CHACA POV
"Chantika!!! Ada teman kamu nih di bawah! Cepat turun!!"
Mendengar teriakan mama barusan, gue langsung mengangkat bantal yang dari tadi menutupi mata dan kepala gue. Mungkin ini udah jam 12 siang, tapi saat ini gue masih bergulat di dalam selimut diatas tempat tidur gue yang selalu berasa nyaman ini.
Gue mulai mengangkat tubuh gue malas dari tidur gue yang tadi sempat berlanjut setelah selesai mandi dan sarapan tanpa niat tapi tetep masih berasa ga puas. Gue berjalan gontai menuju pintu, dan dengan setengah hati mulai melangkah keluar dari zona nyaman gue di rumah tercinta.
"Siapa Mam?" tanya gue setelah sampai diujung tangga bawah. Mama menggedikan bahunya dan kembali sibuk dengan adonan kuenya. Duh, nyokap gue ga ada bosen-bosennya deh di dapur.
"Udah sana temuin aja, ga kalah ganteng kok sama Steve. Pinter juga ya kamu pilih-pilih temen cowo." Ucap Mama menggoda gue dengan tatapannya. Gue memutar bola mata malas, paling males deh kalo harus bahas yang kaya beginian.
Gue membalikan badan berjalan menuju ruang tamu. Ga kalah ganteng dari Steve? Hah? Gue bingung sendiri dengan kata-kata mama beberapa detik yang lalu.
Tubuh gue seketika mematung mendapati siapa yang berdiri di depan gue sekarang. Kejadian semalam mulai keputer ulang di otak gue. Hadehh, nyesel gue jadi seseorang yang overthinking sama apapun.
"Hei Chan!" sapanya mengejutkan gue dari fikiran gue yang lagi sibuk sendiri.
"Oh. Hai!" balas gue kaku juga bernada awkward karna kagok sendiri.
"Mmm.. Gue ganggu lo gak?" tanyanya ragu-ragu.
Gue masih mematung dan berasa beku sampe-sampe mulut gue ga bisa ngeluarin suara dan otak gue ga bisa mikirin jawaban yang harus gue kasih.
"Chan..." panggilnya sambil melambaikan tanganya yang besar di depan muka gue.
"Huh?" tanya gue polos dengan otak yang masih nyangkut di dunia lain. Hadehhh.
"Ekhem," ia terlihat mengambil nafas sejenak. "Kalo kata-kata gue semalem itu... Tolong ga usah terlalu lo pikirin. Gue ngerti kok, dan gue minta maaf." lanjutnya dalam tempo sesingkat-singkatnya.
Gue masih diam, sibuk mencerna kalimatnya tadi.
''Kenapa lo selalu ngorbanin perasaan lo?"
"Apa lo ga mau ngerasain kebahagiaan itu?"
"Kenapa lo harus berpura-pura kuat?"
"Kenapa topeng itu ga pernah lo buka Chan?"
Kalimat-kalimat itu kembali berlalu lalang dalam otak gue. Dan sampe otak gue nemuin satu kalimat lagi yang bener-bener baru gue sadari.
'"Kalo lo emang mau Steve bareng Sheila, gue siap bantuin lo untuk bener-bener ngerelain dia. Asal lo mau buka hati lagi buat gue."
Oke. Gue ga se-telmi itu plis. Tapi, apa maksud permintaan maaf nya buat satu kalimat itu? Tapi, kalimat itukan juga ga salah. Eh tapi, tapi, tap---
"Siang," Suara yang tiba-tiba muncul itu sukses membuyarkan pikiran gue sekaligus buat gue kaget. Tapi, hah? Orang itu juga sukses buat gue melongo.
******
AUTHOR POV
"Joseph?"
"Hai Cha!" Chaca masih terpaku di tempatnya, sedangkan Jo mengerutkan keningnya tak mengerti dengan kedatangan cowok ini.
"Mm... hai!" Joseph kini mengangkat tangannya menyapa Jo. "Hmm... sorry buat kedatangan gue yang tiba-tiba, atau ngeganggu waktu kalian," Joseph berhenti sejenak, mengambil nafas, dan merangsang setiap kata-kata yang berkelebat di dalam benaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Friend Zone
Teen FictionIni terlalu sakit. Gue terlalu lemah. Dan gue mulai lelah. Bayangin lo jatuh cinta sama sahabat cowo lo sendiri Dan gue tau itu lagi booming banget di kalangan anak muda jaman sekarang. Tapi yang bikin lebih sakit itu tuh doi jatuh cintanya bukan s...