18. Keyakinan

252 29 2
                                    

Agha masih terdiam mendengar ucapan Azzam. Beda halnya dengan Azzam, dia hanya memperlihatkan wajah cemberut layak anak-anak yang tidak mau benda kesayangannya di ambil.

"Sebentar, maksud kamu Adira kerja disini?" tanya Agha yang masih heran. Azzam membalasnya dengan anggukan.

"Bukannya dia bekerja di minimarket?" tanya Agha kembali. Azzam mengerutkan alis mendengar pertanyaan Agha.

"Kok Mas jadi sok tahu masalah Rara? Mas suka sama Rara?" tanya Azzam dengan kesal.

"Bukan seperti itu Azzam, Mas waktu itu nggak sengaja ketemu Adira di minimarket. Makanya Mas nanya gitu ke kamu," jelas Agha.

"Kok bisa? Kapan? Dimana? Jam berapa?" tanya Azzam bertubi-tubi.

"Waktu kamu minta Mas beliin pembalut buat Mbak Shilla," jawab Agha.

"Kenapa nggak bilang sama Azzam," rengek Azzam.

"Lah, kan Mas nggak tahu Adira cewek yang kamu incar." Agha melihat ke arah Azzam. Azzam langsung keluar dari mobil dan mengetuk pintu di tepat Agha duduk. Agha membuka pintu mobil.

"Mas yang nyetir." Azzam langsung duduk di kursi Agha tadi. Agha menghela napas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bentukan kayak gini jadi CEO perusahaan," ucap Agha sambil berjalan ke arah mobil yang berbeda.

"Azzam dengar Mas, Azzam dengar." Azzam membuka jendela. Agha hanya mengangguk dan senyum ke arah Azzam.

Agha masuk ke mobil dan mulai menyalakan mesin. Dia melihat kembali ke arah Azzam. "Pertama kalinya lihat kamu seperti ini depan wanita," ucap Agha sambil menahan senyum.

"Sudahlah Mas." Azzam menutup wajahnya yang merah padam. Agha langsung menjalankan mobil dan membelah jalan.

***

Adira kembali bekerja, namun kali ini dia banyak melamun. Sampai di tegur beberapa kali oleh Hana. Setelah jam istirahat Adira makan siang di dapur tempat dia bekerja. Tak lama, Hana masuk ke dapur. Melihat Hana, Adira menyapanya dan menawarkan Hana makan siang bersama.

"Kak, makan disini yuk bareng Dira," ajak Adira.

"Iya." Hana mulai mengambil kursi di dekat Adira dan membuka bekal makan siangnya.

"Kamu kenapa Dir?" tanya Hana.

"Kenapa apanya Kak?" tanya Adira yang bingung.

"Dari tadi kamu nggak fokus melayani pembeli, kamu ada masalah?" tanya kembali Hana.

Adira mengangguk pelan menjawab pertanyaan Hana. Melihat itu, Hana tersenyum sembali menepuk bahu Adira.

"Kakak nggak tahu apa masalah kamu, tapi yang jelas kamu harus bisa memisahkan antara pekerjaan dan masalah kamu. Jangan sampai kamu nggak fokus saat bekerja," ucap Hana.

"Maaf kak, Adira minta maaf," ucap Adira dengan menunduk ke arah Hana. Hana membalasnya dengan tersenyum dan melanjutkan makan siang.

"Kak." Adira membuka pembicaraan.

"Hm," jawab Hana.

"Kakak pernah dilamar seseorang tidak?" tanya Adira sambil menelan salivanya.

Hana yang mendengar itu, langsung tersedak dan mengambil air minum di dekatnya. "Kamu dilamar?" tukasnya.

Adira mengangguk dan melanjutkanya pertanyaannya, "Tapi orang itu baru kenal sama Dira, Dira takut kalau orang itu hanya mempermainkan perasaan Dira."

"Kenapa Dira takut di permainkan? Kan, Dira nggak tahu orang itu seperti apa?" tanya Hana.

"Dira tahu Kak, dia itu nyebelin, sok manis, trus dia itu sok romantis, orang yang biasa gitu orangnya tebar pesona aja sama cewek. Nggak serius!" jawab Adira dengan kesal.

Adira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang