17

3.1K 160 8
                                        

Holaaa!!! Yeay!! Finally bisa updatenya. Semoga masih ada yang mau nungguin cerita ini ya *Ngarep.com*

Oke sekedar nyapa aja kok^^

Selamat membaca~~~

**************

AUTHOR POV

"JO!" Chaca menahan nafasnya sejenak melihat Jo tak berada diposisinya. Kampret! , maki Chaca dalam hati. Nafas Chaca mulai memburu sekarang , emosinya benar-benar naik ke puncak yang paling tinggi. Walau hatinya masih dilanda kebimbangan , tapi emosinya sudah tersulut semuanya. Ia bersumpah sekali lagi , takkan ada lagi ruang untuk Jo dihatinya. Tidak sedikitpun.

Inhale.Exhale. Calm down Chaca.  Chaca mengingatkan dirinya sendiri. Ia sadar kalau di dalam sana Sheila masih berjuang. Dengan emosi yang masih berusaha ia atur , ia kembali memasuki rumah sakit itu dan berjalan menuju tempat Steve menunggu dengan gelisah.

*********

Jo melajukan motornya dengan hati-hati , ia menjaga jarak dan fokus pada taksi putih di depannya. Ia memang tidak tau apa ulah yang telah dilakukan gadis cantik itu lagi, tapi ia yakin , kehadiran gadis itu takkan membawa keadaan yang baik baginya ataupun Chaca. Ya, hanya itulah yang menjadi pendorongnya sekarang untuk tetap mengikuti gadis itu. Semata-mata menjaga jika sesuatu yang buruk akan menimpa Chaca , gadis yang tak pernah bisa pergi dari hatinya.

********

Dokter yang keluar dengan keringat yang bercucuran cukup hebat membuat Steve langsung terlonjak dari kursinya.

"Gimana dok keadaan temen saya?"

"Kita harus bersyukur kepada Tuhan , karna sekarang teman mas sudah berhasil di selamatkan, mungkin jika tadi mas terlambat memanggil kami," Dokter mengambil nafas , memberi jeda pembicaraan. "Mungkin teman mas tidak akan tertolong."

Mendengar perkataan tersebut, Steve menarik nafas berat dan membuangnya lega. Ia sangat bersyukur karna setidaknya, kali ini ia dapat menyelamatkan Sheila.

"Ya sudah, kalau begitu saya permisi ke ruangan saya dulu. Jangan lupa sampaikan kepada pihak keluarga untuk menyelesaikan administrasinya." Pamit dokter tersebut kemudian melenggang pergi setelah mendapatkan Steve meng-iyakan kata-katanya.

Steve terkulai lemas dibangku terdekatnya. Jantungnya benar-benar ingin copot melihat keadaan Sheila tadi.

"Steve!" panggil Chaca. Steve segera menengok kearah datangnya suara dan melihat Chaca berjalan tergesa-gesa menuju arahnya.

"Steve, Sheila gimana? Dia ga ---" Steve menutup mulut Chaca dengan jari telunjuknya. Ia sudah cukup berantakan tiga hari ini karna Sheila.

"Sshhh..." Steve mengambil nafas sejenak. "Dia gapapa, oke?" Steve menatap Chaca , dan saat itulah jantung Chaca mulai tak beraturan kembali. Bukan karna emosi , tapi karna sahabat cowoknya ini. "Dia gapapa Cha. Dia gapapa." Steve mengulangi kata-katanya ketika mendapatkan suatu hal dimata Chaca. Ia tak mengetahui hal itu, tapi mungkin Chaca terlalu mengkhawatirkan Sheila, pikir Steve.

"Lo bisa tenang sekarang, oke? Gue janji bakal jagain Sheila lebih baik lagi biar lo ga khawatir." Steve terseyum, ia berharap kata-katanya benar-benar bisa membuat Chaca tenang, walau ia tak tau atas dasar apa ia mengucapkan itu. Karna takut terjadi sesuatu kepada Sheila, atau takut Chaca merasa tak tenang.

*********

"Kamu tenang aja, aku udah beresin semuanya kok babe"

"Maksud kamu?" Joseph benar-benar bingung dengan semua kata-katanya Rasty. Ia tak mengerti sedikit pun. Ia memang senang melihat kehadiran Rasty disini. Tapi ia mulai tak mengerti tentang Rasty sejak ia diminta melakukan rencana konyol, yang dijadikan persyaratan oleh Rasty agar dirinya dimaafkan

Complicated Friend ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang