03. cerita kala

3.3K 315 17
                                    

Vote komennya dipersilahkan. Selamat malam minggu.

"Lo ngasih tau soal kita ke Javier, Kal?" Tanya gue sambil mengunyah richeese yang kala bawa. Cowok yang tadinya fokus pada ponsel itu menatap gue sekilas, lalu kembali fokus pada ponselnya.

"Dia udah tau dari lama."

Gue tersedak mendengar penjelasan Kala. Dari lama? Dari pertamakali gue dan Kala berhubungan maksudnya?

Kala buru-buru menyodorkan gelas berisi air mineral pada gue. "Kalo makan mah makan aja, gak usah sambil ngobrol."

Gue tidak menanggapi, melainkan kembali fokus pada makanan gue dan kembali berceloteh. Tapi di balik itu gue memikirkan sebesar apa konsekuensinya kalau-kalau mulut Javier ember tentang hubungan gue dengan sahabatnya itu.

Yang sebenarnya gue juga bingung apa yang kita jalani saat ini. Tiga bulan, sudah tiga bulan gue dan Kala seperti ini. Dibilang pacar, kita bahkan jauh dari kata itu. Teman, memang ada teman yang skinship berlebihan?

Mungkin alangkah lebih tepat bilang gue menyebutnya friends with benefit?

Gue mendengus. Gue benar-benar tidak pernah membayangkan akan mempunyai hubungan rumit seperti ini pada sosok Sekala Bumi. Seorang cowok yang didamba banyak orang, cowok rebutan para perempuan. Awalnya gue hanya berniat membuat Arkan berhenti mengganggu gue untuk meminta menjadi kekasihnya.

Saat itu, tanpa sengaja gue bertemu dengan Sekala di dalam bar milik kakak sepupunya. Gue memang sesekali kesana saat pikiran gue sedang stress. Tapi betapa bajingannya Arkan yang selalu saja menguntit kemanapun gue pergi, membuat gue benar-benar risih.

Saat itu, pikiran gue sedang sangat kacau, ditambah kehadiran Arkan membuat mood gue semakin turun drastis. Cowok itu terus saja mengganggu gue, bahkan dia memaksa gue untuk ikut dengannya dan bersenang-senang. Jelas gue menolak, gue bilang kalau gue sudah punya pacar dan akan melaporkan kelakuan Arkan selama ini pada cowok gue.

Tentu saja awalnya Arkan tidak percaya, mengingat selama ini gue memang tidak pernah kelihatan dekat dengan cowok mana pun.

Arkan adalah cowok yang licik. Dia meminta gue untuk menelpon cowok gue dan menyuruhnya untuk menjemput gue di bar agar dia percaya.

Otak gue buntu, gue benar-benar tidak bisa berpikir lagi. Apalagi ketika gue mengingat bahwa gue tidak punya satu pun teman cowok yang bisa dimintai tolong.

Sampai akhirnya gue melihat sosok Sekala yang tengah duduk sendirian dengan segelas minumannya. Dengan lancang, gue pun duduk di samping dia dan menggandeng tangannya, membuat Kala kaget.

"Ini pacar gue, Sekala."

Ucap gue kala itu. Gue bisa melihat wajah Sekala yang menampakkan kebingungan atas kejadian itu. Dalam hati gue sangat meminta maaf sudah memanfaatkannya, gue berniat akan mentraktir Kala setelah Arkan berhenti.

Tapi, sialnya Arkan tetap tidak percaya dan meminta bukti. Padahal, kurang jelas apa bukti gue yang menggandeng Sekala?

Makanya, entah setan apa yang merasuki gue saat itu, gue malah menarik tengkuk Sekala dan menciumnya tepat di depan Arkan. Sekala jelas kaget dengan perlakuan tiba-tiba gue, gue bahkan sudah sangat siap apabila saat itu dia mendorong dan memaki gue. Tapi, tidak seperti dugaan gue, Sekala malah membalas ciuman gue dengan intens. Cowok itu bahkan tidak membiarkan gue bernafas sedikitpun karena Kala terus melumat bibir gue dengan ganas.

Gue jelas kaget dengan perlakuannya. Tapi karena ini demi ketentraman gue agar tidak diganggu Arkan lagi, gue pun mengikuti permainan Sekala.

Saat itu gue bisa melihat jelas wajah shock nya Arkan ketika gue duduk di pangkuan Sekala. Bukan hanya Arkan sebenarnya, tapi juga Sekala. Berkali-kali gue menggumam kata maaf pada Kala saat itu.

Kita Ini Apa? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang