Perasaan yang salah

423 15 2
                                    

       Khaira telah berada di dalam kamarnya, sambil tersenyum manis dia memberi makan Tara. "Maaf Tara, aku terlambat. Apa kamu sudah kelaparan menungguku!"

       Ikan itu tentu tak mengerti apa yang Khaira katakan, dia justru lebih sibuk dengan makanannya. Jika saja Rasta tahu kalau ikannya dirawat dengan baik oleh Khaira, sekaligus dipanggil dengan nama pemberian darinya, mungkin dia akan merasa sangat tersanjung.

       Tak lama kemudian, pintu diketuk dari luar. Setelah mengetahui pintu kamar tidak dikunci, Dery masuk tanpa harus mendapat izin, lalu duduk disisi tempat tidur tepat disamping Khaira. Gadis itu hanya melirik sepintas lalu kembali memperhatikan Tara.

       "Sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Tapi jika ini berhubungan dengan ayahmu, apa kamu akan menjawabnya?" tanya Dery ragu, takutnya Khaira malah marah dan tak mau lagi bicara dengannya.

       Khaira berbalik, dia memandang Dery dengan tatapan  yang sulit ditebak. "Jika memang kamu tak mau menjawab, aku tak akan menanyakan apapun." sebelum Khaira menjawab, Dery malah lebih dahulu memotong.

       "Tanyakan saja." Khaira memandang ke arah lain dengan tatapan sayu. Jauh dalam hatinya dia tidak mau mendapat pertanyaan apapun tentang ayahnya. Hanya saja, Khaira sangat menghormati Dery yang telah menganggapnya seperti adik sendiri, maka dia akan mencoba untuk menjawab.

       "Kamu yakin?" tanya Dery tak yakin, dia tidak mau Khaira menyesal.

       "Apa sulitnya untuk bertanya langsung, kak. Sebelum aku berubah pikiran dan menyuruh kakak keluar." ancamnya. Khaira terlihat kesal, tapi dia tetap meyakinkan Dery dengan caranya sendiri.

       "Kenapa kamu membenci Alin, apa karena dia adalah kakak tirimu?" tanya Dery serius.

       "Tentu saja bukan, aku tak menyukainya jauh sebelum aku tahu kenyataan diantara kami. Jika saja aku tahu lebih awal, mungkin aku akan bersikap lebih baik padanya." jawab Khaira jujur. "aku hanya takut perhatian kakak teralihkan, dan kurasa ketakutanku terwujud."

       "Kenapa kamu berpikir seperti itu, apa kamu tidak marah padanya?" tanya Dery tak mengerti. Mata Khaira beralih memandang ikan di hadapannya.

       "Untuk apa marah, bukan dia yang salah. Takdir memang sengaja mempermainkan aku, dia ingin menguji seberapa kuat ketahananku." jawab Khaira diplomatis. "Saat ini, aku berada dalam keadaan yang sulit. Percuma jika marah pada seseorang yang tak bersalah, lebih baik anggap saja tak ada hubungan diantara kami maka semua akan menjadi lebih baik."

       Dia memang punya pilihan, tapi semua pilihan itu hanya akan berakhir dengan banyak luka yang tertoreh. Khaira tak mau itu terjadi, lebih baik dirinya sendiri yang menyimpannya maka semua akan menjadi baik seiring berjalannya waktu.

       "Apanya yang lebih baik! Kamu tidak memikirkan perasaanmu sendiri. Coba pikirkan apa yang hatimu inginkan, jangan melukai diri sendiri hanya demi menjaga perasaan oranglain." seru Dery mulai kesal.

       Khaira menarik napas panjang, "Aku hanya ingin menjaga perasaan kakak, tante dan om. Siapa lagi yang ingin kujaga selain kalian, kalian adalah keluargaku. Aku mengerti jika tante membenci ayahku, tapi membenci Alin bukanlah hal yang benar. Hanya karena kami tidak seibu maka tante harus ikut menyalahkannya juga, bahkan dia tak tahu apapun. Ini tidak adil ! Sama sepertiku, ini salah kedua orangtuaku tapi aku yang harus menghadapi pahitnya. Kenapa kalian harus ikut terlibat dalam masalahku, kalian membuatku merasa berat untuk mengikuti kata hatiku sendiri. Kalian yang memperumit masalah, aku hanya ingin menyederhanakannya."

       Dery terdiam, baru kali ini Khaira berkata sejujur itu padanya. Tak ada nada tinggi yang keluar dari mulutnya tapi hanya dengan melihat emosi yang terpancar di wajahnya Dery tahu Khaira merasa sangat tertekan.

Kupu - Kupu HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang