26. Pernikahan

309 30 5
                                    

Gelisah, gugup, khawatir. Itulah yang dirasakan Azzam saat ini. Di hadapannya saat ini adalah acara pernikahannya yang akan di selenggarakan beberapa jam lagi. Azzam bolak balik dengan wajah gelisahnya di ruang pengantin pria. Mata Agha mulai letih mengikuti Azzam.

"Bisa duduk nggak?" tanya Agha.

"Enggak! Azzam gugup Mas," jawab Azzam yang duduk di samping Agha.

"Katanya nggak bisa duduk."

"Capek. Makanya duduk," bela Azzam. Dia melirik ke arah luar pintu lalu melihat keluar jendala.

Suara langkah kaki memasuki ruangan Azzam berada. Dia melihat kaki itu masuk dan sapaan keluar dari balik pintu.

"What's up my bro!" sapa Gabriel.

"Hei. Hei. Siapa ini yang nikah?" tanya Fandi.

"Main tanya aja, yang ada di ruangan ini dong," ledek Agha. Elang tersenyum sambil tepuk tangan.

"Panjang umur liat Elang senyum. Kapan lagi coba Az?" goda Fandi.

"Apa-apaan sih kalian. Bukannya datang hilangin gugup malah nambahin gugup," jawab Azzam yang kembali berdiri.

"Fahri mana?" tanya Azzam.

"Lagi di bawah liatin persiapannya," jawab Elang sambil melihat sekeliling ruangan pengantin pria.

"Ngapain di bawah sih?! Santai banget tuh anak. Ganti baju belom," ucap Azzam sambil menggigit jarinya. Fahri masuk ruangan pengatin dengan senyum. Semua orang disana menyambutnya dengan hangat dan penuh candaan kecuali Azzam. Dia langsung melempar jas berwarna putih tepat ke wajah Fahri.

"Sabar kali Az," senyum Fahri.

"Sabar, sabar, sabar mulutmu. Cepat ganti bajunya ntar keburu mulai acaranya." Azzam langsung mengambil sepatu berwarna putih lengkap dengan peci yang ia taruh di meja kecil.

"Nih, cepetan pakai!" titah Azzam.

"Az, lama-lama lo mirip tukang rias pengantin," ucap Elang yang di sambung dengan tawa semua orang di ruangan itu.

"Haduh, sakit perut gue. Jarang-jarang dengar lawakan Elang," ledek Fandi.

"Udah ketawanya? Kalian juga cepat bantuin makai bajunya!" Azzam memasangkan jas putih di badan Fahri.

"Kita duduk manis aja liatin Mbaknya memakaikan baju pengantin untuk Mas Fahri," ledek Gabriel.

"Habis ini job dimana lagi Mbak?" tanya Elang dengan senyum manis di wajah.

"Rese! Kalian semua rese!!!" kesal Azzam yang mengambil peci putih.

"Haha... Haduh, kayaknya hari ini mood banget deh Elang," tawa Fahri. Azzam yang masih merapikan dasi Fahri langsung mengencangkan dasinya sampai Fahri batuk.

"Mau niat gantiin jadi pengantin nih?" tanya Fahri.

"Iya. Makanya gue cekik pakai dasi," timpal Azzam.

"Wah, persaingan antar keluarga memang berat ya bung," ucap Fandi.

"Ya dong, apalagi si cewek pernah ada rasa suka. Makin barabe ini." Elang menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Haha.. Sumpah, dari pertama kita temenan sampai sekarang baru hari ini Elang yang niat banget ledekin orang," tawa Gabriel.

"Mas, pengantin prianya sudah siap? Acaranya mau di mulai," ucap wanita di depan ruangan pengantin pria.

Fahri langsung melihat dirinya di depan cermin dan tersenyum lalu menarik napas panjang dan kembali tersenyum kembali. Melihat itu, Azzam mendorong tubuh Fahri bergegas keluar dari ruangan diikuti 3 temannya.

Agha terakhir keluar dari ruangan dan menutup pintu ruangan itu.

"Selalu ada suprise di setiap rencana Azzam," gumam Agha.

Dua minggu yang lalu.

Suasana di ruang tamu keluarga Azmi sangat tegang. Tidak ada satu pun yang mengeluarkan suara saat Azzam berkata, "Acara pernikahan Ninda tetap jalan, tapi Azzam tidak akan menikahi Ninda yang akan menikahi Ninda, Fahri."

Azzam hanya tertunduk saat berkata seperti itu. Memerlukan nyali yang banyak untuk Azzam mengatakannya. Secara persiapan acara sudah mencapai 50 persen.

"Kapan kamu merencanakan semua ini?" tanya Azmi.

Azzam menarik napasnya yang panjang, "Itu... Azzam juga baru tahu kalau Fahri suka sama Ninda. Terus, Fahri sudah menyatakan perasaannya dengan Ninda, dan di terima."

"Lalu, semua ini gimana?" tanya Azmi sambil menunjuk baju pengantin didalam tas didekat Azzam.

"Semua ini semua ukuran Fahri," ucap Azzam dengan hati-hati sambil menggigit bibir bawahnya. Azmi hanya bisa menghela napas sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

"Azzam, pernikahan bukan sekedar kamu dan Ninda, tetapi ada dua keluarga yang ingin mengikat tali kekeluargaan," ucap Nazla.

"Iya bu, makanya Azzam harus membatalkan ini sebelum makin jauh," ucap Azzam dengan hati-hati. "Azzam juga ada suka sama wanita lain," gumam Azzam sambil tertunduk malu.

"Siapa?" tanya Azmi dengan cepat.

"Ya pokoknya ada, tapi beberapa hari ini Azzam nggak bisa hubungin dia," jawab Azzam.

"Maaf Rara, aku menyukaimu," batin Azzam.

***

Azzam dan Fahri datang kerumah keluarga Vian. Suasana di keluarga Vian tidak berbeda jauh dengan keluarga Azmi. Masih terasa asing saat Azzam mengatakan kalau dia tidak akan meminang putri mereka  Dia juga menjelaskan keinginannya membatalkan semua ini karena dia menyukai wanita lain.

"Cukup nyali banyak kamu mengatakan semua ini ya kan, Azzam?" tanya Vian. Azzam hanya membalas dengan anggukan.

"Seharusnya Om, Tante, Ummi, sama Abi kamu lah yang meminta maaf ke kamu dan Ninda. Karena kehendak kami kalian seperti ini."

"Papa..." lirih Ninda. Nasywa, Ibu Ninda hanya menepuk-nepuk tangan Ninda yang di genggamnya.

"Jadi pernikahan ini dibatalkan?" tanya Rifan.

"Selain membatalkan pernikahan Azzam dengan Ninda hari ini. Kedatangan Azzam kesini untuk melamar Ninda untuk Adik sepupu saya, Fahri." Semua orang kebingungan kecuali Ninda dan Fahri yang tersenyum malu.

"Memang pihak keluarga Fahri belum datang secara resmi. Tetapi Azzam sebagai Kakak sekaligus wali menyampaikan maksud hati Adik saya meminang Ninda."

"Ninda, gimana nak?" tanya Vian. Ninda hanya membalas dengan senyuman dan anggukan malu.

"Alhamdulillah, kalau gitu insya Allah keluarga Fahri lusa ke sini lagi buat persiapan dan masalah lainnya," ucap Fahri gugup.

Setelah pembicaraan yang panjang, Azzam dan Fahri berpamitan pulang ke rumah. Mereka keluar dan memasuki mobil yang terparkir di halaman rumah kediaman keluarga Vian.

Di dalam mobil Azzam tersenyum melihat kearah Fahri.

"Dari tadi gue nahan tawa liat lo malu-malu dihadapan om Vian. Padahal waktu kita kecil main bertiga kagak ada malunya. Haha.." Azzam tertawa puas mengingat tingkah Fahri.

"Berisik!" ucap Fahri dengan wajah yang memerah.

"Oh iya, itu baju pengantinnya sudah siap. Syukur ukuran baju kita sama."

"Lo yakin suka sama cewek itu Az?" tanya Fahri.

Azzam menarik napasnya dan menghidupkan mobil meninggalkan kediaman keluarga Vian.

"Nggak. Tapi, satu hal yang gue yakinkan, Allah pasti punya cara yang baik untuk mempertemukan kembali."

"Jadi menurut lo, lo bakal ketemu dia?"

"Insya Allah."

Setelah kejadian dua minggu lalu, pernikahan Fahri dan Ninda tiba. Mereka terlihat sangat bahagia. Azzam menjadi saksi dalam pernikahan mereka. Tangis, haru dan bahagia menjadi satu didalam pernikahan mereka.

💐💐💐

10.20

Adira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang