia akan menuruti ucapan Arkan demi untuk meyakinkan cowok itu.

"Yaudah deh, gue tidur aja."

Arkan tersenyum cerah lalu mengusak rambut Aletha. "Good girl."

....


Aletha menggigit kukunya gusar, sudah hampir 20 menit kepergian Arkan tapi dia belum juga menemukan tanda-tanda Sekala menjemputnya.

Cewek itu menggerakkan kakinya untuk menuruni ranjang. Meringis pelan ketika merasakan pening yang kembali melanda kepalanya, dia lupa belum meminum obatnya sore ini. Tapi tidak ada waktu untuk itu.

Mendekat pada pintu, lalu membukanya perlahan, Aletha mengintip sebentar dan melebarkan matanya begitu melihat Sekala yang tengah berdiri di tengah-tengah sambil mengambil nafas dalam-dalam. Seperti cowok itu berlari ke sini.

"Kala!" Panggilnya, membuat oknum yang dipanggil menoleh dan membelalak mendapati Aletha yang berdiri di depan ruang rawatnya dengan pakaian rumah sakit yang dikenakan.

Melihatnya membuat Sekala berlari ke arahnya itu dan memeluk Aletha erat begitu sampai.

"Akhirnya, akhirnya gue nemuin lo setelah dibuat hampir gila dua hari ini." Gumam Kala, cowok itu mengusap rambut Aletha dengan tangan bergetar. "Maaf, maafin gue Tha, maafin gue yang gagal jagain lo."

Hal itu membuat Aletha tanpa sadar menitikan air matanya. Dia sangat merindukan laki-laki ini, Sekala Bumi.

"Kalian ngapain?"

Keduanya lantas menjauh begitu mendapati Arkan yang berdiri tak jauh dari mereka, menatap tajam dengan tangan yang menenteng plastik berwarna putih.

....

Makin kgk jls gk siee ini tuhkkk

Kita Ini Apa? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang