28

2.8K 132 48
                                        

"Josh" panggil Sheila saat kakinya bertumpu tepat dibelakang bangku taman yang diduduki oleh Joseph. Setelah melalui pertengkaran kecil dengan Chaca, akhirnya disinilah Sheila berdiri. Menemui Joseph dengan jantung yang berdebar kecang.

"Eh, Hai Shei" Joseph memutar badannya, dan mendapati gadis yang ditunggunya sedari tadi tengah berdiri kikuk di belakangnya.

"Mm, duduk sini Shei," masih dengan gaya kikuknya, Sheila bergerak menduduki tempat kosong di samping Joseph. Detik selanjutnya, keheningan melanda mereka.

"Jadi—"

"Gue—"

Ucap mereka bersamaan. "Lo aja duluan" Lagi. Mereka menyuarakan kalimat yang sama diwaktu yang bersamaan, membuat keduanya salah tingkah.

Joseph berdeham, berusaha mencairkan suasana canggung yang tercipta diantara mereka.

"Gue ga tau harus nyampeinnya gimana Shei." Joseph memberi jeda, "Tapi yang pasti lo harus tau yang gue rasain." Joseph menarik nafas dalam-dalam berusaha mengusir kegugupan yang telah melingkupi dirinya.

Kenapa jadi susah ngomong gini sih, bukan Joseph banget. Batinnya merutuk.

"Pertama—Gini, Mm... Gue mau—Ngga, gak, Hufft, oke oke" Joseph kembali menarik nafas dan membuangnya, kemudian menelan salivanya. "Maaf untuk yang semalem. Maaf karna gue diem aja. Maaf karna gue yang pengecut. Maaf karna gue—Mungkin gue terlalu cemen. Dan maaf juga untuk--- Oke enough, terlalu banyak kata maaf disini. Jadi, gue sayang sama lo, tapi gue ga bisa ngebiarin Rasty sendirian ngehadapin kehidupannya dia."

Jleb.

Seketika Sheila terbengong dengan kalimat terakhir Joseph. Apa maksudnya mengatakan kedua hal yang bertolak belakang diwaktu yang bersamaan?

"Gue—Gue sayang sama lo, tapi gue ga mungkin ninggalin Rasty. Udah terlalu banyak yang ninggalin dia, dan gue ga mau jadi orang kesekian yang juga ninggalin dia. Gue mau lo ngerti itu."

"Gue sayang sama lo, tapi gue ga bisa, ga mungkin, dan ga akan pernah mau untuk ninggalin Rasty. Dia butuh seseorang untuk jadi sandarannya Shei."

Mata Sheila berkaca-kaca. Mungkin sekali saja ia berkedip, air matanya akan luruh seketika.

"Gue mau ada untuk kalian berdua Shei, gue ga mungkin ninggalin salah satu dari kalian. Gue peduli sama kalian. Dan---" Joseph menolehkan wajahnya ke Sheila.

Tes.

Bersamaan dengan air mata Sheila yang tak terbendung. Dengan rasa panik bercampur kaget, Joseph segera merengkuh Sheila.

Sheila sesengukan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia hanya menangis di dada bidang Joseph. Ia ingin marah, memukul, menampar, bahkan menjambak Joseph yang dengan beraninya mengatakan semua hal itu di depannya. Tidak taukah Joseph bahwa semua yang dikatakannya barusan seakan menusuk hati Sheila bertubi-tubi?

Tapi seakan tenaganya terkuras begitu saja, hingga yang bisa ia lakukan hanyalah menangis. Sheila merutuki dirinya yang lemah dalam tangisannya.

"Shei jangan nangis..." pinta Joseph sambil berusaha menenangkan Sheila. Ia belum selesai menjelaskan semuanya pada Sheila.

"Sheiii..." dengan lemah, Sheila memberontak dalam pelukan Joseph. "Gue ga ngerti apa maksud lo Josh. Ga usah bilang 'sayang' sama gue kalo lo emang akan lebih milih Rasty. Lo tau itu akan nyakitin gue kan?" Sheila menatap Joseph sendu, ia sengaja memberi penekanan pada kata 'sayang' yang ia lontarkan.

"Shei dengerin gue dulu please..."

"Dengerin apa lagi? Gue capek, gue mau pulang aja."

Sheila berniat bangkit dari duduknya tapi Joseph menahan tangannya. Sheila menoleh, seakan bertanya melalui tatapannya. Apa lagi?

Complicated Friend ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang