29. Surprise

370 24 2
                                    

Waktu terus berjalan, tak terasa setahun setelah pertemuan Adira dan Azzam di Paris. Adira pulang ke Indonesia. Dia memikirkan kembali janji Azzam. Mereka memang tak pernah bertukar nomor telpon atau bertukar kabar setelah pertemuan mereka di Paris. Bagaimana Azzam tahu kalau Adira pulang ke Indonesia?

Adira melangkahkan kaki keluar dari bandara. Dia melambaikan taksi, dia langsung masuk dan menunjukkan jalan pulang dengan supir taksi. Sesampainya di depan rumah, Adira melihat mobil hitam terparkir di dekat rumahnya.

"Mungkin nggak sih kalau mobil ini milik keluarga Azzam? Ah, nggak mungkin. Dari mana dia tahu kalau hari ini aku pulang. Dia nggak komunikasi sama aku." Adira sibuk berdebat dengan pemikirannya sendiri lalu masuk ke melihat pintu rumahnya terbuka lebar. Dia langsung berjalan cepat.

Dan... Dugaan Adira benar. Tepat, di depannya sekarang adalah Azzam dengan kedua orang tuanya.

"Nah, ini anaknya," kata pertama yang Adira dengar saat pertama kali datang ke rumahnya sendiri.

"Jadi dia serius?!" batin Adira melihat ke arah Azzam. Azzam membuka matanya lebar-lebar lalu tersenyum. Adira menghela napasnya melihat semua yang ada di hadapannya saat ini.

Setahun yang lalu.

Azzam menginjak kembali negeri tercintanya, Indonesia. Senyum di wajahnya melekat seperti di lem sangat kuat. Tiba-tiba ada tangan yang mengalungi lehernya.

"Betah banget tinggal disana, nggak kangen apa sama kita?" Fandi mempererat tangannya yang masih mengalungi di leher Azzam.

"Cewek di luar negeri lebih menggoda makanya Azzam betah," komentar Elang sambil melihat sekitaran bandara.

"Nyari siapa sih Lang?" tanya Azzam.

"Nyari Gabriel ngilang, perasaan tadi ada deh."

Tak lama Gabriel datang menghampiri mereka dengan wanita yang membawa koper. Gabriel menggandeng tangan wanita itu dengan erat.

"Bau-bau jomblo nih," ucap Gabriel menutup hidungnya. Wanita di sebelahnya terkekeh mendengarnya.

Azzam, Fandi dan Elang menatap sinis ke arah dua orang yang sedang di mabuk cinta itu.

"Apa?!" tanya Gabriel. Mereka masih melihat dengan sinis lalu berjalan menjauhinya.

"Hei..!! Tunggu.." teriak Gabriel yang menggandeng erat wanita di sebelahnya.
"Ngapain dekat-dekat sama yang jomblo sih? Ntar putus lagi," ucap Fandi dengan wajah masam.

"Iya ya. Kita duluan ya, ayo sayang.." Gabriel mengajak wanita disebelahnya. Wanita itu tersenyum ke arah Azzam, Fandi dan Elang. Mereka membalas senyuman wanita itu.

"Nggak usah senyum sayang, duluan ya jomblos," senyum jahil Gabriel.

"Jadi dia ikut kita ke bandara nggak mau satu mobil bareng kita gara-gara tunangannya?" tukas Fandi.

"Mentang-mentang udah punya tunangan ninggalin teman. Nggak tau apa gue bakal nikah juga," timpal Azzam.

Fandi dan Elang mengangguk menyetujui Azzam. Tak lama mereka langsung melihat ke arah Azzam yang berdiri diantara mereka.

"Serius, gue bakal nikah!" Fandi dan Elang memasang wajah tidak percaya. Bukannya tidak percaya, mereka sudah bosan mendengar perkataan Azzam. Sebelum pulang ke Indonesia pun dia selalu bilang kalau dia bakal nikah. Tapi lihat, sampai sekarang Azzam belum menikah.

"Sudah, yuk Elang kita ke mobil. Cerita sebelum tidur Azzam sudah mulai," ucap Fandi berllau meninggalkan Azzam yang disusul Elang di belakangnya.

Adira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang