Sepuluh

195 12 0
                                    

-Kekasih Halalku-

PONDOK PESANTREN DARUL ILMI. Itulah nama bangunan yang baru saja dimasuki Azka. Azka sedikit kaget melihat bangunan itu, terlihat begitu luas dari halaman yang baru saja mereka lewati. Bangunannya juga terlihat begitu tinggi.

Azka mengikuti langkah kaki kedua orang tuanya, begitu juga dengan Iqbal yang membantu membawakan barang bawaan adik perempuannya itu. Mereka memasuki sebuah ruangan yang cukup luas, disana terlihat sepi bahkan Azka tak melihat ada orang didalam sana.

"Assalamu'alaikum," Salam Ari dan Ani memasuki ruangan yang juga diikuti oleh Azka dan Iqbal.

"Waalaikumsalam, silahkan masuk," terdengar jawab salam seorang pria dari dalam ruangan.

"Selamat siang kiyai," ujar Ari tersenyum. Pria itu adalah kiyai pengasuh pesantren, sekaligus yang akan menangani penerimaan santri baru.

"Iya siang, pak, silahkan duduk," ujar pria itu mempersilahkan mereka untuk duduk.

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Firman, santri disini memanggil saya dengan kiyai," ujar kiyai Firman ramah yang dibalas anggukan oleh mereka.

"Jadi yang bakalan nyantri yang mana nih Pak?" tanya kiyai Firman menatap Iqbal dan Azka bergantian. Azka tak memakai gamis untuk hari pertama ia masuk pesantren, sudah dipaksa oleh Ani dan Ari tadi pagi. Tapi apa boleh buat, gadis itu membantah dengan alasan 'hari terakhir ia memakai celana'.

"Yang ini kiyai, anak bungsu saya," jawab Ari menunjuk Azka yang berdiri dibelakang Ani. Gadis itu tersenyum pada kiyai Firman.

"Oo ini toh, namanya siapa?"

"Azka kiyai," jawab Azka menganggukkan kepalanya.

"Iya, data kamu sudah dikirimkan kemarin malam ya? Bentar saya cek dulu," ujar kiyai Firman membaca kembali biodata dari Azka yang sudah dikirimkan Ari kemarin malam.

"Azka Jannatul Marwa? Oalah, jadi nak Azka ini perempuan ya? Saya kira tadi lelaki," ujar kiyai Firman tersenyum paham, soalnya ini bukan kali pertama pondok ini kedatangan santri baru yang tomboy. Azka hanya mengangguk kecil.

Hampir setengah jam mereka menyelesaikan penerimaan santri baru, dan Azka sudah diterima dipondok ini, mereka dibantu pengurus pondok lainnya untuk mengantar Azka ke asrama putri, Azka dipeluk Ani, Ari dan Iqbal secara bergantian dan mereka berjanji akan mengunjungi Azka setiap hari jum'at, hari libur dan kunjungan keluarga santri disini.

"Jaga diri baik-baik Ka, betahin belajar disini," ujar Ani mencium kening Azka. Azka tersenyum tipis mendengar ucapan Ani.

"Iya Ka, abang pasti bakal rinduin kamu, nanti kalo abang gak banyak kerjaan, abang bakalan kesini," ucap Iqbal yang bergantian memeluk Azka yang hanya dibalas anggukan oleh gadis itu.

"Jangan lupa gamis nya dipake, jangan pake celana disini, patuhi peraturan, nurut sama ustadz ustadzah disini, Papa sayang Azka, belajar yang rajin ya Sayang," ujar Ari mencium dan memeluk Azka.

Tak terasa Air mata Azka berjatuhan saat kedua orang tuanya dan Iqbal sudah meninggalkan pekarangan pesantren, Azka tengah duduk diatas ranjangnya, ia tak tau apa yang akan terjadi dipondok ini, ia yakin pasti akan merindukan keluarganya setiap hari. Walaupun ia merasa bodoamat saat berangkat ke pesantren ini. Apalagi dengan teman-temannya yang tak ia beri kabar bahwa ia akan memulai lembaran baru dengan masuk pesantren.

Haha. Dulu gue ngetawain Kepin karena masuk pesantren, lah sekarang? Gue yang ada ditempat ini. Papa beneran niat banget masukin gue kesini, baru kemarin diiyain eh? hari ini udah disini aja gue. Mana lagi sekamarnya ada banyak orang. Gak bebas nih gue. Azka mentertawakan dirinya sendiri.

🌿🌿

"Astagfirullah, kenapa bisa ada ikhwan disini?" ujar seorang santri putri yang baru saja memasuki kamar nya, ia begitu kaget melihat orang yang tak ia kenali berada didalam kamarnya.

Azka yang merasa ada keributan membuka matanya, ia tertidur dari tadi karena santri yang lain sedang belajar. Saat membuka matanya ia melihat ada 3 orang gadis berhijab panjang yang terlihat panik kala melihatnya. Azka merubah posisinya menjadi duduk dan menatap ketiga gadis itu dengan tatapan datarnya. 

"Kalian ngapain berdiri disana? Penghuni kamar ini ya? Kalo mau masuk, masuk aja, gue kagak ganggu kalian kok," ujar Azka dingin. Ia tau pasti akan seperti ini, mereka akan mengira dia laki-laki.

"Iya kita dikamar ini, antum siapa? Kenapa bisa masuk kamar kita? Ini kawasan akhwat, jadi ikhwan dilarang masuk kesini!" jelas seorang gadis yang tertulis nama Asyifatu Haifa di name tag nya.

"Ikhwan?" tanya Azka mengernyit.

"Fa, kayaknya dia gak ngerti maksud kamu deh," bisik temannya.

"Maksud saya, kamu laki-laki kan? Jadi kamu gak boleh dikamar ini! Kalo asrama laki-laki ada disana bukan disini," jelas Syifa tanpa menatap Azka sedikit pun. Ia sebenarnya begitu kesal mendapati orang asing dikamar ini.

Azka menghela napas kasar, ia kesal dengan orang yang menuduhnya begini, mereka punya mulut untuk bertanya terlebih dahulu, tetapi tidak mereka gunakan.

"Jangan su'udzon gue cewek," jawab Azka santai.

"Jangan bohong!" Seru mereka bertiga serentak.

"Ngapain juga gue bohong, lo bertiga gak lihat barang-barang gue? Gue santri baru," jelas Azka kembali tiduran.

"Kalo kalian gak percaya tanya aja pengurus disini," lanjutnya lalu memejamkan matanya kembali.

Ketiga santri itu melongo melihat tingkah Azka, mereka bingung antara percaya atau tidak, pasalnya dengan penampilan Azka yang memakai celana hitam dan hoodie berwarna abu-abu muda, dan rambutnya yang ia tutup setengah dengan hoodie nya, begitu mirip dengan seorang lelaki.

Tak berapa lama seorang pembina kamar yang mengantar Azka tadi mendatangi kamar mereka.

"Assalamu'alaikum," salamnya memasuki kamar.

"Waalaikumsalam ustadzah," jawab mereka bertiga, Azka yang mendengar ada yang datang langsung duduk.

"Maaf ustadzah baru dateng, jadi ustadzah mau ngasih tau, dia santri baru, namanya Azka, karena kalian masih belajar jadi ustadzah kasih taunya agak telat," jelas pembina itu yang bernama Fira.

"Udah percaya kan?" tanya Azka tersenyum paksa.

Seusai perkenalan singkat itu, Fira mempersilahkan Syifa dan dua santri itu untuk berkenalan dengan Azka dan meminta mereka untuk membantu Azka dalam proses hijrahnya.

"Aku minta maaf yah, udah marah-marah sama kamu tadi," ujar Syifa yang duduk diranjang sebelah Azka.

"Iya kagak apa-apa, udah biasa kok," jawab Azka yang merapikan barang bawaanya kedalam lemari.

Mereka berbincang sedikit untuk perkenalan, awalnya ada rasa canggung diantara mereka karena Azka baru disana. Dan Azka pun berusaha menyesuaikan diri dengan teman-teman barunya.

Gak tau deh ni orang-orang baik apa kagak. Sebenarnya gue kagak peduli juga sih, mau mereka baik apa kagak ke gue. Yang penting gue harus selesai belajar disini dan gue bisa bebas lagi diluar.

🌼🌼🌼

Next Part


Kekasih Halalku [Sudah DiRevisi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang