21. break up

1.5K 248 27
                                    

Cek cek, ada yang nunggu? Vote komennya ya hehehehe 🤗

Hari ini gue dikejutkan dengan berita Karina dan Javier yang putus. Entah apa masalah mereka gue tidak paham, tapi sepertinya ini masalah lebih besar dari yang kemarin-kemarin, apalagi saat melihat Karina yang mendatangi kamar gue dengan wajah berlumuran air mata, membuat gue semakin yakin bahwa mereka benar-benar putus.

Gue tidak tahu apa permasalahan mereka sampai akhirnya putus, karena Karina tidak menceritakan secara mendetail. Yang gue dan Amira kira sih, mereka putus karena Javier yang lagi-lagi main cewek.

"Mau gue samperin gak si Javier?" Tanya Amira menggebu, cewek itu sengaja datang ke kosan setelah mendengar Karina menangis di kamar kos gue.

Karina menggeleng sambil menyeka wajah cantiknya dengan tissue, cewek itu masih memeluk pinggang gue erat.

"Nggak usah hhh..." Katanya parau, Karina bahkan masih sesegukan setelah menangis setengah jam.

Membuat gue dan Amira meringis, kita berdua tahu kalau Karina begitu mencintai Javier, tidak peduli sebanyak apa Javier menyakitinya, pada akhirnya Karina akan kembali menerimanya. Kali ini, kami pun masih memikirkan hal yang sama, mungkin saja dalam beberapa hari kemudian Karina dan Javier akan kembali bersama.

Yaaa, gue harap sih cukup sampai sini saja hubungan mereka, katakanlah gue jahat, tapi ini demi kebaikan Karina, gue tidak ingin Karina lagi-lagi menjadi bulol alias bucin tolol. Karena bukan hanya dia, gue dan Amira pun sudah sangat lelah mendengar cerita Karina yang selalu disakiti oleh Javier.

"Udah nggak usah nangis sih, paling besok udah balikan lagi." Ucap Amira sambil memakan seblak yang dia bawa.

Karina menggeleng keras, "kali ini gue udah capek banget, gue udah nggak mau lagi nerima dia, gue bener-bener kecewa. Gue sadar, udah cukup gue jadi tolol selama ini karena Javier, gue sama Javier tuh kaya ngejalanin hubungan sepihak gitu, cuma gue yang sayang, dianya bertahan cuma karena kasian. Nggak lagi, gue nggak lagi mau nerima dia. Sekarang terserah dia mau kaya gimana juga, gue udah capek."

Gue tersenyum bangga mendengar penuturan Karina, gue pun menepuk pundaknya pelan. "Bagus, teman. Mulai sekarang lo harus jadi pinter, jangan jadi bulol terus."

....


"Gue liat-liat lo makin deket ya sama Rendy?"

Gue menoleh dan mendapati Amira yang mengintip isi chat gue dengan Rendy. Gue berdecak lalu menjauhkan ponsel dari hadapannya.

"Kok lo kepo sih sama isi chat gue???" Tanya gue sewot.

"Yaelah santai kali, salting lo ciahh!" Ledek Amira, membuat gue menggeleng. "Coba doong cerita, lo sama Rendy sekarang gimana? Terus sama Sekala gimana? Udah lama loooh nggak cerita-cerita kaya gini." Pinta Amira. Cewek itu menyingkap selimutnya lalu mendekat ke gue.

Gue melirik Karina yang tertidur di samping kiri gue. Saat ini mereka berdua sedang menginap di kamar kos gue, tapi Karina sudah tertidur lelap setelah menangis setengah jam, mungkin dia lelah sehabis menangis.

"Jangan kenceng-kenceng sih lo ngomong, nanti Rina bangun." Bisik gue, Karina baru saja tertidur beberapa menit lalu, gue tidak ingin percakapan gue dan Amira mengganggunya.

Amira menutup mulutnya pelan, "oops, sorry." Bisiknya sambil melirik Karina. "Kita pindah ke depan aja yuk? Gue pengen denger cerita lo tau."

"Tapi..."

"Ayo ih." Amira pun menarik tangan gue untuk turun dari tempat tidur dan keluar dari sana.

Kita Ini Apa? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang