12. Ingin Tak Ingin

278 33 1
                                    

Terkadang niat hati harus diterjang oleh hal-hal yang tak diinginkan. Begitulah perasaan Azzam sekarang. Azzam berniat hari ini untuk bersemedi di kamar atau tidak keluar rumah dengan melakukan aktivitas mingguannya seperti rebahan, main ps, main gitar atau apapun itu selain bekerja dan keluar rumah bertemu orang-orang. Namun, niat itu harus ia tepisnya sejauh-jauhnya, karena hari ini dia harus ke rumah Om Vian untuk menghadiri undangan syukuran Ninda yang baru pulang dari luar negeri.

Azzam berusaha melakukan banyak alasan agar tidak ikut ke rumah keluarga Nugraha itu. Namun, bukan Azmi namanya kalau tidak bisa membujuk Azzam keluar dari sarangnya. Iya, kebanyakan Azzam harus kalah telak dengan Abinya yang membuat dia harus mengiyakan perkataan Abinya itu.

Azzam keluar dari kamarnya dengan mengenakan baju koko dan celana jeans dengan wajah yang murung. Ia mulai menuruni anak tangga dengan cepat namun dengan wajah yang masam. Azmi baju saja keluar dari kamarnya, dia mulai melihat ke arah Azzam sambil tersenyum dan berjalan keluar rumah. Azmi yang melihat Abinya keluar rumah, langsung menghela napas dengan kasar dan mulai berjalan membuntuti Abinya.

Azzam sampai di depan pintu rumahnya, Azmi yang duduk di kursi teras rumahnya melihat penampilan anak sulungnya itu.

"Masya Allah, anak Abi keren ya ganteng lagi. Emang Abinya siapa sih?" tanya Azmi melihat Azzam.

"Bilang aja kalau Abi itu minta Azzam muji Abi, kan?" tukas Azzam sambil melihat layar ponselnya. Azmi hanya tersenyum melihat Azzam.

Tak lama, Nazla keluar dari rumah dan mulai mengajak Azmi dan Azzam untuk bergegas masuk ke dalam mobil. Azzam masuk ke dalam mobil kali ini dia yang harus menyetir mobil. Azmi memilih duduk di belakang bersama istrinya, Nazla.

Azzam yang melihat tingkah Abinya yang masuk ke kursi belakang dengan wajah cemberut. Azmi hanya tersenyum lepas melihat ekspresi anak sulungnya itu.

"Aku ini anak atau supir sih?" batin Azzam yang mulai melajukan mobilnya.

Sepanjang jalan Azzam hanya diam dengan wajah kesal. Sesekali dia melihat ke kursi belakang dengan kaca depan.

"Zam, kalo iri bilang ya sama Abi" ledek Azmi.

"Mas," ucap Nazla sambil menatap suaminya itu.

"Ummi, kenapa sih Abi selalu nyuruh Azzam cepat-cepat nikah. Padahalkan Azzam baru aja lulus kuliah. Baru aja kerja di perusahaan. Perjalanan Azzam kan masih panjang" keluh Azzam.

Memang, akhir-akhir ini Azzam sering di teror dengan kata-kata 'nikah'. Padahal di hati kecil dan terdalam Azzam, Azzam tidak ingin di desak karena dia sudah memperhitungkan perasaannya untuk siapa. Namun saat di teror seperti ini, membuat Azzam berpikir haruskah dia menikah?

"Kalau Ummi sih terserah Azzam aja" ucap Nazla.

"Abi, boleh nanya nggak?" tanya Azzam.

"Tumben. Mau nanya apa?" tanya balik Azmi.

"Kok perempuan selalu bilang terserah sih Bi? Masa Ummi ikut-ikutan bilang gitu juga" tanya Azzam sambil melihat Nazla dari kaca depan.

"Hahaha... Pertanyaan kamu tuh ya" tawa Azmi.

"Karena wanita ingin melibatkan si pria dalam mengambil keputusan yang dia hadapi. Banyak yang bilang wanita itu egois, padahal dalam banyak hal dia selalu melibatkan pria dalam mengambil keputusannya. Bukan karena wanita tidak bisa memutuskan, tapi dia hanya ingin pria tahu apa yang perlu dia benahi dan dia pertimbangkan dan dia ingin melihat apakah si pria memiliki pemikiran yang sama dengannya atau tidak" sahut Nazla melihat Azzam dari kaca depan.

Azzam langsung memberi isyarat mata ke Abinya, Azmi.

"Kok auranya beda ya, Bi?" isyarat mata Azzam.

"Zam, cukup diam dan jangan bahas lagi" balas Azmi dengan isyarat mata. Azzam hanya mengiyakan lewat kedipan kedua matanya.

***

Azzam dan keluarganya sampai di rumah keluarga Nugraha. Mereka memarkirkan mobil, dan mulai memasuki pekarangan rumah Nugraha. Di pekarangan rumah, sudah banyak tamu yang datang ke syukuran keluarga Nugraha.

Azmi bersalam-salaman dengan bapak-bapak yang duduk di teras, begitu juga Azzam. Nazla masuk ke dalam rumah dan menyapa Nasywa, Istri Ravian. Nazla disambut hangat oleh Nasywa dan putri sulungnya, Ninda. Keluarga Azmi mulai menyantap makanan yang disuguhkan keluarga Nugraha dengan lahap.

Acara berjalan dengan lancar, banyak tamu yang berdatangan silih berganti. Vian dan keluarga menyambut dengan ramah tamu-tamu yang datang. Begitu juga Azmi dan keluarga, mereka juga saling menyapa dengan tamu yang datang.

Setelah acara selesai, Azmi dan Vian duduk di ruang keluarga sambil beristirahat. Azzam yang tengah membantu membersihkan rumah karena syukuran, dipanggil Azmi untuk duduk di dekatnya. Azzam tanpa banyak tanya langsung mengikuti perintah Abinya itu.

"Ada apa Bi?" tanya Azzam heran.

"Duduk aja dulu" jawab Azmi sambil melihat kearah Vian. Azzam hanya mengerutkan alisnya mendengar jawaban Abinya.

"Nin. Ninda!" panggil Vian. Ninda yang mendengar langsung keluar dari dapur dan menghampiri Papanya.

"Kenapa Pa?" tanya Ninda sambil menglap tangannya dengan tisu.

"Sini duduk dulu" Vian menepuk sofa disebelahnya. Ninda menuruti dan duduk disebelah Vian.

Ninda dan Azzam duduk berseberangan. Azzam melempar pertanyaan dengan bicara tanpa suara.

"Kita kenapa disuruh duduk?" tanya Azzam tanpa suara. Ninda hanya mengangkat kedua bahunya dengan bibir yang cemberut.

Tak lama, Nazla menemui Azmi dan duduk di sebelahnya. Begitu juga Nasya, dia duduk di sebelah Vian.
Rifan yang baru saja turun dari lantai atas lansung memasang wajah heran saat melihat dua keluarga duduk di ruang keluarga. Dia mulai menghampiri dan melihat apa yang terjadi antara dua keluarga ini.

"Azzam. Kamu mau taarufan dengan Ninda?" tanya Azmi dengan tegas.

"Heh? Bang Azmi mau taarufan sama Kak Ninda? Nggak salah nih?" sahut Rifan yang baru saja turun dari lantai 2.

"Hust, Rifan" Nasywa menegur putra bungsunya itu.

Azzam menunduk dan mengangguk dengan menutup kedua matanya. Azmi, Nazla, Vian dan Nasywa yang melihat reaksi Azzam langsung tersenyum. Ninda yang melihat Azzam hanya tersenyum dan tertunduk malu. Sedangkan Rifan hanya memperlihatkan ekspresi heran. Bukannya Rifan tidak suka Azzam menjadi Kakak iparnya.

Namun sebelum kejadian ini, Rifan ada bicara empat mata dengan Azzam beberapa hari lalu. Azzam minta saran dengannya. Kejadian itu terjadi setelah Azzam mengetahui kalau dia dari kecil dijodohkan dengan Ninda. Azzam meminta bertemu dengan Rifan di sebuah kedai di dekat rumah Rifan.

"Tumben Abang minta ketemu diluar?" tanya Rifan yang mulai duduk.

"Fan, menurut kamu dijodohin dari kecil itu gimana?" tanya balik Azzam.

"Heh? Tumben nanya masalah ginian ke Rifan?"

"Udah jawab aja. Gimana?"

"Kalau menurut aku pribadi sih, nggak mau. Kan, Abang tau sendiri aku banyak dekat sama cewek" jawab Rifan dengan senyum jahil.

"Kayaknya salah kalau minta saran sama adiknya" gumam Azzam sambil menaruh wajahnya ditelapak tangannya. Mendengar itu, Rifan langsung menghentakkan meja di depannya yang membuat Azmi kaget sampai memegang dadanya.

"Abang dijodohin sama Kak Ninda?" ucap Rifan yang kaget.

Setelah kejadian itu, Azzam menjelaskan kalau dia dijodohkan dengan Ninda. Dan Azzam menolak untuk dijodohkan. Tapi sekarang, yang dia lihat Azzam dengan mudahnya taaruf dengan Kakaknya, Ninda.

⚘⚘⚘
21:33

Adira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang