Dery baru kembali dari luar, ada beberapa hal yang perlu dia selesaikan. Dia sedikit terkejut saat mamanya telah berdiri tepat dihadapannya dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Kita perlu bicara." ungkapnya kemudian.
Dery dan mamanya berakhir di ruang tengah. Untuk beberapa saat, mereka duduk berhadapan dalam diam. Jelas sekali ada hal penting dan serius yang ingin mamanya katakan, entah kenapa Dery merasa tidak nyaman. Ini kali kedua mamanya bersikap seperti itu selain saat meninggalnya mama Khaira.
"Bukannya mama mau mengatakan sesuatu, kenapa malah diam?" tanya Dery memberanikan diri bertanya, dia tidak suka suasana yang tak mengenakkan seperti itu.
"Mama pikir, lebih baik akhiri saja hubunganmu dengan Alin." ungkapnya tiba-tiba. Mama Dery mulai khawatir akan reaksi putranya setelah mendengar keputusan itu, apalagi beberapa waktu belakangan dia sendiri sangat mendukung hubungan mereka. Perlu alasan yang pas agar Dery bisa mengerti.
Dery sendiri sangat terkejut dengan penuturan mamanya yang begitu mendadak dan tanpa basa-basi. "Apa maksud mama, kenapa mama berkata seperti itu. Bukannya mama sudah menyetujui hubungan kami! Mama sendiri yang bilang kalau Alin adalah gadis yang baik dan calon menantu idaman!" cecar Dery tak percaya.
Sesuai dugaan, Dery pasti tak akan langsung menerima keputusan mamanya. Mama Dery mulai resah, dia bingung harus memberi alasan seperti apa. Antara jujur atau berbohong.
"Mungkin mama sempat berkata seperti itu, tapi lama kelamaan mama berubah pikiran. Alin tidak cocok untukmu, lebih baik kamu cari gadis lain saja." pada akhirnya, mama memilih berbohong tapi hal itu tak cukup meyakinkan Dery.
"Apa yang salah dari dia selama ini! Kenapa mama tiba-tiba mengatakan hal ini?"
"Mama hanya tak suka padanya, apa yang salah dari itu!" tekan Mama Dery tak mau mengalah.
"Alasan mama tak masuk akal. Aku tidak mungkin mengakhiri hubunganku dengan Alin begitu saja. Kami saling membutuhkan. Lebih baik mama istirahat, sepertinya mama sedang pusing."
Dery beranjak dari duduknya berniat pergi, " Jika mama mengatakan alasan yang sebenarnya, apa kamu akan menyetujui keputusan ini ?" Ekspresi Mama Dery begitu serius.
Dery yang terlanjur kesal menjadi semakin kesal, "Maksud mama apa? Alasan apapun itu, aku tetap tak akan mengakhiri hubunganku." ungkap Dery keras kepala.
"Kamu hanya perlu dengar, keputusan ada di tanganmu." Dery terpaksa kembali duduk, setidaknya dia ingin mendengar penjelasan apa yang akan terlontar dari mulut mamanya. " Ini berhubungan dengan Khaira. Jika kamu tetap mempertahankan hubunganmu, itu artinya kamu akan membuat dia menderita." ujarnya melanjutkan.
Dery mulai berpikir, dia merasa ucapan mamanya tak salah. Selama ini, Khaira memang tak menyukai Alin, bahkan sebelum dia bertemu dengannya. Dery tak tahu alasan apa yang mendasari hal itu, Khaira sendiri tak mau mengatakan apapun. Itu sebabnya dia sering salah paham akan tindakan Khaira yang kadang agak berlebihan.
"Dulu, kamu sering bertanya keberadaan ayah Khaira. Iya kan! Mama juga sempat mengatakan padamu kalau ayah Khaira adalah lelaki tak bertanggungjawab yang meninggalkan tantemu dan Khaira begitu saja, bahkan tak sekalipun dia mencarinya." tante Dian menarik napas sejenak. "Alin adalah putri dari lelaki itu, kamu mungkin bisa membayangkan situasi apa yang terjadi. Mama tak akan mengatakan apapun, pilihlah jalan yang kamu suka. Yang jelas, mama tak mau dihadapkan dengan lelaki itu."
Dery tahu cerita mengenai hubungan terlarang antara tantenya dan pria yang tak pernah disebut namanya itu, tapi dia tidak menyangka kalau Alin adalah putri dari pria yang selama ini dia benci. Hanya saja, Alin tak tahu apa - apa. Lalu apa salahnya disini? Mama Dery telah berlalu pergi, sekarang dia sendiri yang harus memutuskan, melanjutkan atau mengakhirinya.
Dibalik itu, Khaira yang baru kembali setelah bertemu Rasta, ternyata mendengar semuanya dari balik celah pintu yang sedikit terbuka. Ketakutannya telah terjawab, dia memang menjadi perusak hubungan Dery.
Sejak Khaira pindah, tante Dian memang secara jelas membenci ayahnya. Sesekali dia menanamkan kebencian itu pada Khaira, mungkin sebagian kecil di diri Khaira memiliki rasa benci yang sama tapi tak lebih dari rasa kecewa. Apalagi setelah Om Hadi menceritakan tentang kebenaran yang terjadi antara ibu dan ayahnya. Khaira merasa yakin, harapan tengah tumbuh perlahan untuknya. Walaupun kemungkinan terburuk bisa saja terjadi, termasuk penolakan keluarganya saat ini.
Khaira tahu Dery belum pergi dari tempatnya sejak tadi, dia tidak ingin terus menerus bersembunyi. Biarlah Dery meluapkan kemarahannya saat ini, itu lebih baik daripada dihantui rasa bersalah.
"Kamu baru pulang?" tanya Dery sesaat setelah Khaira masuk ke dalam rumah. Khaira mulai merasa gugup, terlebih Dery malah menghampirinya.
"Ya, tadi bertemu seseorang sebentar. Kakak baru datang juga?" Khaira mencoba bersikap biasa saja, namun gagal. Sikapnya terlalu kaku dan penuh kekhawatiran. Hal itu tentu tak mungkin dilewatkan oleh Dery yang sudah sangat mengenal Khaira.
"Apa kamu mendengar pembicaran kami tadi?" tanya Dery tanpa basa-basi. Khaira yang terkejut sampai melangkah mundur, padahal dia sudah meyakinkan diri untuk tak merasa takut.
Khaira justru menunduk dalam, dia bingung harus menjawab seperti apa. Karena pada kenyataannya, pertanyaan Dery sudah sangat jelas jawabannya. Berbeda dengan Khaira, Dery terlihat tenang walaupun ada sesuatu yang dia tahan di dalam sana.
"Ah, jadi kamu mendengarnya. Aku pikir kamu akan berpura-pura tak tahu dan menyangkalnya, tapi baguslah kamu tak berbohong padaku." Dery terlihat sedikit lega.
"Sejujurnya aku kesal padamu, kenapa kamu tidak bilang sejak awal padaku mengenai alasanmu tak menyukai Alin. Mungkin aku akan mengerti dan tidak melanjutkan hubungan kami."
Jika saja Dery tahu kalau dia tak suka Alin bukan karena Alin adalah saudara seayahnya, mungkin Dery akan benar - benar tak mau menoleh lagi padanya. Justru karena masalah ini Khaira tak bisa lagi bersikap semaunya terutama pada Alin.
Khaira menatap Dery sedih, dia tahu kalau Dery sangat terpukul mengenai kenyataan yang seharusnya tak berhubungan dengan kehidupannya. Tapi karena dia memiliki hubungan keluarga dengan Khaira, Dery harus mendapat imbasnya tidak terkecuali Om Hadi dan Tante Dian. Rasa bersalah terasa semakin menambah berat bebannya untuk bertemu dengan pria yang selama ini sangat ingin dia temui.
"Kak, Khaira minta maaf. Khaira jadi merasa sangat bersalah pada kalian semua, jika saja aku tidak lahir maka keadaan tidak akan serumit ini, kan ! Semua ini juga berat untukku, jadi kumohon jangan putuskan hubungan kakak dengan Alin. Walaupun begitu, dia adalah kakakku juga, aku tak mungkin melukai banyak orang disekitarku. Aku tidak mau menambah rasa bersalahku, cukup ibuku yang terluka karenaku."
Khaira mulai menitikkan airmata, hatinya sakit. Dia sangat ingin terbebas dari beban yang selama ini membekukan hatinya, sekali saja dalam hidupnya Khaira ingin mendapatkan perhatian dari seorang ayah, tapi semua itu tidaklah mungkin baginya. Lebih baik menutupi semua, walaupun terasa begitu menyakitkan dan sulit, akan Khaira usahakan sebaik mungkin.
"Ini bukan salahmu, aku tahu itu. Masa lalu ibumulah yang patut untuk disalahkan. Jangan membebani dirimu dengan perasaan seperti itu. Kakak janji akan menjagamu mulai sekarang. Mungkin ini jalan terbaik untukku dan Alin." ujar Dery pasrah.
"Tidak, ini bukan jalan terbaik. Seharusnya kakak mengerti, aku tidak mau diperlakukan seperti ini. Marahi saja aku, kak! Atau jika perlu usir aku dari rumah ini, aku benci berada di situasi seperti ini. Aku ingin lari, kak!" Khaira mulai menangis terisak, "Aku ingin lari. Kalau bisa, aku ingin mati saja jika kenyataannya begitu pahit untukku." ungkap Khaira lirih.
Dery mencoba menenangkan Khaira dengan memeluknya, tapi Khaira malah berlalu masuk ke dalam kamar. Dery tak sempat menahannya. Tak lama, terdengar suara pintu yang terkunci.
<><><><>
XD
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu - Kupu Hitam
Ficção GeralAku tetap akan pergi, tapi aku janji untuk kembali.