14. Calon Mertua

233 24 0
                                    

Azzam dan Agha sampai di parkiran rumah sakit. Azzam keluar dengan membawa 2 bungkus bubur ayam yang masih hangat. Sebelum ke rumah sakit, Azzam meminta Agha untuk berhenti di sebuah gerobak pinggir jalan yang menjual bubur ayam. Namun, bukan Azzam kalau belum ada adu mulut terlebih dulu.

Agha menyarankan membeli buah-buahan saja, tapi Azzam ingin membeli bubur ayam.

"Az, beli buah aja kalau beli bubur di rumah sakit juga pasti makan bubur juga," saran Agha.

"Tapi Mas, kalau bubur di rumah sakit itu biasanya nggak enak," jawab Azzam.

Dan akhirnya, tetap bubur ayam lah yang di bawa Azzam. Azzam turun dari mobil dengan setelan jas berwarna putih lengkap dengan 2 bungkus bubur ayam di tangan kanannya. Senyum lebar Azzam terlihat di sudut bibirnya membaut beberapa perawat rumah sakit salah tingkah saaat melihat senyum Azzam. Sementara Agha yg berjalan di sebelah kiri Azzam mengenakan setelan jas hitam sambil memainkan benda pipih di tangannya.

Azzam dan Agha sampai di depan rumah sakit, Agha langsung masuk menuju ruangan Mardina. Sedangkan Azzam mulai mengekori Agha.

Sampai di depan pintu kamar Mardina, Agha mulai membuka pintu kamar. Namun tangannya langsung di tarik Azzam. Agha langsung menatap Azzam dengan heran. Melihat tatapan itu, Azzam lalu menghela napas.

"Mas, Azzam gugup." Azzam yang mulai gelisah. Agha yang melihat tingkah Azzam berusaha menahan tawanya.

"Mas, nggak boleh ketawa. Azzam serius nih!" Azzam memasang wajah masamnya.

"Yaudah, cepat masuk duluan. Mas ada di belakang kamu. Kalo nggak ada di belakang artinya Mas nunggu di luar." goda Agha sambil tersenyum.

"Ih, Mas. Harus ikut!" rengek Azzam seperti anak kecil.

"Lah, kenapa sih? Kamu yang punya urusan. Biasanya juga gimana? Biasa-biasa aja, kan?" tanya Agha.

Azzam hanya tunduk sambil melirik ke arah pintu kamar Mardina. Agha hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Azzam. Tak lama kemudian, ada sosok wanita dengan rambut yang di kucir berdiri di depan pintu kamar Mardina.

Agha yang melihat wanita itu langsung tersenyum dan melambaikan tangan seolah saling mengenal satu sama lain. Wanita itu juga membalas senyuman dan lambaian Agha. Azzam yang tertunduk langsung melihat ke arah wanita itu. Tanpa sadar, Azzam pun tersipu malu saat melihat wanita itu. Sebaliknya, wanita itu mengerutkan alis sambil memasang wajah heran.

"Om yang waktu itu ya?" tanya wanita itu sambil menunjuk ke arah Azzam.

Azzam yang awalnya tersipu malu, langsung memperlihatkan raut wajah heran dengan mulut yang terbuka. Lagi-lagi, Adira mengingat Azzam dengan sebutan Om. Agha yang melihat keadaan dua anak yang masih polos itu langsung menepuk bahu Azzam.

"Adira, perkenalkan ini Azzam. Azzam ini orang yang membantu biaya rumah sakit ibu kamu selama ini." jelas Agha. Azzam yang mendengar itu, langsung mengulurkan tangan ke arah Adira.

"Azzam. Kita sudah beberapa kali bertemu bukan?" tanya Azzam mengulurkan tangannya ke arah Adira.

"Adira. Iya. Kenapa Om mau membantu saya?" tanya balik Adira membalas uluran tangan Azzam.

"Jangan panggil saya Om. Saya masih muda. Panggil Azzam aja." ucap Azzam sambil tersenyum.

Oh. Iya. Az-Azzam ya?" tanya Adira dengan nada canggung.

"Iya"

"Kenapa kamu mau membantu saya. Padahal, kita hanya beberapa kali bertemu?" tanya Adira.

"Karna saya mau menikahi kamu" jawab Azzam dengan santai.

"HAH?!?"

***

Sepanjang perjalanan menuju kantor, Agha masih tertawa tak henti-henti karena mengingat tingkah Azzam di rumah sakit. Azzam yang mendengar tawa Agha hanya bisa tertunduk lesu sambil menutup wajah dengan tangannya. Beberapa kali Azzam bergumam, beberapa kali pula Agha tertawa terbahak-bahak melihat Azzam.

"Mas, udah dong ketawanya. Nggak capek, ketawa terus? Azzam aja capek lihat Mas ketawa." tanya Azzam dengan nada kesal.

"Oke. Oke. Oke. Mas berhenti ketawa." jawab Agha.

"Tapi kalo Mas pikir-pikir, ada ya orang seperti kamu kepikiran ngajak nikah anak orang yang baru kenal di rumah sakit." ucap Agha sambil menahan tawanya.

"Trus, sampai masuk kamar pasien belum kenalin diri langsung bilang 'Ibu saya mau menikahi Adira' baru tahu namanya aja baru hari ini." ucap Agha dengan gaya bicara Azzam.

"Malah yang lucunya lagi Mas baru sadar saat ibu Mardina menegur setelan jas kamu, kayak mau nikah aja. Bedanya kamu bawa bubur ayam sama buah." ucap Agha sambil menahan tawanya.

"Sudah ngejeknya, sudah kelar?" tanya Azzam dengan nada kesal.

Agha berusaha menahan tawanya saat mengingat kejadian yang terjadi di rumah sakit tadi. Hal yang mengejutkan bagi semua orang, termasuk Azzam sendiri.

Flasback on

45 menit yang lalu...
Agha yang tercengang mendengar ucapan Azzam, langsung mencoba membawa masuk Azzam dan Adira ke ruang inap Mardina.

"Bagaimana kalau kita bicarakan ini dalam saja?" tanya Agha sambil melihat ke arah Adira.

"Oh. Iya. Silahkan masuk." ajak Adira sambip berjalan masuk ke ruang inap.

Azzam yang melihat Mardina di kasur, langsung menghampiri dan mencium punggung tangan Mardina. "Ibu, izinkan saya menikahi Adira." ucap Azzam.

Mardina yang mendengar itu langsung menarik tangannya. Melihat Mardina menarik tangannya, Agha yang menghampiri Azzam dan menjelaskan kepada Mardina siapa Azzam ini sebenarnya.

Setelah mendengar penjelasan Agha, Mardina tertawa kecil dan meminta maaf saat melihat Azzam. Azzam hanya bisa tersipu malu mendengar ucapan Mardina. Sedangkan Adira hanya bisa memegang kepala sambil menggeleng-gelengkannya.

"Maaf. Ibu kira kamu kakaknya Agha yang kabur dari pernikahan, soalnya kamu pakai setelan jas putih." senyum Mardina. Adira dan Agha hanya bisa menahan tawa mendengar ucapan Mardina. Sedangkan Azzam, hanya tertawa kecil karena malu.

Flasback off

"Azzam serius sama Rara. Makanya Azzam langsung bilang gitu." tunduk Azzam dengan senyum tipis.

"Rara?" tanya Agha dengan wajah heran.

"Iya. Azzam tadi nggak sengaja dengar Ibu manggil Adira itu Rara. Jadi, Azzam putuskan manggil Adira Rara juga. Bagus, kan?" tanya balik Azzam.

"Iya. Yang penting kamu senang." jawab Agha.

"Tapi Mas masih nggak kepikiran kok bisa ya, ibu Mardina bilang kamu Kakaknya Mas." tawa Agha.

"Ketawa terus. Sampai pita ketawa Mas lepas." ucap Azzam dengan wajah cemberut.

Sepanjang perjalanan menuju kantor, hanya tawa Agha yang terdengar. Sedangkan Azzam masih merasa malu saat mengingat kejadian hari ini di rumah sakit.

Assalamualaikum sahabat reader 🤗
Jangan lupa klik bintang dan komentarnya ya ♥️
See you next chapter 🍃

Jazakumullah bi khair
Pray for Indonesia 🥀

Adira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang