CHACA POV
"Lo ga perlu tau gue tau dari mana , yang pasti ini adalah tawaran yang cukup menarik buat lo cha , jadi gue pikir sama sekali ga ada ruginya kalo ambil kesepakatan ini" jawabnya membuat gue membulatkan mata gue karna senyum sinis yang sudah terukir di wajahnya
"Gue ---"
"Lebih baik lo pikirin dulu mateng-mateng , dan gue tunggu jawaban lo besok , bye" ucapnya dan langsung pergi ninggalin gue. Gue masih diam seribu bahasa , kenapa dia bisa tau? siapa yang tau tentang perasaan gue selain gue sih? Gue ga pernah cerita sama siapa pun soal perasaan gue , ga pernah. Tapi? kenapa dia bisa tepat sasaran gitu sih?
" Akhhhh " erang gue frustasi. Bagus banget , gue bener-bener ga ngerti sama semua orang sekarang.
"Cha" suara itu muncul bersamaan dengan tepukan yang gue rasakan di pundak gue. Ga tepat lagi , Sial.
"Lo ngapain disini? terus tadi kenapa teriak-teriak gitu? ini rumah sakit kali" katanya "lo ga mau diusir satpam karna berisik kan?" lanjutnya. Cowo dihadapan gue sekarang bener-bener gue kenal. Tapi gue selalu bingung memilih sikap ke dia. Terlalu banyak pertanyaan di benak gue untuk dia , gue memang mengenalnya , tapi semua hal yang gue kenal tentang dia ga cukup untuk menjawab semua pertanyaan dalam benak gue.
"Cha" gue menarik nafas dan membuangnya , kenapa dia harus muncul di depan gue sekarang sih? "Lo kenapa sih 2 hari setelah latihan band main ngilang gitu aja?malah lo ga ngebales message gue di socmed mana pun, dan tadi pagi jug----"
"Lo juga tadi ngilang , lagi pula emangnya ngaruh kalo gue ada atau pun ngga? ngga kan"
"Cha? ko----"
"Bahkan tadi di saat sheila kenapa-napa lo ga ngabarin gue , lo sama sekali ga inget kalo ada gue Steve"
Entah kenapa kata-kata itu yang keluar dari mulut gue , semuanya ngalir keluar dengan begitu aja. Dan tanpa gue sadari , semua itu keluar dengan nada yang meninggi. Entah kenapa dada gue tiba-tiba merasa sesak dan kini mata gue mulai memanas. Kejadian beberapa hari lalu mulai bermain sendiri di dalam benak gue , bahkan kejadian-kejadian kecil waktu kami masih kelas 10 pun ikut-ikutan muncul. Dan semuanya adalah kelakuan kecil steve yang penuh arti untuk sheila , dan ya , gue hanya menjadi penonton atau perantara bagi mereka.
"Gue lupa ngabarin lo cha , gue terlalu panik , gue khawatir sama sheila , cuma itu doang"
"Cuma?"
"Iyaa , gue sama sekali ga maksud bu---"
"Cuma itu yang ada dipikiran lo Steve? Cuma itu?!" Kata gue sekarang lebih pada bentakan di akhir kalimat. Gue bisa ngeliat dia cuma mematung memandang gue bingung. "Harusnya emang gue ga usah muncul lagi ya diantara kalian" ucap gue sambil mengusap air mata pertama gue dan langsung pergi menjauh.
*****
Lo ga akanpernah bisa lupaindiacha. Loterlalusayangsamadia. Loterlalucinta. Logaakanpernahkuatngeliatdiasamasheila. Gaakanpernah.
'Gue bisa. Gue kuat. Gue udah ngelakuin ini lebih dari setahun. Jadi? Kenapa sekarang ga mungkin huh?'
Tapisekaranghatiloudahterlalurapuh untuk menahansemuanya. Semuanyaterlalumenyakitkatuntuklotahanlebihlamalagicha.
'Ga ngga ngga , gue ga rapuh. Gue kuat. Ga ada kata rapuh di dalam otak gue. GA ADA!'
Gue melempar bantal ke sembarang tempat. Kenapa sih gue harus debat sama hati gue sendiri?! Kenapa dia ga pernah mau nurut sih sama gue?! Disuruh kuat malah rapuh , disuruh jangan suka malah sayang , di suruh move on malah makin ngelawan. Rasanya tuh sakit tau!
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Friend Zone
Teen FictionIni terlalu sakit. Gue terlalu lemah. Dan gue mulai lelah. Bayangin lo jatuh cinta sama sahabat cowo lo sendiri Dan gue tau itu lagi booming banget di kalangan anak muda jaman sekarang. Tapi yang bikin lebih sakit itu tuh doi jatuh cintanya bukan s...