15

2.8K 163 1
                                    

AUTHOR POV

-FLASHBACK ON-

Matahari sedang menari-nari diatas sana saat kedua orang dengan wajah serius sedang ribut dibawah pohon rindang di taman kota.

"Lo terlalu egois!" bentak seorang cewek dengan rambut yang ikat pony tail

"Gue ngelakuin itu karna gue--- gue--- gue ga bisa sayang sama dia! Gue sayangnya sama lo! Gue ga bisa terus-terusan mempertahanin hubungan gue kalo semuanya cuma kebohongan!" Jelas seorang cowok bermuka tirus

"Ini bukan kebohongan! Lo beneran jadian sama dia dan dia juga----"

"Apa lo ga bisa untuk ga mikirin perasaan sahabat lo itu? Apa ga bisa untuk sebentar aja lo pikirin perasaan gue?" Potong sang cowok cepat "atau bahkan , kenapa lo ga mikirin perasaan lo sendiri?" Lanjut sang cowok. Sang cewek hanya menatap sang cowok dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Banyak hal yang berkelebat di fikiran sang cewek , kata-kata tersebut terlalu sulit untuk dicerna otaknya saat ini.

Melihat sang cewek hanya diam , sang cowok kembali membuka mulut "Gimana sama perasaan lo? Gimana perasaan lo ke gue? Gimana perasaan lo ngeliat gue sama dia? Apa ga ada sedikitpun rasa cemburu yang lo rasain?"

"Gue----" sang cewek bingung harus mengatakan apa. Entah mendengarkan hatinya atau harus tetap mengikuti logikanya. Dengan mata berkaca-kaca , ia pergi meninggalkan sang cowok bermuka tirus yang masih berdiri menunggu jawabannya

-FLASHBACK OFF-

******

"Haii , Chantika Putri Andraini. Seneng bisa ketemu sama lo lagi" sapa seorang cowok dengan melemparkan senyum tulusnya

Chaca membeku di tempat. Tak satu katapun keluar dari mulutnya untuk membalas sapaan cowok yang baru saja tak sengaja ia tabrak

"Lo???"

TengTengTeng

Bunyi bel tanda masuk sudah berbunyi , dan kali ini , bel itu menyelamatkan chaca dari suatu hal yang tak ingin ia alami.

******

"Chantika"

Bel istirahat baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu. Dan kini anak-anak sudah berhamburan keluar dari kelas mereka masing , begitu pula dengan chaca. Ia mulai melupakan sosok yang baru bertemu kembali dengannya tadi pagi , sampai sosok itu menghampirinya sekarang.

Chaca melemparkan tatapan bertanya sambil melakukan kebiasaannya , menaikkan alis kirinya.

Sosok itu , atau lebih tepatnya cowok itu berlari kecil untuk menghabiskan sisa jaraknya dengan chaca. Lalu mulai mengambil nafas dan membuangnya. Ia harus menguatkan seluruh hati dan jiwanya untuk kembali berbicara dengan chaca.

"Dia siapa?" tanya steve yang saat ini sedang bersama dengan chaca saat cowok itu menghampirinya

"Gue butuh ngomong sama lo , gue harus nyelesain urusan kita yang waktu itu belum selesai cha , gue ga bisa lu---" cowok itu berhenti ketika menyadari kehadiran steve disebelah chaca.

"Dia?--- cowok lo?" Tanya cowok itu dengan kesedihan yang mulai muncul di matanya.

"Kalo lo mau ngomong ga disini dan ga sekarang" ucap chaca tanpa menjawab pertanyaan dari cowok tersebut. Wajahnya menampilkan ekspresi yang tak bisa diartikan oleh si cowok atau pun Steve. Bahkan seseorang yang sedang memerhatikan mereka dari tadi di balik pohon pun tidak.

Banyak emosi yang bermunculan dalam benak chaca , tapi semuanya terganti oleh ekspresi dingin diwajahnya.

"Jadi ka---" baru saja si cowok ingin bertanya , tapi chaca langsung memotongnya sebelum si cowok membahas lebih banyak tentang mereka.

"Gue tunggu di..." Ia melirik steve sebentar lalu melanjutkannya dengan berbisik pada si cowok , lalu menarik steve untuk pergi menjauh.

********

TengTengTeng

Bel kembali berbunyi di siang yang panas ini , menandakan bahwa jam pelajaran telah usai.

Chaca bergegas membereskan barang-barangnya. Ini bukan suatu bagian dari keinginannya , tapi ini sebuah keharusan untuk menemui cowok bermuka tirus itu. Setelah semua dipastika masuk kedalam tas , chaca baru saja ingin langsung meluncur ketempat yang menjadi tempat janjiannya dengan si cowok bermuka tirus itu sebelum sebuah tangan mencegat lengan agar tak pergi.

Chaca menaikan sebelah alisnya ketika mendapati lengannya ditahan oleh seseorang. Steve. Orang itu adalah steve.

"Lo mau kemana?" tanya steve

"Gue..." chaca bingung menjawab pertanyaan steve , ia tak mungkin memberitahukan hal ini pada steve saat ini. Waktunya belum tepat. "Ada urusan" sambungnya cepat agar steve tidak curiga.

"tapikan lo udah janji ma---"

"besok aja , oke? Gue bener-bener ga bisa kalo sekarang" potongnya cepat sambil memandangi wajah rupawan steve. Ia melihat segurat garis kekecewaan di sana , tapi kali ini , ia tak dapat mendahulukan steve , karna urusannya ini menyangkut sheila , dan semua hal yang menyangkut sahabatnya itu , jauh lebih penting dari hal lainnya , bahkan hatinya sekali pun.

"Sorry ya" ucap chaca sambil melepaskan cengkraman steve di lengannya sambil tersenyum tak enak hati , lalu ia mulai pergi keluar kelas , meninggalkan steve yang masih terpaku disana.

******** 

Ketika chaca sampai di tempat itu , ia mulai mengedarkan pandanganya untuk mencari keberadaan cowok bermuka tirus tersebut. Dan , itu dia , batin chaca. Ia mendapati si cowok bermuka tirus tersebut di pinggir danau duduk sebelah pohon besar. Tempat yang sama dan orang yang sama , tapi ga akan gue biarin kejadian yang sama terulang lagi , batin chaca sekali lagi menguatkan dirinya untuk berbicara pada si cowok. Ia mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah danau , tempat si cowok berada. Setelah jaraknya dirasa cukup , chaca mulai mengendalikan dirinya untuk berbicara.

"So? Maksud lo balik lagi kesini itu apa?" tanyanya langsung 

Tubuh cowok bermuka tirus itu menenggang , ia bukan kaget karna suara yang datang tiba-tiba , tapi ia kaget karna pertanyaan yang dilontarkan oleh pemilik suara tersebut. Suara yang ia rindukan selama ini , tapi sekarang disaat ia dapat mendengarkan suara itu kembali , suara itu telah berubah menjadi sebuhah suara yang dipenuhi kebencian juga kemarahan. Cowok bermuka tirus tersebut berdiri dan membalikkan badannya agar berhadapan dengan chaca , lalu mulai membuka mulut

"Kenapa lo nanya gitu?"

"Karna emang itu yang harus ditanyain" jawab chaca dingin

"Kenapa lo ga nanyain kabar gue dulu gitu? atau gimana gue selama 4 tahun ini?"

"Itu ga perlu dan sama sekali ga penting buat gue" jawab chaca cepat. " Yang terpenting buat gue dari dulu sampai sekarang adalah ngelindungin dan ngejagain sheila" lanjutnya yang berhasil membuat lawan bicaranya menelan ludah akibat tatapan tajam yang ia berikan "Cuma ngelindungin dan ngejagin dia , ngelindungin dan ngejagain dia , Jo-na-than " ucap chaca mengulang perkataanya sambil menekankan kalimat terakhirnya

***********

HAIIIIIII!!! AKHIRNYA GUE BISA BALIK LAGI YEAY! Finally akhirnya ketauan kan ya nama tokoh barunya. Jonathan. Yep! sebenernya bingung mau ngaasih nama siapa , tapi mendadak pingin yang ada "Jo" "Jo" nya gitu , akhirnyaa saya memutuskan untuk menggunakan nama tersebut. Hehehe. Oh iya maaf kalo ini pendek pake banget , tapi agak sengaja sih , biar greget dikit , HAHAHA *Ketawasetan* 

Next Chap nunggu vote/comment chap ini sampe 5 yawww. Byeee , See you next chap

-rdltv-

Complicated Friend ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang