12. weird

1.8K 272 16
                                    

Di sini udah ada yang baca cerita anak dream aku yang lain belum? Yuk yang belum bisa baca punya Haechan sama Renjuuun.

Vomentnya ya yang banyak biar aku semangat wkwkwk.

...

"Tha." Gerakan gue yang mau mengetuk pintu ruang musik yang setengah terbuka terhenti lantaran seseorang memanggil nama gue. Saat menoleh gue mendapati Sekala yang berlari kecil menghampiri gue.

"Mau ngapain?" Tanyanya. Tumben banget mau menyapa saat di kampus gini. Ah, mungkin karena kini keadaan sedang sepi.

Gue menyodorkan payung di depannya. "Ini, nganterin payung punya kak Wildan yang dipinjemin sama kak San. Kenapa, Kal?"

Sekala menggaruk keningnya. "Biar gue aja yang ngasihin, sekalian mau ketemu Javier tuh." Tawar Sekala sambil menunjuk Javier yang terlihat dengan fokus dengan ponselnya di ruang musik, hingga tidak menyadari keberadaan gue dan Sekala.

"Nggak usah gak apa-apa, kan gue yang dipinjemin masa lo yang ngasihin, lagian kata kak San harus ngasihin ke dia aja." Tolak gue. Agak tidak sopan menurut gue kalau menitip pada Sekala di saat kak San meminta gue untuk mengembalikan payung padanya.

"Jangan, Tha." Larang Kala. Membuat gue mengernyit bingung. Sekala kenapa sih?

"Kenapa?"

"Ya jangan aja. Udah nitip sama gue—"

"Loh, Aletha?" Ucapan Sekala terpotong ketika Kak San membuka lebar pintu dan memanggil nama gue.

Gue menatap Sekala sebentar, "eh, Kak. Saya mau ngasihin payung yang kemarin." Lalu gue menyodorkan payung pada Kak San. "Makasih ya."

"Oh iya, sama-sama." Jawabnya dengan senyum. "Mau masuk dulu gak? Siapa tau mau ngeliat gue latihan sama anak-anak haha."

Gue meringis pelan, ini orang kenapa sih? "Nggak usah kak, masih ada urusan lain. Duluan ya."

"Cepet banget, Tha. Beneran nggak mau nih?" Tawar Kak San lagi.

"Ekhem..." Gue dan Kak San menoleh ke Sekala saat cowok itu berdehem. Mengernyitkan alis bingung. Katanya mau ketemu Javier? Tapi sampai sekarang kenapa masih di sini?

"Eh, Sekala. Ada urusan apa?" Nada suara Kak San yang sebelumnya lembut berubah menjadi tegas saat berbicara dengan Sekala.

"Gak ada, cuma nganterin nih cewek nganterin payung." Jawab Sekala sambil mengusap kepala gue.

Gue menatap tajam Kala, kaget dengan tindakan dan ucapan cowok itu. Begitu pula Kak San yang sama kagetnya.

"Kala, tadi kata lo—"

"Duluan, Bang." Pamit Sekala memotong ucapan gue, lalu menarik tangan gue menjauh dari ruang musik.

Apa sih cowok ini?

"Kal, lepas ih! Ini di tempat umum ya!" Sentak gue dan membuat Sekala melepas genggamannya. Gue melihat sekitar dan untungnya sepi.

Sekala menghela nafas kasar. Cowok itu menatap gue lurus, membuat gue kebingungan.

"Lain kali nggak usah ngobrol sama Bang Sandy lagi. Modus doang kerjaannya tuh." Katanya. Sarat akan nada marah?

"Loh, emang kenapa? Dia baik kok udah minjemin gue payung kemarin. Terlepas dari modus, tapi ya niatnya baik." Jawab gue, kebingungan.

Sekala hari ini benar-benar aneh. Tiba-tiba mengajak gue ngobrol, mengelus kepala gue dan berbohong pada Kak San. Dia juga melarang gue untuk berbicara pada Kak San.

Kita Ini Apa? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang