28. ancaman

908 111 15
                                    

Haloooo, adakah yang masih baca ini?

Cowok dengan tatapan tajam itu melangkah tegas menuju kamar tunangannya, Sesha. Setelah mendapat informasi bahwa Sesha sedang berada di kamarnya, Sekala tidak membuang waktu lagi untuk menghampiri cewek itu.

Untungnya saat ini ayah Sesha sedang di luar negeri, jadi dia bisa leluasa memaki cewek itu.

Rasa marah yang beberapa hari ditahannya kini sudah harus diutarakan. Dengan sekali gebrakan, Sekala membuka kasar pintu kamar Sesha, membuat sang empunya yang sedang memoles wajahnya dengan make up melotot kaget.

"Apaan—loh, Kala?!"

"Iya, gue. Kenapa?" Tanya Kala sewot, belum sempat Sesha menjawab Sekala sudah mendorong tubuhnya hingga Sesha membentur meja di belakangnya. Ringisan terdengar dari cewek itu, tangannya yang tadi dibuat untuk menahan tubuhnya terasa sakit.

"Lo apain Aletha?!" Sekala mencengkeram bahu cewek di hadapannya, ditatapnya tajam wajah sang tunangan sehingga membuat Sesha bergetar.

Sesha menggeleng, seakan tidak mengerti apa maksud ucapan Sekala. "Maksud kamu apa sih, sayang? Aku nggak ngerti." Balasnya pelan, kini Sesha sudah bisa menguasai dirinya, meskipun hatinya masih takut kalau Sekala akan melakukan hal lebih dari ini.

Lagi, Sekala mencengkeram bahunya lebih keras, membuat cewek itu meringis. "Kal? Jangan kasar. Aku bisa laporin ini ke papa aku, atau papa kamu. Mau?"

"Gue gak peduli." Balas Kala tajam. "Gue nggak peduli sama semua resikonya. Dan gue peringatin, jangan pernah lo berani sentuh Aletha lagi. Karena kalo lo sampe berani, gue bakal bales dengan lebih kejam."

Ingin. Ingin sekali Kala menampar cewek di hadapannya. Tapi tidak bisa, Sekala bukan lah sosok orang yang hobi bermain tangan dengan wanita, sekalipun dia sangat emosi.

"Dan juga, jangan berlagak seolah gue ini punya lo. Lo kira gue nggak tau kalo lo yang dulu ngebully Karina sampe dia maksa minta putus dari gue?"

Sesha membelalak, darimana Sekala tahu mengenai hal ini? Apakah Karina mengadu? Sesha mendengus, tangannya mencengkram sisir di genggamannya. Dasar cewek anjing!

Sekala mendorong tubuh Sesha sekali lagi, lalu mundur perlahan. "Lo kira selama ini gue diem aja karena gak berani sama lo? Bokap lo? Atau bahkan bokap gue?" Sekala menggeleng. "Selama ini gue cuma cukup sabar ngadepin elo, Sha. Tapi makin didiemin lo makin gila, mengklaim gue milik lo?" Sekala terkekeh sinis. "Mimpi. Sampe kapan pun kita bukan apa-apa."

"Kita tunangan! Aku tunangan kamu, Kala. Kamu milik aku!"

"Sebentar lagi." Sesha mengernyit mendengar ucapan ambigu Sekala. "Sebentar lagi status itu udah nggak ada lagi di antara lo dan gue. Gue nggak sudi tunangan sama cewek gak waras. Setelah ini, silahkan lo mau ngadu ke bokap lo atau bokap gue. I don't fucking care."

Setelahnya, Sekala berbalik, meninggalkan Sesha yang mengatur nafasnya.

"Nggak! Sampe kapan pun kamu milik aku! Nggak ada yang boleh nyentuh kamu selain aku. Nggak ada!" Ucapnya penuh penekanan. Membuat Sekala menghentikan langkahnya. Cowok itu berbalik, kali ini menatap Sesha dengan muak.

"Oh iya, gue punya bukti video lo nyakitin Aletha. Kalo sampe lo berani sekali lagi nyelakain dia, gue bakal sebar buktinya, gue bakal laporin lo ke polisi atas kasus kekerasan. Kalo pun orang tua lo bisa bebasin lo gitu aja dari hukum, lo tetep nggak bakal lepas dari sanksi sosial. Mikir, Sesha, sekali lagi lo nyakitin Aletha ataupun Karina, gue gak bakal segan-segan bikin lo jadi musuh masyarakat."

Dengan itu Sekala kembali membalikkan tubuhnya, berjalan dan sama sekali tak mendengarkan teriakan Sesha yang menyuruhnya untuk tetap di sana. Cowok itu terus berjalan keluar kamar.

Kita Ini Apa? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang