16. My Self

248 28 2
                                    

Suara klakson mobil saling bersahutan di tengah macetnya ibukota. Agha mulai gelisah saat melihat akses jalan yang begitu macet.

"Az, rapat kita hari ini jam 9 dan ini sudah jam setengah 9. Kamu sudah lihat, kan?" tanya Agha sambil melihat ke depan.

"Az. Azzam. Zam," teriak Agha di depan Azzam. Azzam terbangun dari lamunannya dan langsung melihat ke arah Agha.

"Ya Allah Mas, hampir aja Azzam ketemu izrail." Azzam memegang telinganya.

"Sepertinya kamu kangen banget sama malaikat Izrail?" tukas Agha sambil melihat ke arah Azzam.

"Bilang aja Mas cemburu," jawab Azzam sambil mengambil laptop di kursi belakang.

Agha mendengar itu langsung berzikir dan melihat ke arah depan menatap kemacetan yang terjadinya.

"Mas kenapa dengar Azzam langsung zikir?" tanya Azzam sambil membuka laptop dihadapannya.

"Biar ingat sama Allah," jawab Agha.

"Makin hari jawaban Mas makin nggak nyambung sama pertanyaan Azzam," gumam Azzam sambil mencari data di laptopnya.

"Data presentasi hari ini sudah siap semuanya. Azzam juga sudah terima e-mail dari Pak Satya," lanjut Azzam.

"Iya, tadi Mas juga sudah kirim pesan ke Tiara kalau kita sedikit terlambat karena macet. Jadi, rapat akan sedikit tertunda," jelas Agha.

"Kok aku serasa Mas yang pemimpin perusahaan ini ya?" tanya Azzam dengan wajah cemberutnya.

"Kalau Mas cuma diam lihat tindakan kamu, apa gunanya Mas sebagai sekretaris kamu kalau nggak ingatin kamu," jawab Agha.

Sebelum Agha menjadi supir pribadi Azzam. Agha adalah sekretaris Azmi di perusahaan yang sedang dipimpin Azzam sekarang. Sebenarnya, Agha tidak ingin menjadi supir pribadi sekaligus sekretaris Azzam. Namun, Azmi meminta tetap manjadi sekretaris di perusahaan tersebut dan menjadi supir pribadi Azzam. Bukan tanpa alasan Azmi seperti ini.

Alasan Azmi memilih Agha bekerja seperti ini adalah, yang pertama Agha adalah salah satu orang kepercayaan Azmi di perusahaan. Dari awal bekerja Agha sudah menjadi orang kepercayaan Azmi. Yang kedua, Agha adalah orang yang paling dekat dengan Azzam. Sebenarnya, Azzam bisa dekat dengan siapa saja. Namun kembali lagi ke alasan pertama. Yang terakhir, Azmi malas mencari orang lain. Tapi, alasan kedua dan ketiga muncul karena alasan pertama. Begitulah, mengapa Agha memiliki 2 posisi penting dalam kehidupan Azzam.

"Mas," panggil Azzam.

"Kenapa?" tanya Agha.

"Menurut Mas, lamaran Azzam tadi diterima nggak?" tanya balik Azzam saat mengingat kejadian di rumah sakit.

"Tergantung," jawab Agha.

"Tergantung?" tanya Azzam heran.

"Iya. Tergantung kalau Adira mau dia terima kalau nggak yang kamu harus terima."

"Kok gitu?"

"Lah? Trus gimana?"

"Harusnya Mas semangatin Azzam buat berpikir positif kalau nanti ada kabar baik dari Rara."

"Semangat." Agha menangkat tangan kirinya dan memperlihatkan senyum palsunya ke arah Azzam.

"Mas ngeledekin Azzam terus."

"Mas bukannya ledekin kamu, kamu harus siapkan perasaan kamu. Kamu lihat sendiri kan, gimana reaksi Adira saat kamu bilang mau nikahin dia? Dari reaksinya tadi kamu sudah tau kemana harus menyiapkan perasaan kamu," jelas Agha.

"Jadi, aku harus gimana?"

"Kamu harus tanya ke diri kamu. Karena cuma kamu yang tau apa jawabannya."

Azzam terdiam saat mendengar ucapan Agha sambil melihat ke arah jendela. Sedangkan Agha, hanya menghela napas dan menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali melihat ke arah jalanan.

***

Azzam dan Agha tiba di parkiran kantor. Azzam bergegas keluar dari mobil. Begitu juga dengan Agha dia bergegas mengikuti Azzam memasuki kantor.

Sampai di lorong mereka bertemu dengan seorang wanita dengan rambut pendek yang tertata rapi langsung berjalan mengiringi Azzam.

"Pak, semuanya sudah kami siapkan di ruangan rapat sesuai perintah Bapak. Silahkan," ucap wanita itu menuntun jalan Azzam ke sebuah ruangan.

"Makasih Tiara," jawab Azzam. Wanita yang di panggil Tiara hanya menangguk dan berjalan mengiringi Azzam.

Azzam dan Agha tiba di ruangan rapat. Beberapa pegawai yang hadir di rapat langsung berdiri saat melihat Azzam dan Agha. Mereka mulai mengambil tempat duduk dan melihat presentasi dari Pak Satya.

Semua orang yang hadir di rapat mendengarkan hasil presentasi Pak Satya. Kecuali Azzam, untuk pertama kalinya Azzam tidak fokus dalam rapat. Sampai akhir rapat Azzam banyak mengalami teguran dari Agha yang membangunkannya dari lamunan tersebut.

Setelah rapat berakhir, hanya tersisa Azzam dan Agha di ruangan tersebut. Azzam menaruh kepalanya di atas meja sampai helaan napasnya terdengar jelas di ruangan tersebut.

"Ada apa lagi?" tanya Agha mengambil air minum di atas meja.

"Mas pernah merasakan hal seperti ini tidak?" tanya Azzam sambil memperlihatkan sedikit wajahnya.

"Pernah," jawab Agha.

"Kapan?"

"Waktu suka sama Windy. Mamanya Fathia." Agha tersenyum saat mengatakan nama itu. Nama yang membuatnya menjadi bahagia sekaligus kesedihan menjadi satu. Sedangkan Azzam, hanya tersenyum dan menupuk bahunya Agha.

Windy adalah wanita yang Agha nikahi 4 tahun yang lalu. Tepat pada saat Agha berumur 25 tahun. Dia menikah dengan Windy. Setelah 2 tahun menikah, mereka dikarunia seorang putri yang cantik diberi nama Fathia Maharani Khairy. Namun, kebahagia itu tak berlangsung lama. Pada saat itu juga, Windy pergi menumui Sang Maha Kuasa.

"Kenapa?" tanya Agha.

"Mas sudah terbiasa saat mengingat semuanya. Tenang aja," Agha membalas tepukan bahu Azzam.

"Mas nggak ada niat buat nikah lagi?" tanya Azzam.

"Nggak. Mas sudah cukup punya Ibu, Reina yang sayang sama Fathia," senyum Agha.

"Dan juga kamu," lanjut Agha sambil menggoda Azzam.

"Geli." Azzam memegang tangannya.

"Mas yang setiap hari dengerin kamu gitu biasa aja tuh."

"Menurut Mas, kalau aku ditolak gimana?" tanya Azzam.

"Menurut kamu?"

"Mungkin ini hal yang memalukan. Dan mungkin ini juga hal yang tidak pernah Azzam rasakan. Untuk pertama kalinya Azzam menatap seorang perempuan yang bukan muhrim Azzam sedalam itu," senyum Azzam berjalan menuju jendela.

"Sedalam palung mariana?" tukas Agha.

"Mas, Azzam serius nih?!?" rengek Azzam.

"Hahaha... Oke," tawa Agha.

"Jadi Azzam harus gimana Mas?" tanya Azzam.

Agha yang mendengar itu langsung keluar dari ruangan rapat dan berjalan cepat. Azzam langsung mengikuti Agha sampai berjalan sejajar dengan Agha dan menanyakan hal itu kembali. Namun, Agha tidak menjawab dan memilih berjalan menghiraukan Azzam.

Assalamualaikum 🤗
Hallo semua apa kabar?
Semoga kalian dalam keadaan sehat ya 🥰
Tetap jaga kesehatan selama pandemi 😷

Happy reading ♥️
See you next chapther

🌵🌵🌵
00:07

Adira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang