Melisa menggenggam kedua tangan Khaira tak percaya "Kamu yakin dengan keputusanmu, kenapa mendadak? Apa yang terjadi, katakan padaku!" cecarnya.
"Aku pikir ini yang seharusnya kulakukan sejak awal, Melisa. Aku tidak pantas tetap berada disini, akan kumulai hidupku dari awal mulai sekarang." jawab Khaira diiringi seulas senyum getir.
Khaira tak bisa mengatakan apapun, dia pikir Melisa ataupun oranglain tak perlu tahu, karena sudah terlalu cukup rasa kasihan yang dia terima saat ini. Bukan karena dia tak mempercayai Melisa, tapi dia tak membutuhkan terlalu banyak rasa kasihan lagi. Semakin banyak orang mengasihaninya maka dia akan semakin lemah.
"Apa Pak Risdian yang memintamu melakukan ini?" tanya Melisa penuh asumsi. Khaira menjawabnya dengan gelengan kepala, "Lalu apa?"
Khaira melepaskan genggaman tangan Melisa sambil tersenyum, "Aku harus pergi, ini keinginanku sendiri. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja." dia pun berlalu pergi.
Melisa hanya bisa menatap kepergian temannya itu tak mengerti, surat pengunduran diri Khaira terlalu mendadak dan itu tidak wajar. Dia yakin, ada masalah yang terjadi sehingga Khaira memutuskan untuk mengundurkan diri.
****
"Kenapa kamu tiba-tiba memberiku surat pengunduran diri. Aku bahkan belum mengumumkan pegawai yang akan dipecat." pikir Risdian bingung, sekilas dia melirik surat pengunduran diri Khaira di mejanya.
"Saya pikir saya kurang kompeten dalam bidang ini, itu sebabnya saya memilih mengundurkan diri." ungkap Khaira memberi alasan.
"Hanya karena itu, bukan karena hal pribadi, kan?" tanya Risdian menyelidik, membuat Khaira terpaku kesulitan bicara. "Apa ibumu yang memintamu pindah?"
"Tidak, ibu saya tidak pernah meminta saya melakukan sesuatu yang tidak saya sukai. Ini merupakan kemauan saya sendiri." jawab Khaira cepat. Dia tidak bisa menerima jika ibunya disangkut pautkan dalam keputusannya saat ini.
"Apa mungkin kamu memutuskan hal ini karena pembicaraan kita kemarin. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah? Aku bahkan tak memiliki niat untuk memecatmu. Kamu adalah seseorang yang dibutuhkan di perusahaan ini." ungkap Risdian jujur, terlebih Khaira tak pantas masuk evaluasi pegawai sejak awal.
Khaira hanya melakukan beberapa kesalahan kecil. Dibanding semuanya, hanya Khaira yang pantas untuk dipertahankan, tapi orang yang ingin dipertahankan justru memutuskan untuk mengundurkan diri. Membuat Risdian merasa ada kejanggalan pada keputusan gadis itu.
"Sebelumnya terima kasih atas pujian bapak, tapi saya rasa masih banyak pegawai lain yang lebih baik dalam bekerja dibanding saya," Khaira segera berdiri dari duduknya, "Saya permisi, pak."
Tepat di depan pintu, Khaira berhenti sejenak. "Dan...yang perlu anda tahu, ibu saya sudah meninggal."
Risdian terdiam tak percaya, belum sempat dia bertanya pintu kantornya telah tertutup dan gadis itu telah menghilang dibalik pintu. Karena begitu penasaran, dia segera menuju ruangan Khaira tapi dia sudah tidak ada disana. Dia sangat menyesal telah melukai perasaan Khaira, tak seharusnya dia menuduh seseorang tanpa alasan.
Setelah tak menemukan Khaira, Risdian kembali ke ruang kerjanya. Yang bisa dia lakukan saat itu hanya menatap surat pengunduran diri yang masih tersimpan rapi diatas meja. Dia mengambil surat itu dan berpikir kalau keputusan Khaira sangatlah salah, amplop itu dia buka dan saat dia berniat membacanya sebuah catatan kecil yang memang sengaja diselipkan disana terjatuh. Dia lebih penasaran melihat isi catatan kecil itu, dan mulai membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu - Kupu Hitam
General FictionAku tetap akan pergi, tapi aku janji untuk kembali.